Semua orang yang ada di istana mulai membicarakan tentang kejadian antara Bayan, Tanjung dan Ayudisha. Hanya saja kejadian itu tak berani mereka bicarakan secara terang-terangan. Mengingat status tiga orang itu bukanlah status yang bisa mereka singgung. Akan tetapi sudah menjadi kodrat manusia untuk saling menggunjing satu sama lain.Terlukanya Tanjung membuat para sastrawan mulai gelisah dan tak aman. Sedangkan masuk penjaranya Bayan membuat para anggota militer menjadi kesal dan marah. Apalagi ditambah dengan Ayudisha yang juga ikut masuk ke dalam penjara bersama suaminya. Hal itu membuat para bangsawan elite yang memiliki kebanggaan yang telah terukir lama di tulang mereka merasa terhina dan marah.Berbagai macam protes dan segala bentuk surat telah masuk ke dalam istana untuk dimintai pertanggungjawaban. Masing-masing orang ingin meminta keadilan untuk mewakili profesi dan kedudukan mereka.Para sastrawan percaya bahwa Tanjung adalah korban yang harus diselamatkan. Sedangkan para
Bayan menatap ke arah istrinya yang tertidur pulas. Ia tersenyum kecil dan membelai rambut Ayudisha dan berfikir sejenak. Selama ia menikahi Ayudisha, ia telah melakukan banyak hal yang bahkan tak pernah ia bayangkan akan dilakukan di masa depan. Hal itu membuat Bayan berfikir jika tidak menikah dengan Ayudisha mungkin ia tidak akan pernah menikah dalam hidupnya.Bayan merasa bersyukur karena telah menjadi suami dari Ayudisha di kehidupan ini. Jika kehidupan selanjutnya benar-benar ada ia ingin mengatakan kepada dewa, bahwa ia ingin terlahir kembali menjadi suami Ayudisha lagi.Kebahagiaan seorang Bayan sangat bertolak belakang dengan seorang laki-laki yang masih terbaring lemah di kasur istana. Para tabib mengelilinginya dan berusaha menyelamatkan nyawanya. Pada saat itulah Tanjung tenggelam dalam mimpi buruk yang tak ada habisnya.Kebahagiaan semu yang dimiliki oleh Tanjung selama hidupnya adalah sebuah tipu daya dan penuh konspirasi. Tanjung mati di dalam sebuah penjara dingin deng
Semua orang berkumpul untuk menyambut putri kerajaan yang datang bersama suaminya, mereka datang untuk menjemput Ayudisha keluar dari penjara. Beberapa orang menatap dengan tetapan kagum, sambil berharap di dalam hati bahwa itulah Ratu mereka. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa itu tak akan pernah terjadi.Ambisi para bangsawan elit inilah yang membuat orang tua Ayudisha menjauhkan anak-anak mereka dari pandangan istana. Akan tetapi sepertinya mereka tak pernah benar-benar pergi mengingat sekarang Ayudisha justru terjebak di dalamnya.Selama puluhan tahun, ini akan menjadi kali pertama mereka menginjakkan kaki kembali di lingkungan istana. Minah menatap istana megah itu tanpa perasaan nostalgia. Ia hanya datang kemari untuk menjemput putrinya bersama sang menantu.Minah menggenggam tangan suaminya dan berjalan menuju ke dalam istana. Di sana ia melihat Tuan Gada yang telah datang lebih dulu bersama keluarganya. Sebagai anggota keluarga mereka pun tersenyum sebagai isyarat ramah tam
Di saat semua orang mulai berdiskusi tentang bagaimana kasus ini akan diselesaikan dan apa yang akan terjadi setelahnya. Mata Minah terus menatap ke satu arah yaitu ke arah adiknya tercinta dari ibu yang berbeda yaitu Badra. Laki-laki itu adalah adik yang dipercaya oleh ayahnya meneruskan tahta kerajaan menggantikan dirinya. Akan tetapi sekarang Minah merasa bahwa keputusan itu merupakan keputusan yang salah. Badra tak terlalu pantas untuk menyandang gelar sebagai seorang Raja karena laki-laki itu tak terlalu bijaksana dalam bertindak dan mengambil keputusan.Badra yang menyadari tatapan sang kakak hanya memalingkan wajahnya karena malu dan kesal. Ia merasa tatapan itu merupakan tetapan menghina, mengingat ia adalah raja yang terlahir dari seorang selir yang berasal dari rakyat biasa. Hal itu juga membuatnya semakin membenci ibunya sendiri, karena ia merasa bahwa ia pantas mendapatkan seorang ibu dengan gelar seorang Ratu.Saat suasana hikmat terjadi, suara Badra telah berhasil membu
"kamu mendengarnya." Tebak Ayudisha.Ayudisha menatap suaminya dengan tatapan datar, hal itu membuat perasaan Bayan langsung tenggelam. Bayan tak bisa membayangkan betapa hancurnya hati Ayudisha saat ini. Ia hanya ingin mengatakan pada istrinya bahwa ia akan menerimanya apa adanya. Ia juga tak akan memiliki istri kedua dalam hidupnya. Sebenarnya keluarga Bayan termasuk keluarga militer yang langka. Tak ada satupun dari keluarganya yang memiliki lebih dari satu istri. Padahal keluarga militer terkenal akan ambisi serta sikap mereka yang tegas dan mendominasi. Akan tetapi hal itu tidak berlaku dalam keluarga Bayan. Bahkan Gada yang telah ditinggal oleh istrinya selama bertahun-tahun pun tak memiliki niat untuk memperistri wanita lain. Baginya ibu dari Bayan adalah satu-satunya wanita yang akan menjadi istrinya. Walaupun anak seperti Bayan tak pernah ia harapkan untuk hadir diantara mereka."Apakah kamu ingin bercerai?"Mendengar pertanyaan Ayudisha, Bayan langsung marah. Ia tidak menya
Ayudisha menatap ke arah kiri jalan sambil berpikir dengan gelisah. Selama pernikahan berlangsung, ini akan menjadi pertama kalinya ia akan berpisah dari sang suami. Walaupun ia akan kembali ke rumahnya yang dulu, hal itu tak membuatnya merasa lebih bahagia saat berada di rumah dinas bersama dengan Bayan. Baginya sekarang Bayan merupakan orang yang ia jadikan sebagai gantungan dari nasibnya di masa depan.Ayudisha terkadang berfikir betapa baiknya seorang Bayan. Bahkan ketika ia berbicara bersama dengan Tanjung, Bayan tak bertanya apa-apa padanya. Laki-laki itu langsung percaya pada apa yang menjadi keputusan Ayudisha dan mengatakan bahwa ia tidak butuh seorang anak.Di kehidupan sebelumnya, Ayudisha telah merawat anak-anak dari Tanjung dan istri keduanya dengan sangat baik dan telaten. Hal itu ia lakukan sebagai dedikasinya sebagai seorang istri yang baik. Ia juga suka melihat anak tirinya yang manis dan lucu, terkadang Ayudisha merawat mereka sambil berharap ia akan dianugerahi hal
Raja menangis sepanjang malam dan itu menjadi hiburan tersendiri untuk Raka dan Bayan. Mereka merokok sambil menikmati kepanikan orang-orang. Bahkan hingga pagi menjelang masih terdengar jelas suara langkah kaki para abdi istana yang sedang panik."Panas..."Suara Badra mulai serak dan hilang, hal itu dikarenakan ia telah berteriak sepanjang malam. Bahkan istrinya pun menangis dan takut akan keadaan Badra. Apalagi tangisan itu terdengar menyakitkan dan menyayat hati.Beruntung para tabib istana sedang merawat Tanjung, jadi mereka hanya pindah ke kamar Raja untuk mengobati. Hanya saja selama semalam suntuk tak ada perubahan yang signifikan. Raja masih saja ingin menggaruk kemaluannya sambil berteriak panas. Dengan terpaksa mereka mengikatnya di ranjang, agar tak terjadi luka yang tidak diinginkan.Ratu Malaka pun akhirnya bertanya pada tabib tentang apa yang sebenarnya terjadi pada sang suami. Awalnya mereka tidur nyenyak semalam, hanya saja tak lama Raja mengeluh panas dan gatal. Lalu
Amor menatap Bayan dari atas sampai bawah, dan ia langsung menilai bahwa Bayan tidak pantas menjadi suami adiknya. Jika boleh membandingkan Bayan dengan laki-laki di sampingnya, maka laki-laki itu jauh lebih enak dipandang."Siapa namamu?" ucap Amor sambil menunjuk ke arah Raka.Raka pun menatap ke arah Bayan dengan tatapan bingung. Laki-laki di depannya ini terlalu tampan, hingga membuatnya bingung dalam bersikap. Jika Ayudisha adalah wanita paling cantik yang pernah ia lihat, maka Amor adalah laki-laki paling tampan yang pernah ia lihat sepanjang hidupnya."Na-namaku Ra-Raka." ucapnya sambil terbata-bata."Raka?"Saat Amor menyebut namanya, entah kenapa Raka merasa begitu senang. Hal itu membuat wajahnya merah padam. Bayan yang melihatnya langsung memukul kepala Raka. Ia cemburu kakak iparnya lebih memperhatikan sang sepupu dibandingkan dirinya."Jangan bertingkah aneh, biasa saja." ucap Bayan kesal.Amor langsung tersenyum ringan. Sekarang ia tau kenapa sang adik memilih untuk mene
Ayudisha menggendong putrinya sambil melihat Lo Gading yang sedang duduk dan menatap tanah. Hal tersebut membuat Ayudisha merasa heran melihat putranya itu. Apalagi Lo Gading masih tidak bergerak bahkan setelah beberapa jam."Lo Gading, apa yang sedang kamu amati? Hari sudah mulai terik, kemarilah."Akan tetapi Lo Gading masih tetap berjongkok dan terus menatap ke tanah. Setelah beberapa saat ia pun melihat ibunya dan bertanya."Bu, kenapa semut berjalan seperti bebek?""Hah?"Ayudisha pun langsung heran, sejak kapan semut berjalan seperti bebek?Lo Gading selalu bertanya pada sesuatu yang sulit ia mengerti. Akan tetapi rasa ingin tau anak itu begitu besar, sehingga ia selalu menanyakan sesuatu yang bahkan tidak pernah ditanyakan oleh orang lain."Bebek tidak berjalan seperti semut anakku. Mereka berbeda, bebek memiliki dua kali sedangkan semut memiliki lebih.""Tapi aku melihat cara mereka berjalan sama."Untuk beberapa saat Ayudisha terdiam, dan akhirnya mengingat kembali kenangan k
3 tahun kemudianBayan menatap putranya dengan tatapan tak percaya. Ia panik saat ini karena Ayudisha akan melahirkan seorang anak, tapi lihat putra nya yang berbakti itu. Dia bahkan sempat menguap saat mendengar jeritan ibunya yang kesakitan."Apakah kamu tidak khawatir ibumu kenapa-napa?"Mendengar pertanyaan Ayahnya, Lo Gading pun mengangguk."Aku khawatir." ucap Lo Gading dengan suara kecilnya.Akan tetapi raut wajahnya masih terlihat santai dan malas. Hal tersebut membuat Bayan menjadi semakin kesal."Lalu kenapa kamu terlihat seperti itu? Tidak ada raut khawatir di wajah mu, biasanya anak-anak akan menangis jika mendengar jeritan ibunya.""Apakah menangis itu berguna saat ini? Apakah tangisan ku dapat mengurangi rasa sakit yang ibu rasakan? Kalau memang begitu, aku akan menangis sekarang."Bayan pun terdiam, ia merasa putranya tidak normal. Terlalu malas dan tidak ada jejak kekanakan yang tersisa. Padahal jika diingat saat ia masih bayi, Lo Gading cenderung imut bahkan ketika di
Hari begitu cerah dan kehidupan di Malaka menjadi begitu membahagiakan. Tak ada lagi perselisihan dan keributan yang berarti dan kehidupan masyarakat jauh lebih sejahtera dari sebelumnya. Sejak kelahiran Pangeran mahkota keberuntungan selalu menghampiri Malaka tidak ada akhirnya. Seolah bayi lucu itu memang ditakdirkan untuk membawa banyak keberuntungan untuk semua orang.Ayudisha menggendong putranya sambil menatap ke arah pohon mangga tempat ia biasa duduk bersama dengan Bayan. Tempat yang biasa ia gunakan untuk mengelus perutnya yang sekarang nyeri dan tak nyaman. Akan tetapi kali ini ia sudah tak merasakan sakitnya lagi dan menikmati kebahagiaan tanpa beban yang berarti."Kamu adalah anugerah terindah yang diberikan tuhan padaku di kehidupan ini." ucap Ayudisha pada anaknya.Entah anak itu mengerti apa yang diucapkan oleh ibunya, atau dia terlalu senang dalam gendongannya, tapi dapat Ayudisha melihat dengan jelas bahwa anak itu tersenyum. Sangat tampan dan manis. Hal tersebut memb
Suara tangisan seorang bayi yang terdengar nyaring telah berhasil membuat semua orang di istana merasa bersyukur. Mereka pun langsung tersenyum dan mengucapkan selamat pada masing-masing anggota keluarga. Tak lupa mereka mengucapkan syukur yang mendalam pada Tuhan yang telah menitipkan sebuah kehidupan baru untuk keluarga mereka.Setelah itu pintu ruang persalinan pun terbuka dan Bibi Bayan menatap semua anggota keluarganya dengan senyum merekah. "Seorang bayi laki-laki telah lahir dengan selamat.""Bayi laki-laki?!!"Setelah itu ibu Ayudisha pun keluar dan membawa bayi di pelukannya yang telah bersih oleh air hangat. Hal tersebut membuat semua orang langsung bersorak bahagia. Bayi itu berkulit putih dengan hidung yang mancung. Mengingatkan Putri Minah dengan Amor ketika dilahirkan pertama kalinya.Sian, Daka dan Jiru pun tak kalah girang. Mereka melihat keponakan mereka untuk pertama kalinya dan itu membuat mereka bersyukur dengan suara yang keras."Syukurlah dia tidak mirip Kakak B
Semua orang khawatir akan keadaan Ayudisha, mereka takut karena merasa Ayudisha lemah dan tak tahan dengan rasa sakit. Akan tetapi hanya Ayudisha yang tau bagaimana ia menikmati rasa sakitnya dengan perasaan bahagia. Rasa sakit itu membuatnya sadar bahwa bayi di dalam perutnya benar-benar hidup. Bayi itu benar-benar ada dan itu terjadi dalam hidupnya di kehidupan ini.Hampir setiap detik dalam hidup Ayudisha di kehidupan sebelumnya, ia merasa kesepian dan cemburu melihat anak orang lain. Ia mengalami banyak kesedihan dan rasa sakit hanya karena ia tidak bisa memiliki anaknya sendiri. Terkadang wanita menjadi begitu tidak berharga ketika mereka tidak bisa memiliki seorang anak untuk suaminya. Seolah mereka adalah sebuah benda yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Seolah ia adalah benda yang cacat dan mereka sangat menyesal setelah membelinya.Akan tetapi sekarang ia memiliki seorang laki-laki yang menerimanya bahkan jika ia tidak akan memiliki anak seumur hidupnya. Ia memiliki lak
Bayan memeluk Ayudisha dan membuat tubuh Ayudisha lebih nyaman saat berbaring. Setiap malam Bayan akan mengatur cara Ayudisha tidur karena Ayudisha sudah tidak nyaman dengan perut besarnya. Terkadang Ayudisha akan memiliki nafas yang sedikit pendek karena kesulitan saat bernafas."Lebih nyaman?" tanya Bayan lembut.Ayudisha pun mengangguk dan tersenyum. Ia benar-benar dilayani oleh suaminya dengan sangat baik. Setiap ketidaknyaman yang ia alami selalu Bayan perhatikan. "Kalau begitu selamat tidur istriku yang cantik." ucap Bayan sambil mencium kening istrinya."Selamat tidur juga suamiku yang tampan."Keduanya saling merayu tanpa ada rasa malu terlihat di wajah mereka. Sangat berbeda ketika mereka masih pengantin baru. Sekarang mereka lebih leluasa dalam mengungkapkan rasa cinta hingga tidak ada kecanggungan.Setelah itu keduanya tertidur sambil berpelukan. Malam ini sangat ramai mengingat hampir setiap anggota keluarga berada di tempat yang sama. Ayudisha sebenarnya tidak terlalu ny
Para anggota keluarga kini telah berkumpul. Walaupun tidak semuanya tapi itu cukup ramai mengingat sebentar lagi mereka akan menyambut kedatangan anggota keluarga yang baru. Apalagi anak Ayudisha dan Bayan akan menjadi cucu pertama di keluarga masing-masing.Umur kandungan Ayudisha sudah sembilan bulan dan tinggal menghitung hari untuk melihat bayi itu dilahirkan ke dunia. Hal tersebut membuat anggota keluarga sangat antusias untuk mempersiapkan banyak hal untuk kelahiran nanti. "Apakah persiapannya sudah cukup?"Mendengar pertanyaan ibunya, Amor pun menggelengkan kepala dengan pasrah."Ibu telah menanyakan itu sebanyak tiga kali dan jawabannya masih tetap sama. Persiapan sudah cukup dan kita hanya tinggal menunggu Ayudisha melahirkan."Putri Minah yang melihat Amor dengan tatapan tidak suka. Ia sering bertanya-tanya terus menerus karena ia sebenarnya sangat gugup. Maklum saja ini pertama kalinya ia akan menjadi nenek, walaupun ia sangat berharap bahwa cucu pertamanya akan berasal da
Di Senggrala hampir semua tabib dikumpulkan untuk menyembuhkan penyakit Raja. Akan tetapi hingga kini masih belum ada solusinya. Menurut keterangan tabib, hal tersebut dikarenakan ada ulat bulu langka yang menyerang burung Yang Mulia. Hal tersebut membuat Sang Raja pun tak terima dengan tuduhan itu. Ia sangat yakin bahwa wanita itu menaruh racun di tubuhnya hingga membuat tubuhnya menjadi seperti ini."Maaf Yang Mulia, tapi hasil dari pemeriksaan saya hampir sama dengan tabib yang lainnya."Mendengar hal tersebut, Raja Senggrala langsung berteriak marah. Ia memarahi semua orang, akan tetapi ia masih terbaring lemah dan tak bisa bangun untuk melampiaskan nya secara fisik.Tak lama Raja merintih lagi, ia kesakitan dan hal tersebut membuat para tabib menjadi panik dan khawatir. Ulat bulu memang dapat membuat gatal-gatal, akan tetapi entah kenapa sangat sulit disembuhkan hingga membuat bengkak dan panas. Jadi para tabib semakin bingung bagaimana cara menyembuhkannya. Mereka pun berusaha u
Matahari telah terbit dibalik bukit perbatasan Malaka. Akan tetapi mereka masih berdiri sambil menunduk dan berdoa pada orang-orang yang telah meninggal di bukit ini.Ratusan prajurit telah gugur di medan pertempuran tanpa ada kemenangan yang mereka bawa. Keduanya meninggal tangis dan luka pada orang-orang yang telah mereka tinggalkan.Keempatnya menangis dalam diam sambil mengingat kakak mereka yang telah meninggal dengan cara yang begitu menyakitkan. Setelah itu, Yuda pun menatap ketiga adik Bayan sambil mengucapkan perpisahan."Senang berkenalan dengan kalian.""Kami juga senang berkenalan denganmu.""Ya, aku harap kita akan bertemu lagi tapi tidak di medan perang."Jiru, Daka, Sian dan Yuda. Mereka adalah calon prajurit tangguh yang akan memimpin pasukan di kerajaan mereka masing-masing. Selama perjalanan mereka telah berkenalan dan sudah saling mengenal. Akan tetapi mereka selalu tau bahwa persahabatan mereka ditakdirkan untuk berlalu dalam waktu yang sangat singkat.Keempatnya a