Share

Part 330

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-21 01:31:17

Evan menghela panjang setelah menatap Livia yang bersikeras tidak ingin pulang. Ia tahu situasi ini tidak mungkin dibiarkan berlarut-larut. Maka ia mengambil ponselnya lalu meninggalkan Livia dengan alasan pergi ke toilet. Tiba di toilet ia menelepon Rajendra.

Rajendra sedang berada di ruangannya ketika ponselnya bergetar di dalam saku. Ia mengambilnya dan melihat nama Evan ada di sana. Sebelumnya mereka memang sempat bertukar nomor telepon satu sama lain.

"Ada apa?" tanya Rajendra tanpa basa-basi.

"Livia ada di sini. Dia datang ke kantor gue sendiri dan bilang nggak mau pulang."

Rajendra terkejut mendengarnya. Tadi Livia bilang akan merajut seharian di rumah. Namun ternyata ia tertipu.

"Dia juga bilang masih cinta sama gue," tambah Evan. "Sorry, Ndra."

Rajendra terdiam. Dadanya begitu sesak. Rasa sakit menohoknya.

"Gue paham," jawab Rajendra akhirnya. "Kalo dia mau di sana biarin aja dulu. Mungkin dia lagi kangen sama lo."

Evan tidak menyangka bahwa jawaban Rajendra akan semudah itu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
indina
pasti ada hikmahnya di balik itu semua NDRA,kamu tidak akan pernah berani untuk menyia nyiakan Livia lagi nantinya kalau Livia udah sembuh.
goodnovel comment avatar
Mira Sauqi
khilaf aja Livia sama Evan......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 331

    Saat jam kerja sudah selesai Evan mengajak Livia pulang. "Aku harus pulang ke mana?" Livia bertanya bingung."Ke rumah kamu. Rumah Rajendra. Biar aku yang antar."Livia menggeleng. "Harus berapa kali aku bilang kalau aku nggak nyaman tinggal di sana? Semua terasa asing.""Itu hanya perasaanmu, Liv. Nggak ada yang asing. Kasihan anakmu, Liv. Dia pasti kehilangan ibunya kalau kamu terus bersikap kayak gini. Aku antar ya? Besok kita ketemu lagi." Evan terus membujuk Livia agar mau pulang."Janji?" kata Livia kurang percaya."Janji." Evan mengangkat kelingkingnya.Livia ragu sejenak tapi akhirnya ia menyambut kelingking Evan dan mengaitkan dengan miliknya.Sepanjang perjalanan Livia lebih banyak diam. Matanya menerawang keluar jendela, mengamati lampu-lampu kota yang menyala seiring datangnya malam. Evan melirik ke arahnya sesekali."Livia," panggilnya."Ya?""Maaf kalau aku terlalu memaksamu. Tapi aku nggak mau kamu semakin jauh dari kehidupanmu yang sebenarnya."Livia hanya diam sampa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan

    Livia mencengkeram sprei di sisi badannya. Napasnya sesak akibat mencoba menahan bobot tubuh Rajendra yang berada di atasnya. Lelaki itu terus bergerak. Menghujam dengan kencang dan menghentak dengan cepat. Membuat Livia melenguh kesakitan. Namun, apa Rajendra peduli? Tentu tidak. Lelaki itu sibuk menikmati sendiri tanpa mau tahu perasaan Livia. Hujaman tajam terus diberikan, hentakan demi hentakan Livia terima. Hanya lirihan perih yang terus terlontar dari bibirnya. Sampai tubuh Rajendra mengejang. Lelaki itu mendapat pelepasannya. Beberapa detik setelah sensasi itu pergi Rajendra menarik diri. Ia buru-buru mengenakan pakaiannya. "Pergi! Tidur di sofa!" perintah lelaki itu pada Livia yang masih berbaring di tempat tidur. Suaranya sedingin tatapannya. Livia cepat mengenakan pakaiannya atau Rajendra akan marah. Diambilnya tongkat yang tersandar di sisi tempat tidur kemudian berjalan terpincang-pincang menuju sofa. Di sanalah Livia tidur setiap malam. Lebih tepatnya sejak i

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dikhianati Di Depan Mata

    Betapa terkejutnya Livia mendengar pengakuan perempuan yang kemudian ia ketahui bernama Utary itu.Bagaimana bisa perempuan itu hamil? Apa itu artinya Rajendra sudah mengkhianati Livia?Dengan hatinya yang hancur Livia menahan air matanya di depan Utary. Ia tidak boleh menangis menunjukkan kelemahannya."Nggak mungkin kamu mengandung anak Rajendra. Suami saya orangnya sangat setia. Dia nggak mungkin mengkhianati saya. Tolong jangan menipu.""Aku nggak menipu. Anak ini memang anak Rajendra. Kami melakukannya atas dasar perasaan cinta," ucap Utary bangga. "Justru aku yang harusnya meragukan kamu. Perempuan seperti kamu istrinya Rajendra? Nggak mungkin!" Utary memindai sekujur tubuh Livia dari puncak kepala hingga bawah kaki, menunjukkan betapa tidak percayanya dia. Perempuan itu terkejut ketika melihat Livia bertumpu pada sebuah tongkat. "Nggak mungkin kamu istrinya. Kamu hanya pembantu di rumah ini kan?" hinanya dengan pandangan merendahkan."Saya bukan pembantu. Saya istri Rajendra ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dia Hanya Pembantu

    Suara yang ditimbulkan kotak makan membuat Rajendra dan wanitanya terkejut. Keduanya sontak memisahkan diri setelah tadi larut dalam ciuman panas yang membara.Rajendra menggeram kesal menyadari Livialah yang datang. Apalagi perempuan itu langsung membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Tadi saking asyik berciuman ia tidak tahu bahwa Livia sudah mengetuk pintu."Mau apa?" tanya lelaki itu dingin pada Livia yang berdiri membatu.Segala pertanyaan yang tersusun runut di benak Livia buyar begitu saja mengetahui perbuatan Rajendra dan wanita yang berciuman dengannya adalah Utary."Kamu lagi!" seru Utary jengkel. "Ndra, kenapa kamu biarkan perempuan itu datang ke sini? Tadi di rumah kamu dia mengaku-ngaku jadi istrimu. Tapi Tante Marina bilang dia hanya pembantu. Jadi mana yang benar?""Ya, dia hanya pembantu," kata Rendra menjawab sambil memandang Livia dengan tatapannya yang tajam. Ia benci Livia yang selalu saja datang ke kantornya untuk mengantar makanan.Hancur sudah hati Liv

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ceraikan Saya

    Livia tidak punya tempat untuk berteduh. Ingin menginap di hotel tapi ia tidak punya uang lebih. Rajendra membatasi uang belanjanya yang hanya cukup untuk keperluan Livia sehari-hari. Jadi, Livia terpaksa pulang ke rumahnya setelah seharian ini berada di luar. Kepulangan Livia disambut oleh wajah masam mertuanya. "Dari mana kamu? Seharian keluar rumah sesukamu. Kamu pikir kamu siapa yang bisa seenaknya keluar masuk rumah ini?" "Maaf, Bu, tadi saya ke kantor mengantar makan siang untuk Rajendra." "Itu tadi siang. Apa kamu nggak tahu kalau sekarang sudah malam?" Livia hanya bisa menunduk mendengar perkataan mertuanya. Ia pikir dengan tidak meladeni Marina perempuan itu menganggap masalah selesai sampai di sana. Nyatanya Livia salah. Marina terus menyalahkannya. "Oh, jadi selain pincang kamu juga tuli sekarang?" kesalnya lantaran Livia tidak merespon perkataannya. Livia mengangkat wajah, mempertemukan tatapannya dengan sang mertua. "Maaf, Bu, saya salah," akunya tidak ingin

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Terbakar Emosi

    "Jangan harap. Itu nggak akan pernah terjadi. Bukan karena aku mencintai kamu, tapi karena aku ingin melihatmu menderita seperti yang selama ini kurasakan." Perkataan Rajendra kemarin malam yang menolak untuk menceraikannya terus terngiang-ngiang oleh Livia dan terbawa sampai hari ini. Livia tidak habis pikir. Bagaimana mungkin Rajendra bisa menderita? Lelaki itu mendapat apa pun dari Livia. Setiap kali Rajendra menginginkan tubuhnya Livia selalu bersedia. Pernah saat Livia sedang sakit ia tetap melayani Rajendra lantaran lelaki itu terus memaksa. Jadi, kalau pun ada yang menderita di dalam pernikahan ini, Livia adalah satu-satunya. Tapi, pernahkah Rajendra menyadari akan hal itu? "Aww!!!" Livia terpekik kesakitan. Akibat melamun tangannya jadi ikut teriris bersama bawang. Livia segera membersihkan jarinya yang berdarah dengan air di wastafel. Namun darahnya tetap keluar. Tadi ia mengiris terlalu kuat sehingga lukanya ikut dalam. 'Aku harus beli obat merah atau plester,' pik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ancaman Rajendra

    Livia menatap lembaran uang yang dilempar Rajendra ke hadapannya dengan tatapan memburam akibat sepasang matanya yang berselimut kabut air mata. Hatinya sedih lantaran cara Rajendra memperlakukannya dan hanya menilainya sebatas uang. "Kenapa diam? Masih kurang uangnya? Berapa lagi yang kamu butuh, hah?" Rajendra membuka lagi dompetnya, mengambil kembali sejumlah uang dari sana, melemparnya ke muka Livia. "Kenapa kamu jahat sama saya, Ndra? Salah saya apa?" tanya Livia lirih dengan air mata yang hampir berderai. Rajendra berdecih. "Masih bisa bertanya salahmu apa?" "Saya memang nggak tahu, Ndra." "Itu karena kamu bodoh!" sergah Rajendra melampiaskan segala sakit hatinya. "Sekarang suruh orang itu pergi. Aku nggak mau ngeliat dia menginjakkan kaki di rumahku lagi!" Livia cepat menggelengkan kepalanya. "Saya sudah terlanjur menerima uang dari Pak Ryuga," dustanya. Yang sebenarnya ia belum menerima sepeser pun dari Ryuga. Mereka baru sekadar berkenalan. "Kembalikan!" Kata be

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Cinta Sendiri

    "Selamat malam, Bu Livia, saya mengantar Hazel les," kata Ryuga setelah Livia muncul dan duduk di hadapannya."Selamat malam, Pak Ryuga," jawab Livia ramah. Ekspresinya begitu ceria. Tidak ada yang tahu jika sesaat yang lalu Livia baru bertengkar hebat dengan suaminya. "Hazel silakan ditinggal ya, Pak. Nanti Bapak bisa jemput satu setengah jam lagi," sambung perempuan itu."Baiklah, Bu." Ryuga lantas berdiri, bersiap untuk pergi."Papa, jangan telat jemput aku ya, Pa," kata Hazel sebelum ayahnya meninggalkannya dengan Livia."Tentu, Sayang, Papa akan tepat waktu," janji pria itu.Sepeninggal Ryuga, Livia mengajak Hazel ke ruangan lain yang berada tepat di depan kamarnya. Di sanalah aktivitas belajar mengajar diselenggarakan.Hari pertama Livia mengajarkan matematika. Tadi Ryuga sempat bercerita padanya bahwa sang putri lemah dalam bidang pelajaran itu."Hazel, Bu Livia tinggal sebentar ya. Sekarang coba kamu kerjakan soal-soal ini dari nomor satu sampai sepuluh," kata Livia memberi in

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 331

    Saat jam kerja sudah selesai Evan mengajak Livia pulang. "Aku harus pulang ke mana?" Livia bertanya bingung."Ke rumah kamu. Rumah Rajendra. Biar aku yang antar."Livia menggeleng. "Harus berapa kali aku bilang kalau aku nggak nyaman tinggal di sana? Semua terasa asing.""Itu hanya perasaanmu, Liv. Nggak ada yang asing. Kasihan anakmu, Liv. Dia pasti kehilangan ibunya kalau kamu terus bersikap kayak gini. Aku antar ya? Besok kita ketemu lagi." Evan terus membujuk Livia agar mau pulang."Janji?" kata Livia kurang percaya."Janji." Evan mengangkat kelingkingnya.Livia ragu sejenak tapi akhirnya ia menyambut kelingking Evan dan mengaitkan dengan miliknya.Sepanjang perjalanan Livia lebih banyak diam. Matanya menerawang keluar jendela, mengamati lampu-lampu kota yang menyala seiring datangnya malam. Evan melirik ke arahnya sesekali."Livia," panggilnya."Ya?""Maaf kalau aku terlalu memaksamu. Tapi aku nggak mau kamu semakin jauh dari kehidupanmu yang sebenarnya."Livia hanya diam sampa

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 330

    Evan menghela panjang setelah menatap Livia yang bersikeras tidak ingin pulang. Ia tahu situasi ini tidak mungkin dibiarkan berlarut-larut. Maka ia mengambil ponselnya lalu meninggalkan Livia dengan alasan pergi ke toilet. Tiba di toilet ia menelepon Rajendra.Rajendra sedang berada di ruangannya ketika ponselnya bergetar di dalam saku. Ia mengambilnya dan melihat nama Evan ada di sana. Sebelumnya mereka memang sempat bertukar nomor telepon satu sama lain."Ada apa?" tanya Rajendra tanpa basa-basi."Livia ada di sini. Dia datang ke kantor gue sendiri dan bilang nggak mau pulang."Rajendra terkejut mendengarnya. Tadi Livia bilang akan merajut seharian di rumah. Namun ternyata ia tertipu."Dia juga bilang masih cinta sama gue," tambah Evan. "Sorry, Ndra."Rajendra terdiam. Dadanya begitu sesak. Rasa sakit menohoknya. "Gue paham," jawab Rajendra akhirnya. "Kalo dia mau di sana biarin aja dulu. Mungkin dia lagi kangen sama lo."Evan tidak menyangka bahwa jawaban Rajendra akan semudah itu

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 329

    Livia melangkah masuk ke dalam gedung perkantoran dengan jantung berdebar kencang. Ia bahkan tidak tahu bagaimana bisa sampai di sini. Ia hanya mengikuti dorongan kuat dalam hatinya. Sesuatu di tempat itu terasa familier dengannya walaupun ingatannya tetap kabur.Saat ia tiba di depan resepsionis ia bertanya, "Pagi, Mbak, Evan Satria ada di sini?"Resepsionis menatapnya dengan ragu sejenak lalu menjawab, "Anda sudah anda janji dengan Pak Evan?"Livia menggeleng. "Nggak ada. Tapi tolong kasih tahu dia bahwa Livia ada di sini."Resepsionis tampak ragu tapi tak urung menghubungi seseorang. Tidak butuh waktu lama seorang lelaki berkemeja biru muncul."Livia!" Walau tadi sudah disampaikan resepsionis bahwa Livia yang menunggunya namun Evan tetap tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Livia tersenyum tipis lalu memeluk Evan penuh kerinduan. "Kangen banget sama kamu, Van."Evan yang merasa tidak enak melepaskan pelukan itu pelan-pelan."Ayo kita ke ruanganku, Liv," ajaknya.Livia menurut

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 328

    'Aku harus berbuat baik pada Rajendra agar dia bisa percaya padaku. Aku nggak boleh lagi bersikap denial padanya agar bisa mengungkap semuanya.' Itu yang dipatrikan Livia di dalam hatinya sebelum ia tidur malam.Keesokan paginya saat terbangun Livia melaksanakan niatnya. Ia harus bersikap baik dan lembut pada Rajendra agar bisa lebih dalam menggali rahasia yang dipendam lelaki itu. Saat muncul di ruang makan ia melihat Rajendra sudah berada di sana dengan secangkir kopi di hadapannya. Biasanya Livia akan menghindari sarapan bersama Rajendra, tapi kali ini berbeda.Livia mengumpulkan napas serta menguatkan hatinya sebelum berjalan mendekat. "Pagi," sapanya dengan lembut.Rajendra menoleh dan agak terkejut lantaran Livia menyapanya lebih dulu, sesuatu yang tidak pernah perempuan itu lakukan selama ia sakit.Livia duduk di kursi seberang Rajendra. "Kopinya enak?" tanyanya yang lagi-lagi membuat Rajendra terkejut.Rajendra tentu curiga dengan perubahan istrinya. "Kenapa tiba-tiba perhati

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 327

    Evan tidak menyangka Livia akan mengatakan hal seperti itu di depan suaminya sendiri.Sementara itu Rajendra mengepalkan tangan, mencoba menahan gejolak di dalam dada. Kata cerai yang diucapkan Livia menusuk hatinya begitu dalam."Jangan diam aja, Van, ngomong dong!" Livia terus mendesak dengan mengguncang-guncang badan Evan.Evan mengalihkan pandangannya pada Rajendra. Saat tatapan mereka bertemu Rajendra memberi isyarat dengan matanya."Karena kita udah nggak cocok lagi, Liv, makanya kita putus.""Kita nggak cocok? Kita nggak cocok kenapa?" Livia semakin mendesak ingin tahu. "Bukankah kita saling mencintai? Hubungan kita sangat kuat. Kita nggak mungkin putus gitu aja," isak Livia lalu kembali memeluk Evan dan membasahi kemeja pria itu dengan air matanya.Evan mengatupkan rahangnya. Membiarkan Livia menangis dalam pelukannya. Di satu sisi ia ingin mengakui bahwa ia adalah pria brengsek yang dulu meninggalkan Livia akibat kecelakaan itu. Namun di sisi lain ada tatapan Rajendra yang m

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 326

    Hari-hari terus berlalu. Keadaan fisik Livia sudah berangsur pulih. Hari ini Livia bertekad akan mendatangi rumah Evan. Ia butuh penjelasan atas semuanya. Kenapa mereka tidak menikah namun justru ia menikah dengan Rajendra. Dengan sisa-sisa ingatannya Livia memetakan alamat rumah Evan di kepalanya. Ia tidak butuh Rajendra. Ia akan pergi sendiri. Namun niatnya terhalang. Ketika ia sudah siap untuk pergi, Rajendra sudah berdiri di hadapannya."Kamu mau ke mana, Liv?" tanya laki-laki itu."Keluar." Livia menjawab singkat."Keluar ke mana? Kamu butuh sesuatu? Biar aku yang antar."Livia terdiam sejenak sebelum berkata, "Aku mau ke rumah Evan."Rajendra sempat terkejut namun menutupi dengan ekspresinya."Aku akan temani kamu ke sana. Kamu ingat alamatnya?""Semua aku ingat, kecuali kamu!" jawab Livia ketus. Setelah mendengar cerita Tasia tentang Rajendra, perlahan-lahan Livia mulai membenci lelaki itu."Oke. Kita ke rumah Evan sekarang," putus Rajendra. Karena sampai kapan pun ia menunda L

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 325

    "Bunda, malam ini boleh Adis tidur sama Bunda?" pinta Gadis pada Livia setelah mereka makan malam bersama.Livia menoleh ke arah Gadis, menatap wajah polos itu tanpa tahu harus menjawab apa. Permintaan Gadis begitu sederhana. Tapi bagi Livia yang masih merasa asing dengan semuanya, itu justru terasa sulit."Adis kangen sama Bunda," lirih Gadis dengan perasaan sedih.Rajendra yang masih duduk di kursinya ikut memerhatikan. Ia berharap Livia akan mengiakan namun Livia tetap diam, seakan sedang mempertimbangkan.Livia ingin mengatakan tidak. Tapi melihat sorot mata penuh harapan dari Gadis membuatnya ragu. Ia belum bisa menerima anak itu sebagai anaknya. Tapi menolak mentah-mentah juga terasa kejam."Menurut saya Bu Livia masih butuh waktu untuk sendiri. Jadi nanti biar Gadis tidur sama Tante Tasia aja ya?" sela Tasia sambil melihat ke arah Gadis."Nggak apa-apa kalau begitu. Biar Adis tidur di kamar aja." Gadis beranjak pergi membawa kesedihannya.Rajendra menghela napas lalu ikut menyu

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Curiga

    Tasia mengulas senyum tipis sebelum melangkah pergi. Namun sebelum pintu tertutup sepenuhnya ia menambahkan. "Selamat istirahat, Bu, nggak usah terlalu dipikirkan."Livia menghela napas berat sebelum pintu benar-benar tertutup. Ia tidak tahu entah kenapa ucapan Tasia sangat mengusiknya. Tapi bayangan tentang Rajendra mencari teman tidur malah membuat pikirannya terganggu. Dan ia terus memikirkannya.Ia merebahkan diri di kasur, menatap langit-langit kamar. Di satu sisi ia tidak merasakan ada keterikatan dengan Rajendra. Namun di sisi lain ada ketidaknyamanan yang tumbuh setelah ia mendengar ucapan Tasia tadi.'Kenapa aku harus peduli?' Ia menggumam pelan.Jika Rajendra memang suaminya apa dia pria yang setia?*Livia terbangun dari tidurnya. Ia terkejut ketika mendapati Rajendra berada di dekatnya ketika ia membuka mata."Sudah bangun?" ucap laki-laki itu."Jam berapa sekarang?" Livia melihat sekelilingnya dan mendapati lampu yang menyala."Jam tujuh malam."Livia terdiam. Ternyata cu

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Membangkitkan Ingatan

    Setelah melihat-lihat foto yang terpajang di dinding Rajendra mengajak Livia menuju kamar pribadi mereka.Begitu pintu terbuka aroma lavender yang berasal dari diffuser ruangan menyambut mereka.Kamar itu luas dan tertata rapi. Dindingnya dihiasi wallpaper bunga sakura yang memberi kesan lembut. Sebuah tempat tidur king size terdapat di tengah ruangan.Rajendra membuka lemari dan mengambil sesuatu dari sana kemudian memperlihatkan pada Livia."Liv, kalau kamu masih nggak percaya kita sudah menikah, lihat ini." Livia menerima buku nikah dari Rajendra. Ia membukanya dengan perlahan. Jari-jemarinya menyusuri halaman demi halaman. Hingga akhirnya berhenti pada lembar yang berisi foto mereka. Livia menatap lama foto dirinya yang berdampingan dengan foto Rajendra. Matanya beralih ke bagian lainnya. Stempel resmi serta tanda tangan mereka berdua. Semua terlihat nyata. Tapi kenapa ia merasa ini adalah seperti kehidupan orang lain?Rajendra memerhatikan ekspresi Livia dengan teliti. "Gimana?

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status