Happy reading ...."Aisyah, kamu nggak apa-apa?" tanya Okta dengan wajah yang panik saat melihat Aisyah memegangi kakinya yang terkena cipratan air panas."Tidak apa-apa Tuan," jawab Aisyah namun, wajahnya tidak bisa berbohong.Okta hendak menggendong tubuh Aisyah, tapi seketika ditahan oleh wanita berjilbab itu. "Maaf Tuan, Anda mau apa?" tanya Aisyah dengan kaget."Saya akan menggendongmu. Saya akan mengobati lukamu.""Tidak Tuan, maaf kita bukan muhrim. Biar saya minta tolong Mbok saja," jawab Aisyah menolak pertolongan dari Okta sambil menundukan kepalanya, sebab dia masih terbayang tubuh Okta tanpa baju.Pria itu pun mengangguk, kemudian dia memanggil Mbok Tuti. Dan tak lama wanita paruh baya itu datang melihat Aisyah tengah kesakitan, tentu saja Mbok Tuti merasa khawatir."Astaghfirullahaladzim! Aisyah, kamu kenapa, Nak?""Nggak apa-apa Mbok, ini kaki Aisyah tadi siram air panas.""Ya sudah, kalau begitu kita ke dapur yuk! Mbok obatin lukanya." Aisyah mengangguk, kemudian dia be
Happy reading .....Hari-hari dilewati oleh Aisyah dengan bekerja di rumahnya Okta, dan hari ini dia lumayan sibuk, sebab nanti malam akan ada tamu penting yang diundang untuk makan malam oleh Papanya Okta.Kebetulan Papanya Okta meminta untuk makan malam itu dilangsungkan di rumah putranya sebab di kediamannya sedang direnovasi."Kira-kira siapa ya yang akan datang nanti malam?" tanya Mirna sambil mengulek bumbu."Aku tahu, mungkin tidak jauh dari perjodohannya Tuan muda. Biasanya kan tiap ada tamu penting pasti akan dijodohkan dengan Tuan muda,' timpal Wati."Hush! Kalian ini sukanya ngegosip, sebaiknya kita bekerja. Soal siapa itu dan dijodohkan atau tidak, itu urusannya Tuan muda dan keluarganya. Kita di sini hanya pelayan, tidak berhak untuk ikut campur," timpal mbok Tuti mengingatkan...Sesuai dengan ucapan dan juga gosip, jika akan ada tamu penting datang ke rumah itu.Aisyah dan juga beberapa pelayan sudah selesai menyiapkan hidangan di atas meja makan, sementara Okta turun d
Happy reading....Aisyah menatap ke arah sumber suara. Seketika tubuhnya seperti tak bertenaga sama sekali, tulangnya mendadak menjadi lentur.Tak pernah Aisyah sangka bahwa ia akan bertemu dengan orang tuanya. Sementara mama Rani yang melihat keberadaan Aisyah di sana, segera memeluk tubuh wanita itu. Dia menangis, membuat semua mata saling menatap satu sama lain.Apalagi Okta, dia belum mengetahui jika Aisyah adalah putri dari papa Agam, sahabat papanya. Dia hanya menatap ke arah Aisyah dengan wajah bingungnya."Aisyah sayang, kenapa kamu bisa ada di sini? Kamu tahu! Mama dan Papa selama ini mencari kamu, Nak. Kami khawatir sama kamu," ujar mama Rani sambil kembali memeluk tubuh Aisyah.Wanita itu termangu, dia tak menyangka jika selama ini kedua orang tuanya juga mengkhawatirkan dirinya.Tadinya Aisyah pikir, mama dan papanya sudah tak sayang lagi kepadanya, karena ia sudah durhaka kepada mereka.Seketika Aisyah langsung ambruk ke lantai, mencium kaki mamanya. "Mama, maafkan Aish.
Happy reading .....Aisyah sampai di rumah, dia langsung berjalan menuju lantai dua di mana kamarnya berada, dan saat sampai di sana air mata tak bisa ditahan lagi.Kamar yang ia tinggalkan setelah bertahun-tahun lamanya, bahkan tidak berubah sama sekali. Dari penataan, barang-barang ataupun cat di dalam kamar tersebut."Selamat datang kembali di kamar kamu sayang," ucap Mama Rani sambil memeluk tubuh Aisyah.Mereka berjalan lalu duduk di tepi ranjang. Mama Rani menggenggam tangan Aisyah, menatapnya dengan lekat."Nak, boleh Mama bertanya sesuatu?""Apa itu, Mah?""Kenapa pada akhirnya kamu memutuskan meninggalkan suamimu?"Terlihat Aisyah menghela nafasnya dengan kasar saat mengingat semua siksaan, makian dari mertua dan juga suaminya."Bagaimana mungkin Aisyah bisa bertahan Ma? Jika hanya cacian dan makian tidak masalah, mungkin Aisyah masih bisa, tapi ... mereka sudah menuduh Aisyah selingkuh. Mereka menuduh Aisyah di hadapan banyak orang sebagai wanita jalaang, harga diri Aisyah se
Happy reading ....Pagi ini Aisyah sedang berada di meja makan bersama kedua orang tuanya untuk melakukan sarapan pagi.Papa Agam terus menatap lekat ke arah putrinya, dia masih tak menyangka jika saat ini Aisyah sudah kembali ke rumah. Namun, hatinya juga teriris sakit salah melihat fisik dari putrinya yang jauh sangat berbeda.'Apa sebegitu menderita kah putriku bersamanya? Sampai dia harus sekurus ini?' batin papa Agam.Mama Rani menggenggam tangan pria itu, "ada apa, Pah?""Tidak apa-apa, Mah." Kemudian tatapan Papa Agan mengarah kepada Aisyah, "sayang, nanti siang kamu ke mall ya! Kamu harus perawatan lagi."Aisyah menganggukkan kepalanya, sudah lama sekali dia tidak memanjakan tubuhnya. Bahkan, tangan Aisyah saja sangat kasar, sebab terlalu sering bekerja keras."Oh iya ... tadi pagi Okta nelpon Papa, katanya dia sudah membantu kamu mengurus perceraian kamu sama si pria brengsek itu?" Bahkan Papa Agam enggak menyebutkan nama Andre."Iya Pah," jawab Aisyah "Kalau begitu, segera u
Happy reading.....Aisyah dan mama Rani terkejut saat melihat siapa orang itu. Apalagi Aisyah, sampai menitikan air mata.Orang itu langsung mendekat ke arah Aisyah kemudian memeluk tubuhnya dengan erat. "Ya ampun Syah! Gue benar-benar rindu banget sama lo. Lo kemana aja sih selama ini? Gue cari nggak ada, gue ke rumah laki lo yang lama katanya udah pindah?""Iya maafin gue ya Vita, gue pindah ke desa. Soalnya Mas Andre waktu itu juga kerjanya dipindah, jadi terpaksa deh. Kamu apa kabar?""Alhamdulillah kabar gue baik, lo sendiri? Tapi ... gue rasa lo lebih kurus ya? Lo nggak dikasih makan apa, sama laki lo?"Aisyah tersenyum tipis, tanpa menjawab pertanyaan dari sahabatnyanya itu, dia langsung mengajak wanita tersebut untuk duduk."Makan bareng yuk!" ajak Aish."Lo belum jawab pertanyaan gue, Syah. Apa lo nggak dikasih makan sama laki lo, sampai badan sekurus ini? Kayak lidi ini, mah ujung-ujungnya Abang banting adek, bang."Aisyah langsung terkekeh, begitu pula dengan mama Karina. "
Happy reading ....."Tuan Okta!" kaget Aisyah serta Mama Kirana.Pria itu mendekat ke arah Aisyah sambil tersenyum. "Hai ... apa kabar? Nggak nyangka ya kita dipertemukan di sini?" tanya Okta sambil mencium tangan mama Rani."Alhamdulillah kabar baik, Tuan. Tuan sendiri apa kabar? Oh ya ... kabarnya Mbok Tuti sama pelayan yang lain gimana?""Alhamdulillah kabar aku sama mereka juga baik. Kamu habis belanja?" Okta melirik ke arah paper bag yang ditenteng oleh Aisyah."Iya nih habis belanja. Tuan Okta sendiri, habis apa?""Saya habis meeting tadi," jawab Okta.Mama Rani merasa senang karena Aisyah sangat dekat dengan Okta, besar harapannya di dalam hati jika kedua orang itu kembali berjodoh, walaupun dengan status Aisyah yang sebentar lagi akan menjadi janda.Sementara Vita menyenggol bahu Aisyah, karena dia sangat penasaran dengan pria yang saat ini tengah mengobrol dengan sahabatnya."Oh iya ... sampai lupa. Kenalin Vita, ini Tuan Okta, dan Tuan Okta ... kenalin, ini Vita sahabat saya.
Happy reading .....Hari persidangan pun tiba, di mana saat ini Andre sudah berada di pengadilan agama, akan tetapi dia tidak melihat keberadaan Aisyah di sana."Istrimu itu mana? Dia yang menggugat tapi dia sendiri tidak datang, jangan-jangan ... dia tidak berani bertemu dengan kamu," ucap Bu Lisa dengan nada yang sinis.Andre diam, dia juga bingung kenapa Aisyah tidak datang. Tapi, besar harapan dia untuk kedatangan Aisyah. Sebab Andre ingin menjatuhkan talak 3 kepada wanita itu."Selamat siang. Apa Bapak ... Tuan Andre?" tanya pak Bagas selaku pengacara Aisyah."Iya, saya Andre. Maaf bapak siapa ya?""Saya adalah Bagas, saya pengacaranya ibu Aisyah. Dan kebetulan Ibu Aisyah tidak bisa datang karena ada halangan, jadi saya yang mewakilkan," tutur Pak Bagas.Dahi Andre mengkerut heran saat melihat jika pria itu adalah pengacara dari Aisyah, dari mana wanita itu bisa mendapatkan uang untuk membayar pengacara? Sedangkan pengacara bayarannya sangat mahal pikir Andre."Bapak dibayar pakai
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u