Bab 100 -Seminggu berlalu ....Video viral pertengkaran Elang dengan Miya di rumah sakit, telah mereda meski tak benar-benar lantas hilang begitu saja. Namun setidaknya dalam hari-hari ini tidak separah sebelumnya.Elang yang banyak berdiam diri di rumah sambil merawat Olga yang menjadi sakit-sakitan semenjak kabar suaminya meninggal, terlebih dia telah dipecat dari kantornya.Untuk itulah sejak pagi, Elang sudah bertekad untuk datang ke kantor dan menemui Pak Gunawan. Dia ingin membicarakan masalah pemecatannya. Elang merasa semua ini tak adil baginya."Ma, aku mau ke kantor sebentar, ya, ada yang mau aku bicarakan sama Pak Gunawan," ijinnya pada Olga yang tampak duduk di tempat tidur, dengan bersandar di kepala ranjang.Olga menatap Elang sambil mengernyitkan dahi. "Mau apa lagi ke kantor, kamu 'kan sudah dipecat dari sana?! Lagipula hari ini jadwal Cindy untuk kontrol kandungannya ke dokter, Lang, sebagai suami yang baik, kamu harus temani dia. Saat ini, Cindy udah nunggu kamu di
BAB 101 -Elang benar-benar meninggalkan Cindy, setelah perdebatan mereka. Lelaki itu tak ingin kehilangan kesempatan untuk bertemu dan berbicara dengan Miya.Apapun konsekuensinya setelah ini, yang Elang inginkan hanya mengatakan kebenarannya yang terjadi padanya sejak awal."Miya, tunggu sebentar, Miya! Beri aku satu kali aja kesempatan untuk jelasin semuanya ke kamu!" Elang mencekal pergelangan tangan Miya saat dia telah berhasil mengejar istrinya itu.Miya berusaha menghempas tangan Elang, meski nyatanya suaminya itu tak sedikitpun melonggarkan genggaman tangannya. Elang terlalu takut Miya pergi lagi darinya."Mau apa lagi sih, Mas? Apa yang mau kamu jelasin!" Miya seperti benar-benar telah kehilangan kepercayaan."Tolong, Miya. Aku mohon satu kali ini aja, beri aku kesempatan untuk jelasin ke kamu. Kalau setelah dengar penjelasanku, dan kamu masih mau tetap pergi, aku janji, aku nggak akan menghentikan kamu. Tapi seenggaknya kasih aku satu kali kesempatan aja, aku mohon," ucap El
BAB 102 – ELANG LUMPUH?!Miya meremas tangannya yang dingin kuat-kuat di depan ruang tindakan. Duduknya gelisah dan tak tenang, meski Zelo senantiasa merengkuh bahunya, menyalurkan sedikit kekuatan semangat pada adiknya itu.Pikiran-pikiran buruk terus menghantui Miya, saat matanya tak lekang melirik ruang tindakan yang masih tertutup. Seolah nasib hidup dan mati Elang bergantung dari dalam sana."Kamu yang tenang. Dokter pasti akan melakukan yang terbaik," kata Zelo sambil mengusap lembut rambut Miya yang tergerai berantakan."Aku takut, Mas," bisiknya dengan suara yang bergetar.Bagaimana Miya tidak takut, suaminya sedang bergulat melawan maut di dalam sana. Itupun terjadi karena demi menyelamatkan dirinya. Jika sampai terjadi apa-apa pada Elang, bahkan membayangkannya saja rasanya Miya tak mampu. Anak-anak mereka bahkan belum lahir, jadi jangan sampai kalau Elang ...."Keluarga pasien?" ucap Dokter yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.Miya langsung bangkit dari duduknya. Me
BAB 103 – TINGGAL BERSAMA OLGA?!"Lebih baik kamu sekarang istirahat, Mas. Jangan dipikirkan terlalu dalam, percayalah suatu hari nanti kamu pasti sembuh," ucap Miya menenangkan.Elang mengangguk samar, lantas memejamkan mata. Kepalanya masih sakit, terlebih dengan kabar buruk yang baru saja dia terima.Saat Elang telah terpejam, Olga menarik kasar tangan Miya untuk keluar bersama Cindy.Di depan ruangan itu, Olga langsung menudingkan tangannya ke wajah Miya. "Semua ini gara-gara kamu, Miya! Elang jadi lumpuh, semua karena kesalahan kamu. Mama nggak mau tahu lagi, Miya. Kamu harus bertanggung jawab! Kamu harus merawat dia sampai sembuh!" hardik Olga geram. Cindy hanya menatap sambil menyilangkan tangan di dada.Miya yang memang merasa bersalah, tak menampik maupun melawan omongan Olga."Baik, Ma. Aku pasti akan bertanggung jawab untuk merawat Mas Elang, sampai dia sembuh dan pulih lagi, bagaimanapun juga dia masih suamiku," ucap Miya mengangguk."Oke. Kalau begitu, kamu pindah ke ruma
BAB 104 – RENCANA LICIK CINDYCindy berdecak sambil menatap pantulannya sendiri di cermin dalam kamarnya. Wajahnya menekuk menatap perutnya yang kian hari kian membuncit.Tentu saja, perutnya kian membesar lantaran usia kandungannya memang telah memasuki tiga bulan."Tubuhku jadi nggak cantik lagi, gak langsing lagi seperti dulu," gumamnya dengan sebal.Cindy menggaruk dagunya sambil berpikir. "Gimana caranya, aku ngilangin anak ini, tanpa ketauan orang ya?!" bisiknya pada dirinya sendiri.Cindy berjalan menuju ranjangnya sambil terus berpikir. Bagaimanapun juga dia tak mau kalau sampai karirnya hancur gara-gara kehamilannya ini ketahuan orang-orang di lingkungan kerjanya."Lagi pula buat apa dipertahankan lagi, kalau bapaknya saja sudah lumpuh begitu. Ngapain juga ngurusin orang cacat kayak dia," sungut Cindy sambil mencebik.Cindy menggigit bibirnya, berpikir keras karena tiba-tiba muncul sebuah ide dalam kepalanya. Dengan cepat, Cindy meraih ponsel di atas nakas, lantas membuka sit
BAB 105 – CINDY KEGUGURAN?!Cindy langsung dibawa ke rumah sakit kemudian mendapatkan pertolongan di ruang tindakan. Olga panik dan terus berdiri sambil sesekali menengok pada ruangan tempat Cindy diperiksa yang sejak tadi tertutup rapat.Miya dan juga Elang ikut menemani, mereka menunggu di luar ruang tindakan. Miya duduk dengan gelisah sambil memegangi perut besarnya, sedangkan Elang duduk di atas kursi roda di samping tubuh berisi isinya Miya.Olga mondar-mandir karena takut terjadi sesuatu dengan kandungan Cindy. Dia belum tenang kalau belum mendapatkan kabar dari dokter yang menangani menantu kesayangannya. “Cindy … Mama harap kamu dan bayi kamu nggak papa, Sayang. Mama nggak mau kehilangan cucu Mama,” harap Olga dilanda cemas yang amat besar.Untunglah dokter segera keluar dari ruang pemeriksaan hingga Olga tak perlu lagi dihantui rasa khawatir yang berkepanjangan. Olga segera mendekat dan mencecar dokter muda itu dengan berberbagai pertanyaan.“Dokter … gimana keadaan menantuk
BAB 106 – OLGA MERAMPAS HAK MIYA?!Seminggu kemudian, semenjak peristiwa kegugurannya Cindy, Olga semakin membenci Miya.“Jangan harap aku bisa baik sama kamu, Miya. Kamu udah buat aku kehilangan calon cucuku, aku akan buat hidupmu seperti di neraka,” gumam Olga sangat marah. Dendam di hatinya semakin membara membuat segala kebaikan Miya tak pernah dia lihat.Tiada hari tanpa menyiksa Miya agar Miya pun bisa kehilangan bayi kembar dalam kandungannya. Sama seperti saat ini, dia kembali melakukan penindasan pada Miya.Nampak Miya baru saja memasak air untuk membuat susu. Olga yang melihat ada kesempatan bagus, langsung saja mendekat.“Ini kesempatan bagus buat mencelakai Miya,” gumam Olga dengan seringai licik penuh kebahagiaan, sambil berjalan mendekati Miya.Dengan berpura-pura mengambil gelas yang ada di samping tubuh Miya, siku tangan Olga sengaja menyenggol tubuh Miya hingga air panas itu menyiram tangan Miya.“Aduh, panas-panas!” pekik Miya kesakitan. Langsung meletakkan ketel ber
BAB 107 – KAKI ELANG SEMBUH?Elang sangat panik, dia segera mendorong kursi rodanya mendekati kolam. Walau tertatih, tak menghalangi niatnya untuk menolong istri tercinta.“Miya, pegang tangan Mas, Miya. Miya pegang,” jerit Elang berharap Miya bisa meraih tangannya.Elang menjulurkan tangannya, mencari tangan Miya untuk diraih, tapi sangat susah di dapat. Elang bahkan sampai sengaja jatuh dari kursi rodanya, berusaha keras mencapai tepi kolam renang untuk meraih Miya tetapi tetap tidak sampai. Di dalam air sana, Miya terus menelan air sedikit demi sedikit. Kakinya sangat sulit digerakkan terlebih dia memang tidak bisa berenang.Dia merasakan perutnya tak nyaman, paru-parunya mulai terisi air hingga dia sulit bernapas. Tangannya berusaha menggapai apapun yang bisa dia pegang, tapi memang di sana tidak ada apapun yang bisa menolongnya. Tangan Elang terlalu jauh, Miya tak sampai."Mas - M-mas Elang, to-long anak-anak ki-ta! Pe-rut a-ku kram!" ucap Miya sedih, tapi tetap memikirkan kesel
EXTRA PART 5 – THE HAPPY ENDING?Miya segera dilarikan ke rumah sakit terdekat karena kondisinya benar-benar mengkhawatirkan. Elang sudah menghubungi keluarganya untuk memberi kabar mengenai kondisi Miya. Dokter yang menangani Miya keluar dari ruangan beberapa menit kemudian. Elang segera bertanya bagaimana kondisi istrinya. “Bagaimana kondisi istri saya dan kandungannya, Dok?”Dokter menghela napas berat. “Kondisi istri Anda sedang kritis. Detak jantung bayi dalam kandungannya juga lemah, karena air ketubannya sudah pecah dari dua jam lalu tetapi bayi tidak segera dikeluarkan. Saya mendeteksi bahwa bukan hanya luka fisik yang diderita oleh istri Anda, melainkan luka psikologis juga. Apa mungkin sebelum dibawa ke rumah sakit, istri Anda mengalami kejadian mengejutkan?”Elang jelas tahu apa maksud dokter. Pasti yang dimaksud oleh dokter itu adalah kejadian di mana Miya melihat kakaknya sendiri ditembak tepat di depan matanya untuk melindunginya. Elang bahkan tidak tahu bagaimana kondi
EXTRA PART 4 – AKHIR CERITA SEBENARNYA.Miya terus mencoba berlari masuk ke dalam hutan untuk menghindari beberapa pria yang masih mengejarnya. Dalam hatinya terus berdoa agar Elang juga bisa melarikan dari preman-preman itu. Lagipula, siapa yang ingin mencelakai mereka? Apa motifnya? Sekeras apapun Miya berpikir, dia tetap tidak bisa menemukan kemungkinan siapa pelakunya.Bugh.“Aww!” Miya merintih saat kakinya tersandung ranting kayu dan tubuhnya terjerembab ke depan. Untung saja kedua tangannya setia berada tepat di depan perut buncitnya, jadi perut buncit Miya tidak secara langsung berbenturan keras dengan tanah. “Sshh… Kenapa perutku menjadi keras sekali?” keluhnya ketika merasakan perutnya semakin mengencang kuat.Miya berusaha bangkit dari posisinya, tetapi sakit di perutnya yang semakin intens tidak mengijinkan. “Kemarin malam dan tadi pagi aku juga merasakan sakitnya, tapi tidak se-intens ini. Apa mungkin – ini tanda-tanda kontraksi?” Pikiran Miya semakin kalut saat rasa sak
EXTRA PART 3 – MIYA DAN ELANG DISERGAP?!Sinar yang memantul dari lantai kamar Miya membangunkan wanita itu dari tidur lelapnya. Miya meregangkan tubuhnya yang semakin kaku seiring perutnya yang kian membesar. Namun, Miya tidak pernah mengeluh, kedua calon bayi dalam perutnya adalah anugerah terindah yang pernah Miya dapatkan. “Kamu sudah bangun, Sayang?” Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Miya. Dia menoleh ke samping, memposisikan dirinya bangun untuk bersandar di kepala ranjang. Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari suaminya, Elang.Pria itu kemudian menaruh nampan di tangannya, ikut naik ke atas ranjang. Tangan kiri Elang melingkari bahu Miya sementara tangan kanannya berada di atas perut hamil istrinya, yang menjadi tempat favorit Elang beberapa bulan terakhir.Semenjak ukuran perut Miya semakin membesar, Elang suka sekali meletakkan tangannya di atas perut istrinya karena calon kedua bayinya akan langsung merespon sentuhan Elang dengan tendangan halus, walau terkadang
EXTRA PART 2 – SURPRISE!Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Miya sampai di alamat yang ditujukan. Tempat itu ternyata pangkalan yatch, beberapa yatch terlihat di sana. “Di mana ini?” Miya kebingungan saat melihat banyak sekali yatch bersandar di tepi laut.Pikiran Miya dipenuhi banyak hal buruk sehingga membuat perutnya kram. “Aww, perutku,” ringis Miya dengan tangan memegangi perut buncitnya. Setelah sebelumnya turun dari mobil, dia pun berhenti sejenak agar perutnya tak lagi sakit. “Pasti karena aku terlalu gelisah, makanya sakit begini. Sayang, yang kuat, ya? Mama butuh bantuan kalian untuk menyelamatkan uncle. Bantu Mama, ya, Sayang,” bisik Miya menahan sakit, sambil mengusap perutnya. Berharap kedua anak kembarnya bisa membantu.Walaupun alasan kegelisahan dan kecemasan yang melanda sejak kemarin sudah terjawab, dia tak mau memikirkannya. Yang terpenting dia bisa menyelamatkan Zelo, bagaimanapun caranya.Kalau saja Zelo menuruti permintaannya untuk tidak pergi saat in
EXTRA PART 1 – ADA APA DENGAN MAS ZELO?!Sebulan kemudian, Elang bersama Miya datang ke penjara untuk mengunjungi Dicky. Pria itu ditahan karena tuntutan Pak Taufan yang sudah memperkosa Cindy. Elang dan Miya duduk menunggu Dicky dipanggil oleh penjaga tahanan. Tak lama kemudian datanglah Dicky dengan pakaian tahanan, dengan wajah penuh penyesalan.“Mbak Miya … Mbak Miya maafin aku. Aku salah karena udah tergiur bujukan dari Mbak Cindy waktu itu. Seharusnya aku nggak berbuat kayak gitu. Sekarang aku dapat balasan yang sangat menyakitkan. Aku kehilangan ibu yang sangat aku sayangi dan aku sekarang di penjara,” sesal Dicky sedih, menyentuh tangan Miya dengan sangat erat.Miya tersenyum sendu. ”Innalilahi, Mbak ikut berduka dengan kepergian Budhe, ya? Kamu yang sabar, ya, Dik. Mbak juga udah maafin kamu. Yang penting kamu udah sadar dengan kesalahan kamu dan jangan diulangi lagi,” jawab Miya mengusap tangan Dicky dengan lembut sebagai tanda dia sudah melupakan semua yang terjadi di masa
BAB 120 – AKHIR CERITAElang menatap Miya yang duduk sendirian termenung di pinggir kolam. Dengan perlahan dia berjalan mendekat, dan mendudukkan tubuhnya tepat di samping Miya.Miya yang tak menyadari kedatangan Elang, cukup terkesiap kaget saat mendapati suaminya itu telah duduk di sampingnya, dengan wajah yang tersenyum."Mas," panggilnya dengan helaan napas ringan."Kamu ngapain malam-malam di sini sendirian, Sayang?" tanya Elang sambil menyelipkan anakan rambut Miya yang tergerai menutupi pipi.Pantulan lampu yang membias di air kolam yang bergerak, memantul mengenai wajah cantik Miya. Membuatnya terlihat menawan dan bercahaya. Elang tersenyum sendiri, apalagi yang kurang dalam diri wanita yang telah menjadi istrinya itu? Tak ada, semua begitu sempurna. Elang jadi merasa menjadi lelaki paling beruntung di dunia ini."Aku cuma lagi menenangkan diri, Mas," jawab Miya dengan mata yang sendu. Menatap pada air yang beriak kecil.Tangan Elang terjulur ke atas kepala Miya, mengelus perl
BAB 119 – DUNIA INI KEJAM PADAKU!Hari ini adalah hari pertama Miya ke kantor setelah pengumuman posisinya di perusahaan Teh Wangi, sebagai Direktur utama.Dengan blazer berwana coral, dipadukan dengan loose pant berwarna gelap, Miya melangkah dengan tegap dan penuh kebanggaan. Zelo dan Rendy setia berada di sisinya.Suara ketukan stilleto berhak rendah berwarna hitam itu menggema saat dia melangkah masuk ke ruang meeting."Selamat pagi, Bu."Beberapa pegawai membungkuk, menyapa dengan hormat. Beberapa dari mereka saling berbisik satu sama lain.Zea Putri Adipati yang anggun dan cantik, ternyata bukan hanya memiliki kecantikan jasmani. Namun juga hatinya begitu cantik. Senyum manis dan raut ramah itu terus menghiasi wajahnya, berusaha membalas semua sapaan yang datang kepadanya."Bu Zea cantik ya?!" gumam salah seorang pegawai pada pegawai lainnya."Iya. Cantik dan anggun sekali. Orangnya juga kelihatan ramah kan," jawab yang lain."Iya bener."Mereka semua mengangguk, memuji bagaiman
BAB 118 – DIMANJAKAN KELUARGAZelo terkejut mendengar ucapan Miya, seketika itu dia merasa sedih dan segera mendekati Miya.“Enggak, Dek. Mas nggak akan pernah capek kalau buat adik Mas tercinta ini,” sangkal Zelo sedih. Menggelengkan kepala seraya mengelak pikiran Miya yang menganggapnya merasa keberatan.Lalu mengecup pucuk kepala Miya dengan lembut. “Mas, tuh, cuma nggak tega lihat kamu setiap hari harus nahan bobot perut sebesar ini. Lagian usia kandungan kamu sekarang, tuh, berapa, sih? Kok, besar gini perutnya kayak orang udah mau ngelahirin?” Zelo heran dan ngeri melihatnya.Miya mengingat sambil mengelus perut besarnya. “Enam bulan lebih harusnya, dua puluh enam minggu, deh, kayaknya,” jawab Miya antara yakin tak yakin.Elang yang selalu menghitung usia kandungan Miya langsung menyahut dan membenarkan “Dua puluh enam minggu lebih tiga hari, Sayang. Aku selalu menghitungnya dengan tepat.” Merasa bangga karena tidak melupakan hal yang bahkan istrinya sendiri lupa.Zelo masih me
Bab 117Runa sedang menemani ibunya saat dokter visit. Nampak dokter serius memeriksa keadaan Olga setelah operasi satu minggu yang lalu. Setelah dokter selesai dengan tugasnya, Runa mendekat.“Dokter. Bagaimana keadaan Mamaku? Kapan Mamaku boleh pulang?” tanya Runa lembut saat dokter visit melihat kondisi Olga yang masih terbaring di kursi serba putih milik rumah sakit.Dokter tersenyum lalu menurunkan stetoskop yang menempel di telinganya ke leher. “Ibu Olga sudah sembuh, hari ini bisa pulang,” jawab dokter yakin. Dia pun merasa senang kalau ada pasien yang sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa.“Alhamdulillah, terima kasih, Dok.” Runa bersyukur dengan hati gembira, mengatupkan kedua tangan di depan mulut, lalu dia tersenyum pada Olga.“Kalau begitu, saya permisi dulu.” Dokter pun pamit dan meninggalkan mereka yang muali bersiap untuk pulang hari ini.Nampak di sana Olga pun tak kalah senang, akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit itu setelah tujuh hari hanya terbar