Mata Valency terbelalak, terkejut mengetahui bahwa pria yang baru saja ditabraknya adalah ... Eric Gray! Pria yang beberapa minggu lalu sempat ditolongnya, sekaligus orang yang berhasil mengejutkannya karena ternyata dia adalah CEO dari perusahaan LuxGray. “Ternyata kita bertemu lagi di sini, sepertinya ini adalah takdir,” ucap Eric dengan senyum menggoda. Bisa dipastikan jika wanita lain yang melihatnya pasti akan histeris seketika. “Senang berjumpa lagi dengan Anda, Nona.” Eric mengulurkan tangan, sesuatu yang refleks Valency terima untuk dijabat. Namun, di luar dugaan, pria itu malah memberikan sebuah kecupan singkat di punggung tangannya. “Mungkinkah takdir mendekatkan kita berdua?” ucap Eric dengan nada bercanda. “Ini hanya sebuah kebetulan, Tuan Gray,” balas Valency seraya menarik tangannya kembali dengan cepat. Bisa terjadi masalah jika Jayden sampai melihat hal tersebut! “Kebetulan yang begitu manis, menurut saya,” ujar Eric. “Anda terlihat sangat cantik malam ini. Mungki
“Jayden Spencer?” Eric tampak terkejut melihat kehadiran Jayden yang tiba-tiba. Maniknya menatap bagaimana Valency bersembunyi di belakang pria tersebut. “Kalian datang bersama?” Ada keterkejutan di matanya. “Apa kau ada masalah dengan itu?” balas Jayden ketus, menunjukkan permusuhan yang kental. Ditanya seperti itu, Eric yang tadi terkejut perlahan kembali tenang. Dia menampakkan senyuman tipis yang sopan selagi berkata, “Tentu tidak. Aku hanya penasaran bagaimana dirimu bisa mengenal Nona ini.” “Valency dan aku adalah–” “Aku dan Tuan Spencer memiliki proyek bersama,” potong Valency cepat, sontak membuat Jayden menoleh dan menatapnya dengan ekspresi yang bercampur marah, terkejut, dan kecewa. Ketika menghadapi Verena dan orang-orang lain dan Valency memperkenalkannya sebagai orang lain, Jayden tidak keberatan. Akan tetapi, tahu bahwa Eric memiliki niat lain kepada Valency, hal itu membuat pria tersebut marah! “Ah! Nama Nona adalah Valency? Mungkinkah Anda Valency Lambert?” ujar
Valency melihat wajah Jayden agak memburuk, tapi dia dengan sabar menceritakan pertemuannya dengan Eric di hari itu.“Saat itu aku baru saja membeli kudapan dari cafe dan tanpa sengaja menolong Eric yang tas dokumennya dicopet oleh seorang pencuri. Untuk berterima kasih padaku, dia mengundangku untuk makan bersama.” Valency bisa melihat pelipis Jayden berkedut, pertanda pria itu tidak senang dengan arah pembicaraan ini. Akhirnya, cepat-cepat dia menambahkan, “Tapi tidak mengenalnya begitu dekat, aku menolak. Bukan hanya itu, saat dia agak memaksa mengundangku makan bersama, aku menipunya dengan memberikan kartu nama orang lain sebagai gantinya.” Valency menghela napas. “Itu alasan kenapa baru mengetahui namaku tadi, dan sepertinya tindakanku yang menipunya membuat pria itu, yang masih merasa berutang budi, berujung menahanku di restoran tadi.”
“Nyonya, sarapan sudah siap,” ucap May yang mengetuk pintu untuk membangunkan Valency.Pintu pun terbuka, memperlihatkan Valency yang telah siap dengan pakaian formalnya. “Aku akan langsung berangkat ke kantor saja, May,” ucap Valency dengan agak dingin. “Jadikan bekal saja.”Melihat Valency melangkah menuruni tangga, May menghela napas. Dia sudah merasakan suasana di rumah tidak seperti biasanya.Pagi tadi, sama seperti Valency, Jayden pergi tanpa menyentuh sarapan dan hanya memerintahkan May untuk menyiapkan sarapan Valency. Kemudian, dia langsung pergi tanpa menunggu Valency bangun, seakan tidak ingin bertemu dengan wanita itu.Entah kenapa, Jayden seolah kembali menjadi sosok pria dingin sebelum kehadiran Valency di rumah ini
Seisi kantor langsung terdiam, mereka langsung menatap ke arah Valency dan tiga wanita yang sedari tadi tibuk mengejeknya. Jujur saja, semua orang mengira Valency adalah orang yang tenang dan lebih memilih menghindari perselisihan, terutama karena gadis itu selalu diam dan mengabaikan orang yang menghinanya. Namun, melayangkan tamparan kepada sang penindas. Wah, ini balasan luar biasa yang di luar dugaan!“Beraninya kamu menamparku!?” teriak wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Putri, anggota tim Esther yang paling besar mulut. Matanya melotot, seperti siap menerkam Valency.Valency tidak takut, dia pun maju selangkah. “Memangnya kenapa harus takut? Sebagai warga negara yang baik, sudah seharusnya aku mengajarkan moral kepada orang yang membutuhkan, bukan begitu?” balasnya.“Apa katamu!?” Mata Putri makin membesar, seperti mau melompat keluar dari soketnya.Sudut bibir Valency terangkat. “Kenapa? Tidak merasa? Jangan aneh, memang orang yang moralnya kurang pasti tidak merasa
*Beberapa saat yang lalu*Di salah satu ruang meeting VJ Studio, tampak sejumlah orang sedang membahas sebuah proyek penting yang baru saja akan digarap. “Untuk memastikan kerja sama ini berjalan sesuai rencana, saya secara khusus menyerahkan keseluruhan tanggung jawab proyek kepada Esther di sini,” ucap direktur bisnis sembari mengarahkan tangannya ke arah Esther.Esther tersenyum manis ke arah pria gagah yang duduk di hadapannya, mencoba sebaik mungkin untuk terlihat menarik dan meyakinkan. Bagaimana tidak? Yang duduk di hadapannya adalah Eric Gray! CEO dari LuxGray dan calon pewaris keluarga Gray! Kalau bisa menunjukkan performa terbaiknya kepada pria ini, karir Esther pasti akan melejit!Dengan wajah datarnya, Eric meletakkan dokumen proposal ke atas meja. Jujur saja, dia tidak begitu puas dengan pengajuan di depan mata. Namun, tidak ada pilihan. VJ Studio sudah bekerja sama dengan perusahaannya untuk waktu yang cukup lama, dan hubungan yang terjalin antara dua perusahaan cukup
Mendengar ucapan Eric, direktur bisnis dengan cepat menatap ke arah para desainer. “Kenapa kalian ribut-ribut seperti ini?!”Bentakan itu membuat para wanita yang menindas Valency semakin gemetar, mereka saling melirik takut, beberapa kali juga menoleh pada Esther untuk meminta pertolongan.Melihat hal itu, Esther pun memaki dalam hati atas kecerobohan bawahannya dalam menangani Valency. Namun, dia tetap harus turun tangan.Dengan tetap tenang dan profesional, Esther membungkuk kepada direktur bisnis dan berkata, “Pak Dennis, Tuan Gray, mohon maaf sekali atas kejadian ini. Keributan ini terjadi di tim saya, jadi saya yang akan bertanggung jawab menyelesaikannya. Mohon jangan membuat masalah ini mengganggu waktu kalian.” Mendengar ucapan Esther, Valency tak elak mendengus. Dia sudah tahu Esther akan menumpahkan kesalahan padanya dan menghukumnya dengan tugas berat lagi nanti.Tanpa Valency sadari, dengusan dan ekspresi masamnya itu tertangkap oleh Eric. Alhasil, pria itu pun berkata,
“Apa?!” Bukan hanya Esther dan direktur bisnis, tapi Valency sendiri juga terkejut. Dia tidak habis pikir apa dasar Eric melakukan hal tersebut. Di saat ini, Valency pun yakin. ‘Pria ini memiliki niatan tertentu ….’ Matanya agak menggelap, tapi dengan cepat tersamarkan ketika fokusnya beralih pada Esther. “Akan tetapi, Tuan Gray, Valency hanyalah anak magang. Dia tidak cukup kompeten untuk–” “Kompeten atau tidak, aku yang akan menilainya. Yang jelas, aku hanya ingin Valency yang memegang proyekku,” tegas Eric sembari menatap Esther. “Apa kamu mempertanyakan penilaianku?” Esther tersentak. Tentu saja dia tidak bisa melawan Eric. Bagaimanapun, pria itulah kliennya, dan memang dia yang berhak menentukan siapa desainer utama yang berhak atas proyek ini! Akhirnya, Esther pun menggertakkan gigi. “Tidak … Tuan Gray.” Eric tersenyum. “Kalau begitu–” “Tunggu.” Semua orang terkejut ada orang yang berani memotong ucapan Eric. Mereka menoleh dan mendapati Valencylah yang melakukan hal it