Berliana berbaring di kasur, tubuh nya benar-benar lelah dan lemas. perlahan dia memejamkan matanya. Hendra membantu menyelimuti Putri kesayangannya hingga batas dada. dia merasa gagal menjadi seorang ayah yang baik.Dalam tidurnya, Berliana bermimpi berada di suatu tempat yang tidak dia kenal sama sekali. tidak seorang pun dia temui selain rasa sepi dan keheningan."Mami..""Mami..""Siapa kalian?"Berliana menatap sepasang bocah kembar yang sangat tampan dan cantik merangkak mendekati nya."Mami...mami..."Kedua bocah-bocah itu kembali mendekati nya, perlahan Berliana mencoba mundur, namun terlambat. mereka berhasil bergelayut manja dikaki sebelah kanan dan kirinya dengan tatapan sendu dan tidak ingin ditinggalkan ditempat sepi ini."Pergilah, aku bukan mami kalian."Berliana berusaha melepaskan pegangan kedua bocah tersebut, namun mereka serentak menagis dan kembali memanggil dirinya dengan sebutan mami. bahkan pelukan mereka semakin kuat dengan tatapan sedih, seolah-olah tidak ingi
Mata Berliana membulat, tiba-tiba keharuan membuat matanya berkaca-kaca. seketika pikirannya teringat mimpinya semalam, wajah sedih dan tangisan kedua bocah-bocah itu kembali terngiang-ngiang ditelinga nya."Mereka Anak-anakku, akulah yang bersalah dan pantas untuk dihukum dalam hal ini. bukan mereka yang tidak berdosa." Berliana seketika mengusap perutnya pelan, untuk pertama kalinya rasa hangat dalam dadanya."Apakah kamu sudah siap?" tanya Dokter memakai sarung tangan khusus, Berli mengedarkan pandangannya keseliking ruangan, seketika dia memucat melihat alat-alat yang menurutnya sangat mengerikan."Apakah mereka mulai bersiap-siap untuk melenyapkan anak-anakku? tidak ini harus dihentikan." Berliana segera duduk dan memperbaiki pakaiannya kembali."Tidak...aku tidak ingin melenyapkan anak-anakku.""Berliana, kamu kenapa nak. jangan seperti ini?" papa segera menghampiri Berli, menuntun langkahnya menuju ruang tindakan."Pa, aku tidak sanggup melihat mereka dikeluarkan dari rahimku. b
"Ya Tuhan, hidup ku hancur, papa memaksa untuk mengugurkan kandungan ku ini. aku tidak ingin menambah dan berbuat dosa lagi, bayi-bayi ini tidak bersalah. aku lah yang pantas menerima hukuman bukan mereka." Berliana terus menagis cukup lama, hingga dia terbangun ketika mendengar suara lantunan adzan, untuk panggilan sholat."Ya Allah, hanya padamu aku akan mengadukan semua penderitaan ku, berilah hamba jalan keluar yang terbaik." doa Berliana seraya bangkit untuk melakukan sholat.Selesai sholat dan berdoa, Berliana merasakan ketenangan."Untuk menyelamatkan Anak-anakku, aku harus pergi sejauh mungkin. berada ditempat dimana tidak ada orang-orang yang akan mengenali dan mencemooh kehidupan ku nantinya." bathin Berliana sedikit lega dengan ide yang tiba-tiba muncul di pikirkanya."Aku akan minta izin pada papa, jika aku akan pindah dan hidup menyendiri di luar kota. sehingga mereka tidak perlu harus menanggung malu dengan kehamilan ku ini, papa dan mama pasti setuju." bathin Berliana.D
"Rumah ini akan terasa sepi tanpamu, Berliana. mama juga minta maaf karena belum bisa menjadi ibu yang sempurna untukmu sayang." ucap Mery mengusap air matanya, dengan rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam pada putri satu-satunya."Mama, papa. kalian adalah orang tua terbaik di dunia ini, semua ini kesalahan ku sendiri. seharusnya akulah yang minta maaf dan pengampunan dari kalian." jawab Berliana.Malam ini Berliana dibantu mama Mery mulai mengemasi pakaiannya, lalu menyusunnya kedalam koper besar milik nya."Mama jangan terlalu mengkhawatirkan aku. karena aku pasti akan kuat dan baik-baik saja, disana juga ada Tante Erika yang akan menjaga dan membantuku melewati ini semua." ucap Berliana kembali memeluk hangat ibunya.****Pagi ini Berliana terlihat rapi dan jauh lebih segar dari biasanya, paling tidak rasa berdosa dan bersalah nya sudah sedikit berkurang. dengan membiarkan bayi dalam kandungannya terlahir kedunia. dia turun kebawah dimana semua orang sudah menunggu kedatangann
"Berliana, semoga kamu betah tinggal di rumah Tante yang sederhana ini.""Tentu saja Tan, suasana disini sangat indah, nyaman dan juga menenangkan."Mereka berdua melangkah masuk ke rumah minimalis modern yang terlihat rapi dan bersih, bahkan sudah dilengkapi perabotan disetiap ruangannya. karena Erika ingin yang terbaik buat menyambut keponakanya berlina yang tengah mengandung anak korban pemerkosaan seperti yang dikatakan Hendrawan kakaknya."Berliana, kamu bebas ingin menempati kamar yang mana kamu sukai." ucap Erika sambil membantu membawakan koper berlina."Wah ...., kamarnya mewah dan luas ya Tante." Berliana menatap kagum, Erika tersenyum senang melihat Berliana yang sudah bisa tersenyum dan terlihat ceria."Berliana, istrahat lah, kamu pasti capek setelah menempuh perjalanan jauh." ucap Erika berjalan keluar kamar."Iya, terimakasih Tante, karena telah bersedia menampung ku disini.""Berliana, kamu tidak perlu sungkan pada Tante. kamu keponakan yang sudah seperti anak kandung s
Setelah berhasil mendapatkan rujak, Alex langsung memakannya dengan antusias. Bella seorang model yang baru dekat dengan dirinya menatap heran, tidak percaya dengan apa yang ada dihadapannya. seorang Alexander memakan makanan kelas bawah dan itu rujak yang merupakan kesukaan ibu-ibu yang sedang ngidam."Cukup Alex, kamu bisa sakit perut.""Bella, kamu belum tahu bagaimana enak nya rujak. coba lah." Alex langsung menyuapi Bella."Wwuuek....asaaammm baget Alex." Bella memejamkan matanya."Alex, sejak kapan kamu menyukai rujak. karena sebelumnya aku tidak pernah melihat mu seperti ini." tanya Bella menyipitkan matanya karena masih merasakan asamnya dari buah tersebut."Beberapa hari ini aku tidak enak badan, bahkan tidak menyukai makanan tertentu. cuma rujak yang membuatku berselara.""Sikapmu sekarang mulai aneh." gumam BellaMalam ini, Erika mengajak Berliana untuk menghadiri pesta mewah salah seorang sahabatnya yang diadakan di sebuah kapal pesiar, dia berharap Berliana bisa tersenyum
Keringat dingin membasahi tubuhnya, tangan Berliana bergetar, tanpa sadar gelas yang dipegang nya tiba-tiba jatuh kelantai."Berliana, kamu ngak papa kan sayang." ucap Erika kawathir melihat perubahan dari ekspresi keponakannya."Ya aku baik-baik saja, Tante lanjutkan saja." Berliana kembali menguasai keadaan."Seandainya aku mempunyai ilmu menghilang kan diri, atau pintu ajaib Doraemon. pasti aku akan langsung masuk kesana. karena aku tidak ingin bertemu lagi dengan mu, mudah-mudahan saja kamu tidak mengenaliku lagi." bathin Berliana.Berliana mempertajam penglihatan nya, sosok yang dilihatnya seperti Alex sudah menghilang, namun hanya sesaat ketika tidak jauh dari ruangan mereka duduk, dia kembali melihat Alex yang tertawa lepas dengan teman-temannya."Ini pasti hanya mimpiku, ya aku sangat yakin ini benar-benar cuma mimpi." Berliana memejamkan matanya. sambil bergumam sendiri. dan membuka matanya kembali, namun dia masih mendapati hal yang sama. Berliana yang masih tidak percaya, la
Setelah Alexander berlalu, Berliana juga keluar dari toilet wanita. bergabung kembali dengan Tante Erika."Berliana, kamu ngapain sih lama-lama di toilet?" tanya Erika dengan wajah cemas takut terjadi apa-apa pada keponakannya yang tengah hamil muda."Aku nggak papa kok Tan.""Berliana, kenapa kamu lebih banyak diam. kamu sakit?""Ngak, tapi aku pengen istrahat.""Baiklah, sebentar lagi kapal ini akan singgah di dermaga, kita langsung turun dan kembali pulang.""Iya Tan."Malamnya, Berliana memutuskan untuk berterus-terang pada Tante Erika. Tentang ayah dari anak yang tengah dikandungnya. semula Tante Erika sempat syok tidak menyangka, namun akirnya dia bisa memakluminya dan mendukung sepenuhnya apapun keputusan Berliana.Malam ini, Berliana mengusap perutnya dengan penuh kasih sayang, sesuatu yang berbeda mulai dirasakan nya. naluri rasa keibuan muncul."Anakku, kita akan berjuang bersama-sama. menjalani kehidupan ini. bunda sangat menyayangi kalian. tidak peduli dengan cara apa kalia
Setelah konferensi pers dan memberitahukan jika mereka berdua masih hidup, yang disambut antusias oleh semua orang. bahkan penyataan Alex ini menjadi pemberitaan utama negeri ini.Berliana dan suaminya mulai menjalani kehidupan mereka dengan normal kembali. bahkan Alex menepati janjinya terutama pada keluarga tuan Hendrik, beberapa bantuan dan akses jalan agar lebih baik lagi mereka berikan pada desa kecil nan indah tersebut, sebagai wujud terimakasih karena sudah menolong nyawa mereka dengan tulus dan ikhlas. sebuah sekolah gratis dan tempat pelayanan kesehatan medis. meskipun obat-obatan herbal mereka jauh lebih baik.Pagi ini, Alex akan kembali bekerja sebagai CEO diperusahaan besar milik nya. sehingga selesai mandi dia sudah siap mengunakan stelan pakaian kantor dengan jas biru tua kesayangannya. Jack merasa sudah merindukan kesibukannya seperti dulu."Sayang, tolong keringkan rambut ku." pinta Alex pada istrinya.Berliana mengambil handuk dan membantu mengeringkan rambut, setelah
Antara rasa khawatir dan pemasaran, kedua orang tua Bella menemui keluarga Abraham yang sudah menunggu mereka disebuah ruangan."Selamat datang dirumah ku, tuan Abraham, apa kabar Anda." ucap papi berbasa-basi."Kabarku baik-baik saja." saling berjabat tangan."Alex, aku seperti bermimpi melihatmu dan istri kembali dengan selamat, ini benar-benar mukjizat yang luar biasa." tutur mami seraya mempersilakan mereka duduk kembali, pelayan sibuk membawakan minuman segar dan snack.Alex menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan kata-kata untuk memberitahu pada keluarga Bella tentang kejadian yang sudah menimpa mereka. Berliana menggenggam tangan suaminya mencoba memberikan kekuatan."Tuan, kami merasa tersanjung atas kunjungan yang terasa begitu tiba-tiba ini. ada apakah gerangan?" mami tidak mampu lagi menahan rasa penasaran."Tuhan memberikan aku kesempatan hidup, agar bertaubat dan bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. meskipun seseorang sudah berusaha untuk melenyapkan kami b
Alex membimbing Berli melangkah masuk kerumah, nampak diruang keluarga duduk mama dan papanya, mereka berdua terlihat kaget begitu melihat dengan mata kepala sendiri, jika pemberitaan mengenai Alex dan Berliana benar-benar nyata dan bukan berita hoax. bahkan untuk meyakinkan penglihatannya, mama Mery mencubit lengannya sendiri. Langsung sujud syukur begitu mengetahui jika anaknya masih hidup. tanpa sadar air mata haru membasahi pipi dan wajah nya."Alhamdulillah anakku Berliana, Alex. aku ngak menyangka jika kalian berdua benar-benar masih hidup dan selamat dari tragedi tersebut." ucap mama memeluk hangat dan penuh kerinduan."Iya, Tuhan memberikan kami kesempatan kedua. untuk belajar menjadi manusia yang lebih baik lagi dan mensyukuri segala nikmat yang telah mereka berikan." mereka merasa sangat bahagia karena bisa berkumpul kembali dengan orang-orang yang dicintai dan mencintainya."Iya ma, kami mampu bertahan karena doa dari kalian semua. yang menyayangi kami berdua dengan tulus
"Reyhan, Reyanza. kalian mau nggak punya dedek bayi?""Mau banget Oma." jawab mereka dengan wajah berseri-seri."Kalau begitu, berdoa lah agar mommy benar-benar hamil." ucap Oma."Baiklah oma."Mami Sarah yang paling antusias ikut mengantarkan Berliana ke sebuah klinik ternama, sedangkan papi lebih memilih tetap dirumah. ikut menjaga cucu-cucunya.Beberapa saat kemudian, mereka sudah berada di sebuah klinik dokter kandungan. seorang perawat wanita menyambut ramah kedatangan mereka bertiga. tanpa perlu proses antrian, karena mami sudah mendaftarkan nama Berliana sebelum kedatangan mereka."Nyonya Berliana silahkan masuk." ucap perawat.Berliana duduk dihadapan dokter, yang mulai menanyakan keluhan-keluhan yang dirasakan Berli. lalu dia meminta Berli untuk berbaring di ranjang perawatan untuk melakukan USG.Berli meremas-remas kemari tangannya yang terasa dingin, meskipun ini bukan yang pertama baginya. namun dia sangat berharap jika dia benar-benar hamil.Dokter mulai mengolesi gel di
"Apa maksudmu Alex?""Sebenarnya, sepasang mayat yang ditemukan ditepi hutan itu adalah Devan dan Bella. namun karena mereka sempat merampas dompet dan cincin Berliana, membuat orang semakin yakin jika itu adalah mayat kami berdua." terang Alex yang refleks memberikan kejutan yang luar biasa bagi semua orang yang berada dalam ruangan tersebut."Mami dan papimu tidak mampu berkata-kata lagi Alex, semua yang terjadi begitu tiba-tiba dan sangat mengejutkan. mungkin ini sudah hukuman buat mereka yang tidak memiliki rasa perikemanusiaan, rasanya mami tidak akan pernah mampu memaafkan kesalahan mereka berdua.. hick...hick..." Sarah menagis."Sudahlah mi, meskipun berat bagi kita memaafkan kesalahan mereka berdua. namun tidak baik kita menyimpan bara api dendam dihati, karena hanya akan membuat hidup dan hati kita menjadi tidak tenang, gelisah dan dipenuhi oleh amarah. belajarlah untuk menerima semua ini dengan ikhlas mi, dibalik semua ini ada hikmah dan berkah yang teramat besar kita dapa
Semua pelayan ikut berkumpul, mereka juga tidak mampu membendung air mata penuh haru. karena Alex dan Berliana yang mereka pikir sudah meninggal dunia ternyata masih hidup dengan kondisi sehat bugar."Mami sangat bahagia, akirnya kalian berdua kembali kerumah. selama ini mami benar-benar yakin dengan perasaan mami sendiri, yang selalu yakin dan mengatakan jika kalian berdua masih hidup. bahkan mami sempat menyangkal sepasang mayat yang sudah dinyatakan sebagai kalian berdua." tutur mami."Papi juga berfikir seperti itu Alex, karena semua bukti yang ditemukan sudah mengarah pada kalian berdua. kondisi mayat yang sudah membusuk, membuat papi berfikir untuk tidak melakukan autopsi lagi, karena papi sudah yakin jika itu kalian dan tidak ingin menyakiti tubuh kalian semua dengan serangkaian pemeriksaan alat medis lagi.""Iya pi, kami mengerti. kejadian ini memberikan kita pelajaran hidup yang paling berharga, karena kami saling mengerti satu sama lain, membuat kekuatan cinta kami berdua
"Jadi semua orang sudah menganggap kami berdua meningal?""Ya tuan, nyonya dan tuan besar sangat sedih. namun mereka berusaha tegar dan kuat Reyhan dan Reyanza yang masih sangat membutuhkan kasih sayang." terang Dadang.Alex dan Berli saling pandang, mendengar cerita dari Dadang membuat air mata mereka tanpa disadari sudah mengalir. bahkan sopir taxi itupun ikut terharu."Sayang, jangan-jangan sepasang mayat yang mereka pikir adalah Kita berdua, apa sebenarnya Bella dan Devan?" tanya Alex."Bisa jadi, dan orang-orang juga menemukan beberapa barang bukti yang mengarah pada kita berdua. seperti cincin dan dompet.""Aku tidak sanggup membayangkan bagaimana terpukul nya mami dan papi, termasuk anak-anak kita yang masih kecil. mereka pasti sangat merindukan kita berdua." ucap Berliana kembali menagis."Sudahlah sayang, yang penting sekarang kita selamat dan bisa bertemu mereka lagi. banyak hikmah yang kita dapatkan setelah kejadian ini.""Iya, bahkan dengan kejadian ini. aku semakin yakin
Dikediamannya, Sarah tiba-tiba merasakan kehadiran anaknya. sehingga tanpa sadar dia seperti mendengar suara Alex yang sedang memanggil namanya, Sarah melangkah menuju pintu masuk sambil membuka dengan tidak sabaran.Ceklek"Kosong, tidak ada siapa-siapa? ya Tuhan.... kenapa hatiku masih belum menerima kepergian anak-anakku, sehingga aku masih merasakan kehadiran mereka kembali pulang kerumah ini...hick...hick.." Sarah menangis tersedu-sedu didepan pintu. hal itu menarik perhatian semua penghuni rumah."Istriku, kamu kenapa?""Alex, aku merasakan jika dia memanggil namaku didepan pintu masuk ini, Pi. aku seperti orang gila yang belum juga bisa menerima kenyataan." Sarah kembali menagis."Sudahlah sayang, kita harus kuat menerima semua ini. ingat saat ini Reyhan dan Reyanza masih sangat membutuhkan kita berdua, jika kita lemah seperti ini, bagaimana kita bisa menjaga mereka berdua dengan baik." bujuk sang suami seraya membantu istri nya bangkit berjalan menuju sofa."Oma kenapa?""N
Alex dan Berliana kembali melanjutkan perjalanan, jika lelah mereka kembali berhenti. hingga perjalanan jauh mereka sampai disebuah pintu gerbang sebuah desa, dimana sudah terdapat akses jalan yang lebih baik, dan sudah ada penerangan dengan pencahayaan listrik."Suamiku, lihatlah disana sudah nampak beberapa rumah penduduk, jalanan dan lampu-lampu penerangan listrik." tunjuk Berli tersenyum."Iya sayang, semoga saja mereka bersedia membantu kita." ucap Alex.Mereka berjalan mendekati sebuah bangunan berbentuk pos penjagaan, Alex dengan sopan menyapa seorang bapak yang berpakaian layaknya petugas keamanan, yang terlihat heran melihat kedatangan mereka berdua.Dirumah besar keluarga Alexander, Reyhan dan Reyanza kembali bersedih, karena merindukan kedua orang tuanya."Mommy, Daddy. Reyhan kangen hick.hick..." bocah imut itu kembali menagis jika merindukan mommy dan Daddy nya sambil memeluk foto keluarga mereka."Cucu-cucu kesayangan Oma, ngak boleh sedih. karena mommy dan Daddy seka