Aisyah turun dari taksi dan membayar ongkosnya, ia menatap gedung tinggi di hadapannya dengan senyum yang mengembang.
Segala sesuatunya sudah ia persiapkan dengan mulus, dan ia berharap siang ini ia mendapatkan kepuasan yang sudah di dambanya.
"Nando, aku datang menemuimu sayang." ucapnya senang.
Sebelah tangannya menenteng sesuatu, seperti bekal makan siang.
Aisyah masuk ke dalam kantor milik keluarga Wicaksana, Aisyah menghampiri meja resepsionis.
"Selamat siang mbak,"
"Siang nyonya." sapa balik resepsionis itu menatap Aisyah dari atas ke bawah.
"Apakah saya bisa bertemu dengan Nando?"
"Pak Arnando Wicaksana maksudnya?" Aisyah mengangguk.
"Sudah buat janji sebelumnya?" Aisyah menggeleng.
"Bilang saja, orang rumahnya datang ingin menemui."
"Baik, sebentar saya hubungi dulu nyonya.
Aisyah sampai di rumah Nando dengan perasaan yang amat kesal. apa yang ia bayangkan tak sesuai kenyataan."Assalamualaikum," Aisyah mengucap salam membuka pintu rumah Nando.Sepi! kemana semu orang? pikir Aisyah bertanya-tanya.Aisyah berjalan ke seluruh ruangan di rumah itu, langkahnya terhenti saat mendengar suara tawa riang anaknya. suara tawa itu berasal dari arah dapur.Aisyah terbelalak melihat Ayesha anaknya tengah bersama Kia di dapur."Assalamualaikum," ucap Aisyah otomatis membuat Kia dan Ayesha menoleh ke belakang."Waalaikumsalam." jawab keduanya bersamaan."Ibu!" Ayesha berjalan menghampiri ibunya."Ibu darimana saja?" tanya Ayesha mendongakkan kepalanya menatap Aisyah."Ehm, ibu--" Aisyah tergugu ingin mengatakan alasan apa pada putrinya.Sambil memikirkan alasan apa yang akan ia katakan, sorot m
"Sayang?""Iya mas?" tanya Kia pada suaminya.Saat ini mereka berdua tengah berbaring di ranjang, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam."Kamu tahu tidak, tadi siang Aisyah datang ke kantor.""Apa mas?" kaget Kia, spontan wanita itu bangkit dari rebahannya."Mas bilang, Aisyah datang ke kantor?" ulang Kia bertanya yang kini sudah dalam posisi duduk di ranjang menghadap sang suami."Iya sayang, Aisyah datang ke kantor sambil membawa bekal makan siang untuk mas dan papa."Hati Kia terasa sesak mendengar cerita suaminya."Terus mas?""Iya dia masuk ke ruangan mas buat kasih bekal makan siang itu, dan--""Dan apa mas?" tanya Kia penasaran karena Nando menggantungkan kalimatnya."Maafin mas ya, mas sempat ngelakuin kesalahan karena gak sengaja peluk Aisyah dari belakang." akui Nando jujur pa
"Dimana Aisyah dan Ayesha?" taya Nella saat tak melihat ibu dan anak itu ada di ruang makan untuk sarapan.Semua orang tertegun mendengar pertanyaan Nella."Tidak tahu ma, dari waktu Kia bikin sarapan tadi Aisyah juga ada di dapur. tapi tak lama setelah itu dia kembali ke kamarnya. kalau gitu Kia panggil mereka dulu ya." Kia bangkit dari duduknya.Tepat saat Kia berdiri, saat itu juga ia melihat Aisyah turun dari tanggan dengan sebelah tangan yang menggeret kopernya. sebelah tangannya lagi menggenggam tangan Ayesha, ia seret koper itu hingga tangga terakhir.Semua orang terpaku menatap ke arahnya, terutama Rasyid dan Nella tercengang melihat keponakan tercinta."Aisyah, apa maksudnya ini?" tanya Nella.Aisyah menghapus air matanya yang terus mengalir deras, dengan mata yang sembab Aisyah menatap nyalang Kia."Bunda tanyakan saja pada menantu tercinta bunda ini!" uca
"Kia, aku bilang minta maaf sama Aisyah." sekali lagi Nando menyuruh Kia untuk meminta maaf pada Aisyah.Mata Kia menatap tepat ke manik mata hitam milik Nando, memastikan jika pria yang menyuruhnya untuk meminta maaf ini ialah suaminya."Mas, lebih percaya pada ucapan wanita ini?" tanya Kia menunjuk Aisyah."Kia!""Berhenti membentakku!" teriak Kia tak tahan lagi.Sudah cukup!"Aku tidak akan meminta maaf padanya, bukan aku yang salah." ucap Kia menggelengkan kepalanya.Tanpa banyak berkata lagi, Kia pergi dari situ."Kia!!" jerit Nando memanggil namanya seraya mengikuti Kia.Sambil terus masih memukuli dadanya, diam-diam Aisyah tersenyum tipis. sangat tipis."Kita lihat permainan ini, semakin seru saja saat melihat suami dan istri bertengkar. fiuhhh! kau memang wanita yang licik Aisyah, hahaha." ucap batin Aisyah
"Bibi Yati ingin ke pasar ya?" tanya Aisyah ceria."Iya non Aisyah, kenapa ya?" tanya balik bi Yati"Aisyah boleh ikut gak?""Aduh non, jangan!" tolak bi Yati."Kenapa bi?""Nanti nyonya Nella sama tuan Rasyid marah lagi.""Oooh itu, gak usah khawatir bi. kalau gitu Aisyah minta izin dulu ya, baru kita ke pasar." dengan semangat penuh Aisyah meminta izin pada Nella untuk ke pasar."Bunda, Aisyah mau ikut bi Yati ke pasar, boleh ya bun?" pinta Aisyah sendu."Boleh saja, tapi cuaca saat ini sangat panas sekali nak.""Ah gak apa-apa bunda." Aisyah masih tetap membujuk Nella."Ya sudah, pergilah.""Terima kasih bunda." Aisyah mencium punggung tangan kanan dan kedua pipi Nella.Setelah mendapatkan izin baru Nella, Aisyah dan bi Yati pun pergi ke pasar. Kia melihat keper
"Aisyah, ini salah." lirih pria itu berkata pada istrinya agar segera sadar."Tidak, tidak! ini benar, ya ini benar." ucapnya menggelengkan kepala kuat.Lalu setelahnya Aisyah tertawa kencang, terbahak-bahak nyaris seperti orang gila di jalanan. pria itu meradang menyaksikan sosok wanita yang begitu ia cintai seperti ini, hatinya begitu terluka."Ini mengasyikan, hei ayolah suami bodohku. seharusnya kau mendukung istri cantik mu ini, bukankah begitu?" serunya tersenyum ceria."Hhhh, sebaiknya kau makan dulu." Aisyah melangkah mendekati pria itu, membuka sesuatu di dalam tas yang ia bawa.Ternyata Aisyah membawa makanan untuk pria itu berupa nasi bungkus yang ia beli di warung pinggir jalan tadi."Kenapa kau melihatku seperti itu? apa kau sudah sangat lapar huh?" tanya Aisyah sinis."Ini, makanlah!" Aisyah menyodorkan nasi bungkus yang sudah di bukanya.
Malam harinya...Kia masih mendiami Nando dari saat pria itu pulang kerja sore tadi. tampak jika Kia masih merasa kesal akan sikap suaminya tadi pagi. bagaimana sikap dan ekspresi Nando yang membentak dan tak memperyai ucapannya.Berulang kali juga Nando berusaha mencairkan suasana di antara mereka, tapi Kia terkesan banyak diam dan bicara seadanya. di kamar, mereka terlihat seperti orang yang sedang berperang"Kia...." panggil Nando lirih."Ya?" tanya Kia tanpa mau repot-repot melihat ke arah Nando."Apa kamu masih marah sayang?" tanyanya hati-hati."Tidak!" sangkal Kia cepat."Kalau tidak marah, lalu kenapa kamu seakan menghindariku sayang?""Menghindari? tidak, biasa saja."Nando yang merasa gemas pun memegang lengan Kia dan membalikkan badannya."Tatap mataku sayang." pinta Nando menyuruh Kia m
Kia sampai di rumahnya lebih lama dari Aisyah, begitu membuka pintu rumah wajah Aisyah lah yang menyapa Kia."Waalaikumsalam Kia," sindir Aisyah pada Kia yang hanya diam memandanginya."Assalamualaikum." ucap salam Kia tersadar dari keterdiamannya."Waalaikumsalam." ulang Aisyah lagi."Aku kira kau sudah lupa mengucapkan salam baik saat masuk ataupun keluar rumah." ejek Aisyah."Insyaallah aku tidak akan pernah melupakan itu, agamaku mengajariku untuk hal yang benar. namun terkadang manusia lah yang sering banyak melakukan salah.""Oooh, kau sekarang ini sedang mengukur seberapa banyak dosa manusia ya." ledek Aisyah tertawa sinis."Tidak, karena aku pun juga termasuk salah satu diantara manusia yang berbuat salah itu. tapi mungkin kalau kamu tidak." balas Kia sedikit meyentil diri Aisyah.Wajah Aisyah pias menahan kesal, tampak sekali raut per
Rencana liburan Kia dan Nando ke Italia batal, di karena-kan kondisi Kia yang sangat lemah. wanita itu terus saja mual-mual, Nando yang panik pun langsung menghubungi dokter pribadi keluarga mereka.Kecemasan dan kepanikan Nando berubah menjadi kebahagiaan begitu mendengar hasil pemeriksaan dokter Tika. yang mengatakan jika Kia tengah mengandung buah cinta mereka.Tentu saja hal itu menjadi berita penuh kebahagiaan bagi seluruh keluarga. apalagi Rasyid dan Nella yang begitu gembira mendengar kabar ini.Dokter berpesan pada seluruh keluarga, agar tak mengizinkan Kia untuk melakukan hal yang berat. di usia kandungannya yang masih sangat muda, Kia juga di larang berpergian untuk sementara waktu.Kia cukup merasa sedih karena itu, keinginannya yang ingin berlibur ke Italia batal. tapi, di balik itu semua Kia bahagia.
Kia mengerjapkan matanya silau terkena cahaya matahari yang masuk dari celah hordeng jendela kamaranya.Melihat sisi ranjang di sampingnya kosong, membuat Kia bangun dari tidurnya."Dimana mas Nando?" gumamnya mencari keberadaan sang suami.Perlahan Kia turun dari ranjang, mengambil pakaiannya yang tergeletak di lantai. memakainnya cepat lalu melangkah mencari Nando. sayup-sayup ia mendengar suara seseorang yang sedang menelpon di dalam kamar mandi.Kia membuka pintu kamar mandi yang ternyata tidak terkunci, kebiasaan Nando yang satu ini sangat Kia hafal."Bagaimana dengan keadaan mereka?" tanya Nando dengan lawan bicaranya di telepon."............""Rumah sakit jiwa?" kaget Nando."...........""Ya, mungkin itulah hal yang tepat untuk menanganinya. ya sudah kalau begitu, aku tutup dulu ya, nanti aku telpon lagi untuk memastikan k
Masih flashback.Dava kaget mendapati seorang pria yang ada di dalam rumah itu. dengan tangan, kaki terikat. serta mulut yang di tutup lakban.Kondisi yang sangat menyedihkan bagi Dava sebagai seorang pria, mata pria itu terpejam.Dava melangkah hati-hati ke arahnya. "permisi."Perlahan mata pria itu terbuka, terbelalak kaget melihat kehadiran Dava di situ.Dava terlihat panik ketika pria itu seperti menggeram ingin bicara, ragu-ragu Dava melepaskan lakban di mulutnya."Tolong lepaskan aku!" pinta pria itu setelah Dava berhasil melepaskan lakban di mulutnya."A--aku akan melepaskanmu. tapi, aku perlu bicara denganmu.""Baiklah," janji pria itu.Dava melepaskan semua tali yang terikat di tangan dan kakinya."Terima kasih," ucapnya pada Dava."Siapa kamu? kenapa bisa ada disini denga
"Kia, ada ap__mas Ridwan?" kaget Nando melihat seorang pria yang ada di sebelah Dava.Nella, Rasyid, dan Aisyah sangat terkejut. terutama Aisyah yang melotot horor melihat pria yang bernama Ridwan itu."Kenapa pria itu bisa disini?" batin Aisyah bertanya-tanya.Flashback on.Dava menatap pria di depannya, pria yang di tatap itu pun mengeluarkan sebuah benda dan memberikannya pada Dava."Ini bos!" ucap pria itu menyodorkan ponsel di tangannya."Kerja bagus Dika." puji Dava pada pria yang bernama Dika itu, yang ternyata suruhannya untuk mengelabui Aisyah dan mengambil ponsel miliknya.Ah, ternyata pria yang tadi itu! itu berarti semua ini sudah di rencanakan Dava.Tepat sekali!"Tapi maaf bos, aku tidak dapat membuka kata sandi di ponsel milik wanita berhijab itu." ungkap Dika merasa tak enak."Begitu
Nando dan Kia sudah sampai di rumah pada malam hari, Ayesha sudah tertidur saat di perjalanan tadi."Assalamualaikum." sapa Nando dan Kia mengetuk pintu, Kia menggendong Ayesha yang tertidur."Waalaikumsalam," jawab salam Aisyah membuka pintu.Wajah Aisyah di hiasi senyuman manis yang lebar, wajah Nando datar melihatnya tanpa mau repot-repot membalas senyuman Aisyah."Kenapa kalian lama sekali?" tanya Aisyah mengulurkan tangannya, mengambil alih tubuh Ayesha.Kia menyerahkan Ayesha padanya. "iya, Ayesha begitu senang sekali hari ini, sampai kami lupa waktu."Nando tanpa banyak basa-basi langsung berlalu pergi dari hadapan mereka."Nando kenapa?" tanya Aisyah yang bisa meraskan perubahan pada diri Nando."Dia tidak apa-apa, hanya saja hari ini ia menemukan sesuatu hal yang membuatnya terkejut.""Oh ya, apa itu?" tanya Aisyah ke
"Siapa kamu?" tanya Aisyah ."Wow! galaknya.""Jangan bertele-tele, apa maumu?" lagi Aisyah bertanya."Tidak ada maksud apa-apa, dari jauh aku melihat seorang wanita tengah berdiri di pinggir jalan yang sepi. ku pikir, mungkin kau membutuhkan sebuah bantuan." ucap pria itu menyentuh letak kacamatanya yang tadi sedikit miring."Ah tidak, terima kasih. aku tidak membutuhkan bantuan apapun." elak Aisyah begitu angkuh."Sombong sekali dia! Ciihhh!" umpat batin Dava kesal melihat Aisyah."Sungguh kau tidak membutuhkan bantuan apapun padaku?" lagi Dava bertanya ulang."Sudah aku katakan bukan!"Dava sampai terlonjak kaget mendengarkan bentakan Aisyah. huffft! kalau bukan karena permintaan Kia, mungkin Dava tidak akan mau lagi berurusan dengan wanita macam Aisyah.Di lain tempat..."Jadi, kalian kesini karena i
Aisyah masih setia melihat ponselnya yang menampilkan letak lokasi keberadaan Nando melalui GPS. tersenyum karena dia bukanlah orang lemah yang bodoh hanya diam di rumah tanpa melakukan sesuatu. salah besar!Ciiiiiittttt.Bunyi suara ban berdecit beradu dengan suara rem secara mendadak, tubuh Aisyah bahkan sampai terhempas ke belakang."Ada apa pak?" tanya Aisyah heran."Gak tahu mbak, kayaknya kita nabrak seseorang deh.""Apa?" kaget Aisyah yang langsung keluar begitu juga pak supir taksi.Keduanya keluar untuk mengecek kondisi orang yang mereka tabrak. Aisyah mendekati tubuh seorang pria yang tampak terbaring di depan taksi."Anda tidak apa-apa tuan?" tanya Aisyah menyentuh bahu pria itu dan sedikit mengguncangnya."Aaaaaaaa!!" teriak Aisyah nyaring, kaget karena tiba-tiba pria itu bangkit dan mengambil ponsel Aisyah lalu berlari kenca
"Kalian sudah ingin berangkat?" tanya Nella yang kondisinya sudah lumayan membaik."Iya ma, kami bertiga pamit pergi dulu ya." pamit Nando mencium punggung tangan kanan sang ibu.Di susul Kia dan juga Ayesha yang bergantian mencium punggung tangan kanan Nella."Hati-hati ya kalian di jalan. Oh ya, Aisyah tidak ikut?" tanya Nella yang melihat Aisyah berdiri di ambang pintu kamarnya.Aisyah menggelengkan kepala sedih, sengaja ia lakukan agar menarik perhatian Nella."Oh itu, Ayesha yang gak mau ibunya ikut. iyakan sayang?" ulang Kia lagi bertanya pada Ayesha agar mama mertuanya juga dapat mendengar jelas."Iya oma, Ayesha cuma mau sama bunda Kia dan Ayah Nando saja." ungkap bocah kecil itu begitu polosnya.Nella mengangguk tersenyum, mengelus pelan kepala mungil Ayesha dan mencium wangi rambutnya."Baiklah, ibumu biar di rumah saja untuk menguru
Nando menatap istrinya yang sedari tadi tampak gelisah dalam tidurnya, dengan lembut ia menyentuh pundak Kia."Kia, sayang kamu kenapa?" tanya Nando berbisik di telinga Kia.Kia membuka matanya yang tadi sempat terpejam, membalikkan badannya menghadap sang suami. hingga kini mereka berdua saling berhadapan."Mas?""Iya? jawab Nando menatap lekat wajah istrinya."Sebenarnya ada hal yang ingin aku katakan padamu mas.""Soal apa? Aisyah lagi?" tebak Nando.Kia menggigit bibirnya, melihat respon Nando yang seperti itu membuatnya ragu, antara ingin mengatakannya atau tidak."Bicaralah," titah Nando tak tega juga melihat wajah Kia yang tampak kecewa."Ehm, jika aku mengatakannya, apakah kamu mau mempercayainya mas?" tanya Kia memastikan dan berharap kalau Nando mempercayai ucapannya kali ini."Kenapa gitu? jadi