"Aduh, Feli kamu jangan bikin suasana ruwet. Diam aja, jangan menghina Anggita di depan Caraka."Rasanya Bu Resti benar-benar merasa sedikit kesal dengan sikap ceroboh. Apalagi tadi cara Kak sudah mengusir mereka secara tidak langsung. Rasanya Bu Rafi benar-benar ingin marah dengan sikap yang dibuat oleh Feli itu. Apakah wanita itu tidak bisa sedikit lebih sabar lagi?Bu Rasti bicara seperti itu karna Feli sudah membuat Caraka marah. Ia ingin masih berada di rumah itu. Ada yang akan dilakukannya, tapi jika Caraka marah dan mengusir mereka, kemungkinan apa yang akan di lakukan Bu Rasti akan gagal.Maka dari itu Bu Resti memilih untuk menegur Feli, ia tidak mau jika sampai rencana mereka semua gagal karena kecerobohan serta kebodohan Feli itu maka dari itu dirinya langsung saja menegur sang keponakan. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat lelah apalagi jika sampai anggota yang merasa lebih unggul dibandingkan dengan dirinya."Tahu, tuh kak Feli." Bella ikutan menimpali. Mendengar anc
"Mbak, Uncle. Kalian kenapa sih ribut terus?" Keduanya menoleh saat Bunga bicara. Sejak tadi anak itu sudah bangun dari tidurnya. Bunga, memperhatikan mereka berdua membuatnya merasa begitu kesal karena mereka berdua terus saja bertengkar dan mengganggu tidurnya sampai-sampai ia terbangun dan bahkan dirinya bangun pun mereka tidak mengetahuinya."Aku mau pulang saja. Lagi pula aku sudah sehat. Uncle bisa syuting, Mbak Olive juga enggak berantem terus sama Uncle." Wajah anak itu sama persis seperti Baskoro saat tengah mengomel, bedanya Bunga memiliki wajah yang manis dan juga anak tersebut masih sangat menggemaskan jadi masih terlihat begitu sangat lucu tidak menyebalkan seperti Baskoro saat mengomel.Sifat judes Bunga muncul, ia tidak suka melihat perdebatan orang dewasa. Hal itu membuat ia kembali mengingat bagaimana seringnya kedua orang tuanya bertengkar. Orang tuanya selalu saja bertengkar bahkan tidak memperhatikan keberadaannya, dirinya memang terbiasa melihat orang dewasa berte
"Ada apa?" tanya Caraka.Caraka langsung saja keluar kamar ia melihat Bu Rasti yang seperti tengah menantinya. Memangnya tidak ada waktu lain untuk berbicara, benar-benar hal tersebut membuat lelaki itu merasa begitu kesal. Mengapa sih mereka selalu saja mengganggunya dan juga Anggita, kemarin dirinya sudah begitu sangat kesal dengan sikap Feli yang menghina Anggita di hadapannya dan dirinya pun sudah mempersilahkan mereka jika ingin segera angkat kaki dari rumah ini lagi pula ia tidak akan pernah rugi jika mereka pergi dari rumahnya. Seharusnya mereka merasa bersyukur karena Anggita sudah memberikan izin untuk mereka tinggal di rumah ini, bukan tidak tahu diri seperti kemarin.Melihat Caraka yang membuka pintu membuat Bu Resti langsung saja masuk ke kamarnya."Mama mau bicara tentang saham di perusahaan yang di Bali. Perusahaan yang mama dan adik tiri kamu pegang. Bisa ke ruangan lain?" tanya Bu Rasti.Bu Rasti memperhatikan Caraka yang masih menggunakan handuk yang melilit di pingga
"Kamu tega sama mama?" Bu Rasti benar-benar tidak menyangka dengan jawaban yang diberikan oleh Caraka, bagaimana bisa Caraka tidak mau membantu untuk menyumbangkan sedikit saja sahamnya kepada perusahaan Adam. Padahal sekarang perusahaan dari putranya itu sebentar lagi akan kolaps, hanya cara kalah yang bisa membantu mengenai hal itu."Bagaimana bisa Mama bilang aku tega setelah semua kalian kuasai?" Caraka menatap tajam. Caraka benar-benar begitu sangat muak dengan drama yang selalu saja dimainkan oleh Bu Rasti, jika dihitung-hitung banyak sekali peninggalan ayahnya yang dikuasai oleh mereka dan dirinya tidak pernah menuntut apa-apa. Mereka semua sudah jelas mendapatkan bagian masing-masing bahkan mereka pun masih menginginkan perusahaan yang dipegang oleh dirinya.Saat ayahnya meninggal, semua sudah jelas jika mendapat bagian masing-masing. Tapi, ternyata mereka semua malah menyalahgunakan. Baginya, semua sudah jelas. Mau bangkrut atau tidak, itu bukan urusannya. Lagi pula dirinya
"Belum ada kabar, atau kemungkinan mereka bersama apa enggak ya?" Meylani berasumsi sendiri.Semua orang dibuat pusing mengenai tentang Baskoro dan juga istrinya yang sama-sama tidak ada kabar. Awalnya Meylani santai-santai saja, ia tidak mengetahui perihal hal itu. Namun, Andre yang terus-terusan lembur membuatnya merasa heran dan ia bertanya mengenai hal itu lalu suaminya bercerita jika Baskoro sedang pergi ke luar kota lalu tentang sakitnya sang keponakan yang membuat semua orang bingung harus mencari alasan agar Bunga tidak murung.Semua orang kini dibuat pusing oleh mereka berdua, perihal rumah tangga mereka berdua yang terlihat begitu sangat dingin, lalu tiba-tiba keduanya yang menghilang tanpa kabar. Mungkin saja Fanya kesal karena Baskoro pergi keluar kota, lalu wanita itu pun memilih untuk pergi karena mereka memiliki sikap yang sama sama-sama keras kepala dan tidak ada yang mau mengalah."Kayanya enggak mungkin.""Aku sangat tahu bagaimana sikap kak Fanya, bukankah selama in
"Sudah Sayang, aku mau mandi. Ini sudah sore, kamu yakin masih mau memeluk aku kayak. Gini?" Suara merdu wanita itu, tidak membuat sang lelaki melepaskan pelukannya. Bahkan beberapa hari ini mereka berdua benar-benar selalu saja bermesraan bak pengantin baru.Fanya menoleh ke sosok pria yang tidur di sampingnya. Pria dengan tubuh kekar dan sedikit berjambang itu mengulet lalu memeluknya lagi. Sepertinya suara dari dirinya itu justru membuat ia semakin saja mengantuk. Lelaki itu benar-benar seperti anak kecil yang tengah manja, merindukan berbagai jenis kasih sayang dari wanitanya."Masih, aku masih mau meluk kamu sayang." Suara barinton dan berat itu, masih mengendus-ngendus aroma tubuh dari sang wanita."Kita berduaan senang-senang tapi pasti mereka mencari kita." Fanya merasa tidak enak hati.Fanya mencoba membuka ponselnya yang sudah beberapa hari tak aktif. Deretan pesan masuk pun mulai menyerbu. Di liriknya sebuah pesan dari ketiga adik iparnya. Netranya membulat saat membaca pe
"Kenapa sih ponselnya dimatikan apa sulitnya menyalakan ponsel, Kamu tahu tidak jika Bunga selalu saja menanyakan kakak?"Anggita langsung saja mengomel saat panggilan masuk dari Baskoro, sebelum kakaknya berkata panjang lebar, ia langsung saja mengomeli lelaki itu. Membuat Caraka serta Andre terheran-heran, memang selama ini yang paling berani kepada Baskoro hanyalah Anggita saja jika adik-adik lelaki yang lain tidak ada yang berani menghadapi Baskoro.Andre menepuk bahu dari Caraka, lelaki itu tersenyum melihat tingkah istri dari Caraka yang tengah mengomeli Baskoro. Memang selama ini Anggita terlihat begitu sangat lemah lembut, Caraka pun baru pertama kali melihat wanita itu marah-marah."Baskoro itu?" tanya Meylani kepada Anggita dan langsung saja mendapatkan anggukan."Cepatlah pulang iya aku akan menunggu di sini dan dokumen jangan mampir-mampir lagi dan jangan membuat kami yang di rumah pusing ya!"Anggita lega karena mendapat kabar dari sang kakak. Memang selama ini kabar dari
"Papa, Mama." Bunga tak berlari menghampiri kedua orang tuanya. Dia hanya berdiri di samping Olive. Anak itu hanya tersenyum melihat kedua orang tuanya yang sudah berada di rumah lagi, ia tidak bergerak sedikitpun hanya memilih untuk menggenggam tangan dari babysitternya saja.Baskoro dan Fanya menghampiri Bunga. Melihat keadaan putri mereka yang sekarang membuat hati orang tua itu langsung saja merasa sedikit gagal menjadi orang tua."Maaf ya nak, kami pergi tanpa pamit. Ada tugas negara," bisik Baskoro.Baskoro memeluk tubuh putrinya dengan begitu sangat erat, padahal saat ditinggalkan Bunga terlihat sedikit gemuk dan sekarang kembali kurus lagi. Benar-benar dirawat sebentar di rumah sakit saja putrinya sudah langsung kurus."Beres kan?" Bunga kembali berbisik.Mereka berdua saling berbisik satu sama lain, berusaha agar pembicaraan itu pun tidak ada yang mendengarnya. "Beres, sayang. Hmm ... Pesanan kamu semoga aja otw." Baskoro mengelus puncak kepala dari anaknya itu, Bunga hanya