Happy reading....Tepat jam 19.00 malam, tamu yang diundang oleh Mama Rani pun datang. Dan dia adalah keluarga Okta. Aisyah cepat cukup terkejut saat melihat ternyata yang datang adalah Oktam"Mah, jadi tamunya itu bang Okta sama Papahnya?" bisik Aisyah sambil menyenggol bahu mamahnya."Iya ... sekalian Mama mau ngucapin terima kasih, karena Okta kan sudah ngebantu kamu buat urus perceraian mu dengan Andre."Aisyah mengangguk, kemudian dia menangkupkan kedua tangannya di depan dada saat Okta dan juga Papa Abraham duduk di hadapannya."Terima kasih ya ... sudah menerima undangan makan malam dari kami," ucap Papa Agam sambil tersenyum ke arah sahabatnya."Santai saja, kayak sama orang lain," jawab papa Abraham sambil terkekeh kecil. "Oh iya ... gimana? Kata Okta perceraian anak kamu dan juga suaminya berjalan lancar?" Kali ini papa Abraham menatap ke arah Aisyah."Iya ... alhamdulillah perceraian putriku lancar, walaupun tadi ada sedikit kendala sih ""Kendala? Apa itu?" tanya papa Abra
Happy reading ....."Ada apa Aisyah?" tanya Okta."Ini Bang, ada yang mengirimkan ku pesan, tapi isinya sebuah ancaman," jawab Aisyah sambil memberikan ponselnya ke arah Okta.Pria itu pun membacanya, dan di sana tertera sebuah ancaman untuk Aisyah, di mana isinya adalah ....KAMU DAN KELIARHAMU AKAN MENDAPATKAN BALASANNYA! AKU AKAN MEMBUAT KALIAN HANCUR."Kira-kira siapa ya, Bang?" tanya Aisyah dengan raut wajah yang ketakutan.Jujur dia merasa takut jika keluarganya dalam bahaya, dan Okta yang melihat ketakutan di wajah Aisyah pun menggenggam tangan wanita itu, membuat Aisyah sontak langsung menariknya."Maaf ... aku hanya tidak ingin kamu cemas. Kamu tidak usah khawatir ya! Aku akan mencari tahu siapa orang yang sudah meneror kamu, dan sebaiknya kamu blok saja nomornya," tutur Okta."Iya Bang, terima kasih ya ... tapi aku penasaran siapa yang sudah berani mengirimkan pesan ancaman seperti itu?"Okta diam, sepertinya dia tahu siapa dalang dari pemilik nomor asing tersebut. Tapi Okta
Happy reading ....."Kenapa Syah?" tanya Okta saat melihat Aisyah terlihat panik.Tanpa menjawab wanita itu pun menyerahkan ponselnya ke pada Okta, dan lagi-lagi dia membaca sebuah ancaman.JIKA KAU TIDAK MENTRASFER UANG YANG KU MINTA DAN KAU TIDAK MEMBALAS PESAN INI, MAKA JANGAN SALAHKAN AKU JIKA KELUARGAMU AKAN CELAKA. "Benar-benar keterlaluan!" geram Okta sambil mengepalkan tangannya.Aisyah sudah dilanda ketakutan, dia takut jika orang itu benar-benar akan mencelakai kedua orang tuanya "Bang, gimana ini? Aku tidak mungkin membiarkan orang tuaku celaka Bang, sebaiknya aku--""Tidak. Entah kenapa feeling ku mengatakan bahwa ini adalah ulah mantan suamimu.""Mas Andre? Tapi bagaimana bisa dia tahu nomorku?" kaget Aisyah bercampur bingung."Entahlah ... kamu tenang aja ya, aku tidak akan membiarkan dia mencelakai keluargamu. Sebentar aku telepon anak buahku dulu."Kemudian Okta pun keluar dari mobil, dia memerintahkan anak buahnya untuk mengintai setiap gerak-gerik Andre, karena Okt
Okta membalikan badannya saat dia mengetahui siapa wanita itu. Sementara saat wanita yang berada di hadapan Aisyah melihat Okta, dia pun langsung mengejar pria tersebut."Okta tunggu!" tahan wanita tersebut sambil memegang lengan Okta."Lepaskan tanganku!" pinta Okta dengan raut wajah yang dingin."Tidak. Aku tidak mau!" Wanita itu menarik tangan Okta sedikit kuat, hingga membuat es krim yang berada di tangan pria tersebut pun akhirnya jatuh."Lepaskan!" pinta Okta sambil melepaskan tangannya dengan kasar, kemudian dia pergi dari sana. Akan tetapi wanita itu lagi-lagi menahannya, namun kali ini bukan sebuah pegangan tetapi pelukan."Kenapa sih kamu selalu menghindariku? Kamu tahu ... aku begitu sangat merindukanmu, Okta. Ayolah ... jangan seperti ini! Selama ini aku mencarimu, tapi kamu selalu saja berpaling dariku. Aku tahu kok di hatiku masih ada kamu kan?" ucap wanita tersebut dengan pedenya.Okta tersenyum sinis, kemudian dia melepaskan tangan yang melingkar di perutnya. "Jika ing
"Anak buahku bilang jika Andre bukan tersangkanya, sebab pria itu tekun bekerja di kebun mertuanya, tapi ... jika bukan dia, lalu siapa?"Aisyah yang mendengar penuturan Okta pun seketika menjadi lesu. Dia pikir memang Andre pelakunya. "Tapi kalau bukan Mas Andre, siapa Bang? Aku merasa tidak mempunyai musuh?" bingung Aisyah.Okta juga terdiam, menerka-nerka siapa dalang dibalik peneror tersebut. Kemudian dia melirik ke arah Aisyah di mana wanita itu dilanda kecemasan."Sudah ... jangan terlalu dipikirkan! Aku akan menemukan orangnya, sebaiknya sekarang kita pulang yuk!" ajak Okta.Aisyah menggelengkan kepalanya, 😚"Tidak Bang. Antarkan aku ke kantor saja! Masih ada pekerjaan yang harus aku handle," pinta Aisyah.Okta pun melajukan mobilnya menuju kantor di mana Aisyah bekerja, dan selama perjalanan wanita itu hanya diam saja, pikirannya sedang kalut memikirkan siapa pelaku yang sudah meneror dia selama ini.Hingga tanpa terasa wanita itu pun tertidur, dan saat mobil sampai di depan k
Seorang pria berjas turun dari mobil tersebut. Namun Aisyah tidak bisa melihat jelas, dan saat pria itu mendekat barulah ia sadar jika pria itu adalah temannya."Astaga ... Erik! Kamu Erik kan?" kaget Aisyah sambil menatap ke arah pria tampan tersebut."Memangnya kamu pikir siapa? Ya jelas aku kembarannya Erick Thohir," jawab pria itu sambil mengedipkan sebelah matanya. "Kamu ngapain berada di bawah hujan seperti ini?""Aku mau pulang, tadi mau nyari taksi eh malah nggak ada, penuh semua," jawab Aisyah sambil memegang payungnya."Ya udah ... kalau gitu aku antar yuk!" ajak Erik.Aisyah terdiam. "Ah ... tidak usah. Aku biar masuk lagi aja ke dalam kantor ""akamu ini bandel ya dari dulu, kalau dibilangin susah. Sudahlah ayo! Lagi pulang hujannya semakin deras, kalau kamu tidak pulang nanti kedua orang tuamu cemas bagaimana?"Aisyah nampak berpikir, kemudian dia pun mengangguk. "Baiklah, kalau begitu aku ikut pulang dengan kamu." Mendengar itu Erik tentu saja sangat senang.Dia membukak
Bang Okta kaget AisyahSementara Erik menatap ke arah wanita itu, karena Aisyah mengenal pria yang sedang duduk sambil menatap dirinya. "Kamu kenal sama dia, Aisyah?" tanya Erik."Jelas kenal, dia itu anak temennya dari Mama dan Papa," jawab Aisyah. Kemudian dia melangkah mendekat ke arah Okta."Bang Okta di sini?" tanya Aisyah sambil duduk di hadapan pria itu.Belum juga Okta menjawab Mama Rani sudah datang sambil membawa teh hangat. "Eh ... ada tamu. Aisyah, tadi Okta ke kantor kamu, tapi kata satpam kamu udah pulang."Aisyah menatap ke arah Okta, dan pria itu pun menganggukan kepala. "Iya, tadi aku ke kantor tapi kamu udah pulang. Aku pikir kamu udah sampai rumah dan aku mau memastikan, ternyata belum, jadi aku menunggu kamu di sini," jelasnya."Aduh ... aku jadi nggak enak nih." Aisyah tersenyum canggung namun tatapan Okta sejak tadi mengarah kepada Erik."Oh iya, dia siapa, Syah?" tanya Okta."Oh ... ini Erik temen kuliah aku dulu. Erik kenalin, ini Bang Okta," jawab Aisyah.Kemu
Happy reading .....Sudah seminggu lamanya tidak ada kabar dari anak buah Okta tentang peneror tersebut. Aisyah pikir mungkin saja peneror itu sudah lelah."Aku hari ini ada jadwal meeting di cafe, sebaiknya aku ke sana sekarang daripada nanti aku terlambat," gumam Aisyah sambil melihat jam yang melingkar di tangannya, sebab meeting akan diadakan jam 08.00 pagi."Mah, Pah, Aisyah nggak sarapan ya soalnya ada meeting pagi nih. Nanti aja sekalian sarapan di sana.""Ya sudah, kalau gitu kamu hati-hati di jalan ya," ucap Mama Rani.Aisyah mengangguk, lalu dia mencium tangan kedua orang tuanya. Dan saat wanita itu keluar dari rumah hendak menaiki mobil, tiba-tiba tatapan Aisyah terpaku saat sudah ada dua orang yang dia kenal."Loh ... Erik! Bang Okta! Kalian di sini kok nggak ngabarin aku dulu?" tanya Aisyah dengan kaget."Iya sengaja, mau ngasih surprise," ucap Okta. Kemudian dia berjalan ke arah Aisyah. "Ini ..." Pria itu menyerahkan bunga mawar kepada Aisyah."Ini untuk aku, Bang?" tany
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u