BAB 79 – APA YANG TERJADI?Zelo tengah mengecek beberapa lembar laporan di ruang kerja di rumahnya. Lelaki itu tampak serius dengan pakaian kasual biasa, berupa sweat pant dan kaus polo. Terlihat santai namun juga serius secara bersamaan.Matanya yang sibuk menatap tulisan yang berjejer rapi dalam berkas itu, mendadak teralihkan saat ponselnya berbunyi."Ya! Halo?" ucapnya saat mengetahui bahwa orang suruhannya yang dia tugaskan membuntuti Miya dan Elang adalah sang penelepon."Pak, ada kabar kurang baik yang perlu saya sampaikan!" jelas orang di sebrang sana.Dahi Zelo mengkerut, perasaannya mendadak tak enak. Dengan segera perhatian Zelo berpusat pada orang suruhannya tersebut."Kabar buruk apa?" tanyanya dengan khawatir."Sepertinya Bu Miya dibawa ke rumah sakit oleh Pak Elang.""Ke rumah sakit??" Zelo langsung bangkit dari kursinya dengan penuh kekhawatiran dan cemas yang tak main-main."Benar, Pak. Dari keterangan pihak Villa, mereka melihat kalau Pak Elang membopong Bu Miya ke d
BAB 80 – SEMUA SALAHKU!Setelah melewati masa-masa yang cukup kritis karena pendarahannya, yang tentu saja membuat Miya menjadi lebih lemah. Akhirnya perlahan-lahan kesadaran Miya kembali pulih.Matanya yang terpejam perlahan-lahan bergetar dan terbuka. Plafon putih menjadi hal pertama yang dia lihat, bau obat-obatan menyeruak kuat menusuk penciuman Miya.Dengan lemah, dia mengedarkan pandangannya yang masih sedikit mengabur. Dan hal pertama yang dia tangkap adalah sosok suaminya yang duduk di samping brankarnya dengan kepala menunduk.Miya mengangkat tangannya yang sedikit ngilu karena jarum infus yang menancap di sana, untuk mengelus rambut Elang yang sehitam malam."Mas," sebutnya lirih.Elang yang menyadari Miya telah sadar, secepat kilat mendongak dan menatap ke arah arah istrinya itu, dengan sebuah senyuman yang terbit di wajahnya yang tampak terlihat sedikit ... menyedihkan.Penampilan Elang justru membuat Miya mendadak begitu khawatir. Bagaimana tidak, wajah Elang yang terliha
BAB 81 – MBAK MIYA KENAPA?Cindy tengah bersantai di sofa ruang keluarga, dengan sebuah majalah fashion di tangannya. Terdengar suara langkah Olga yang mendekat dengan sepiring buah potong segar."Cin, makan dulu buah kamu, supaya cucu Mama dapat nutrisi yang baik," ucap Olga sambil mengangsurkan potongan apel dan beberapa buah lainnya. Wanita itu lantas duduk tak jauh dari Cindy."Makasih, Ma," jawab Cindy bahkan tanpa melihat ke arah Olga.Bagaimana Olga yang sangat perhatian dengan Cindy, memperhatikan bahkan terkadang melayani Cindy seperti ini, sangat kontras berbanding terbalik dengan sikapnya pada Miya.Bunyi ponsel Cindy, mendadak menginterupsi ketenangan. Cindy meraih gawainya untuk melihat siapa yang meneleponnya. Alis matanya sedikit terangkat saat melihat nomor kontak yang tertera di sana."Halo?" ucap Cindy.Cindy terlihat mengerutkan keningnya saat mendengarkan lawan bicaranya dari seberang sana menjelaskan sesuatu."Puncak?" tanya Cindy sambil masih dengan wajah yang se
BAB 82 – BENTUK PERHATIAN ELANG. Hari ini, adalah hari ketiga sejak kepulangan Miya dan Elang dari Anyer, dan kondisi Miya sudah mulai cukup membaik, namun tentu saja Miya tetap mengikuti perintah dokter untuk bedrest dan istirahat total, demi keselamatan buah hati mereka.Elang benar-benar menepati ucapannya untuk menjaga dan merawat istrinya itu. Dengan setia, Elang menjaga Miya, membersihkan tubuh istrinya itu, memastikan menyiapkan semua obat dan vitamin yang harus dikonsumsi Miya, bahkan Elang pula dengan setia menggendong Miya tiap kali istrinya itu butuh bantuan ke kamar mandi.Beruntung ada Mila di rumah mereka. Gadis itu membantu memasak dan mengerjakan pekerjaan yang lain. Elang tak lupa diri sehingga melimpahkan tanggung jawab isi rumah pada Mila. Dengan senang, Elang akan membantu membersihkan rumah dan beres-beres juga. Dia tak mau merepotkan adik iparnya terlalu banyak.Dan jangan lupakan, Elang dengan penuh sayang dan perhatian, akan menyuapi Miya setiap kali jam makan
BAB 83 – SIAPA RENDY?‘Jangan sampai Pak Gunawan tahu kalau Mas Zelo cerita kalau ketemu aku di Puncak saat menikah dengan Cindy. Bisa gawat kalau Pak Gunawan tahu aku punya dua istri,’ gumam Elang dengan panik dan cemas. Rasanya jantungnya mau copot saat menyembunyikan kejujuran yang tidak biasa dia lakukan, tapi sekarang dia tak punya pilihan lain selain untuk berbohong.Belum sempat mencari alasan yang tepat, ternyata Zelo sudah terlebih dulu bicara. Elang terpaku seketika saat Zelo mulai membuka mulut.“Kami tidak sengaja bertemu di puncak kemarin dan kami pun berkenalan. Ternyata Elang orangnya sangat enak diajak mengobrol, makanya saya tak bisa melupakannya,” ucap Zelo dengan senyum merekah. Dia sengaja menyembunyikan kebenarannya di depan pak Gunawan agar dia tahu apa yang akan dilakukan Elang selanjutnya.“Elang memang salah satu karyawan terbaik di perusahaan kami, tidak heran kalau dia disukai banyak orang,” ucap pak Gunawan memuji Elang dengan bangga sambil menepuk pundak
BAB 84 – ELANG SAMA CINDY?!Miya dan Mila sama-sama terkejut mendengar pertanyaan itu. Mereka pun saling pandang, bingung harus bilang apa.Miya tak mau menyembunyikan apa-apa dari Elang, dia pun sudah merencanakan untuk mengatakan semuanya pada Elang. Namun, Mila lebih dulu bicara pada Elang.“Mas Rendy itu calon suami Mila, Mas,” aku Mila membuat Miya kebingungan. Elang kaget bukan main, begitu pula dengan Miya. "Lah kamu udah mau nikah, Mila?" tanya Elang.Miya tersenyum dan mulai mengarang cerita. “Ya, nggak sekarang sih, Mas. Tapi … rencananya iya,” jawab Mila setenang mungkin ditemani senyuman.Elang mengangguk paham. Tak menyangka adik iparnya akan secepat ini menikah. “Emang kalian ketemu di mana? Kok, dia baik banget sampai mau bantu beresin tokonya Miya?” Elang kembali mencecar Mila dengan rasa penasaran yang menggebu.Mila kebingungan, dia pun kali ini menjawab canggung tentang awal mereka berdua bertemu. “Mas Rendy itu bosku di perkebunan, Mas. Tapi dia juga kerja di Jaka
BAB 85 – BENAR BUKAN ELANG?Miya duduk dengan pikiran kacau balau. Sedih, marah, kecewa melihat foto itu. Walaupun wajah lelaki dalam foto itu tidak kelihatan, Miya sangat yakin kalau dia memang Elang. Miya paham sekali postur tubuh Elang walaupun terlihat dari samping.Itu memang foto saat Elang dan Cindy berada di cafe. Saat itu Cindy hampir jatuh dan Elang menangkapnya. Siapa sangka Jake sangat lihai mengambil gambar itu sehingga membuat Miya sakit hati.Wanita mana yang tidak sakit hati melihat suaminya berpelukan mesra dengan wanita lain. Pasti mereka akan berpikiran macam-macam. Begitupun dengan Miya, berbagai dugaan buruk menghantui benaknya.Hatinya berkecamuk tak menentu. Terlebih saat ingatannya berputar beberapa waktu lalu saat dirinya melihat Cindy sering ada di rumah Olga. Bahkan Miya sempat melihat Cindy, Olga dan Elang datang bertiga. Entah mereka dari mana, saat itu Elang janji akan menjelaskan pada Miya, nyatanya sesampainya di rumah, Elang tak menjelaskan apapun.Mi
Bab 86 – JADI BUKAN MIYA?Elang dan Olga menunggu di depan ruang tindakan dengan khawatir. Ada rasa menyesal menghinggapi hati Elang yang sudah membuat anak dalam kandungan Cindy dalam bahaya.Dia kesal dengan Cindy yang telah mengirim foto mereka pada Miya, tapi dia masih bertanggung jawab dengan anaknya yang ada di perut Cindy, meskipun rasa perhatiannya telah berkurang saat tahu Miya pun sedang mengandung anaknya, kembar pula.Anak tidak ada yang berdosa, mereka bertiga sama-sama calon anaknya dan Elang tak boleh pilih kasih dan membanding-bandingkannya. Elang sama-sama sayang dan khawatir pada mereka jika nyawa mereka sedang terancam sama seperti sekarang.Tak lama dokter pun keluar, kebetulan dokter itu pernah menangani Cindy sebelumnya, sehingga dia tahu riwayat apa saja yang Cindy alami. Buru-buru Olga mendekat dengan khawatir. “Bagaimana keadaan menantuku dan kandungannya, Dokter?” tanya Olga tak sabar dan berharap Cindy dan kandungannya tidak kenapa-kenapa.“Ibu dan kandunga
EXTRA PART 5 – THE HAPPY ENDING?Miya segera dilarikan ke rumah sakit terdekat karena kondisinya benar-benar mengkhawatirkan. Elang sudah menghubungi keluarganya untuk memberi kabar mengenai kondisi Miya. Dokter yang menangani Miya keluar dari ruangan beberapa menit kemudian. Elang segera bertanya bagaimana kondisi istrinya. “Bagaimana kondisi istri saya dan kandungannya, Dok?”Dokter menghela napas berat. “Kondisi istri Anda sedang kritis. Detak jantung bayi dalam kandungannya juga lemah, karena air ketubannya sudah pecah dari dua jam lalu tetapi bayi tidak segera dikeluarkan. Saya mendeteksi bahwa bukan hanya luka fisik yang diderita oleh istri Anda, melainkan luka psikologis juga. Apa mungkin sebelum dibawa ke rumah sakit, istri Anda mengalami kejadian mengejutkan?”Elang jelas tahu apa maksud dokter. Pasti yang dimaksud oleh dokter itu adalah kejadian di mana Miya melihat kakaknya sendiri ditembak tepat di depan matanya untuk melindunginya. Elang bahkan tidak tahu bagaimana kondi
EXTRA PART 4 – AKHIR CERITA SEBENARNYA.Miya terus mencoba berlari masuk ke dalam hutan untuk menghindari beberapa pria yang masih mengejarnya. Dalam hatinya terus berdoa agar Elang juga bisa melarikan dari preman-preman itu. Lagipula, siapa yang ingin mencelakai mereka? Apa motifnya? Sekeras apapun Miya berpikir, dia tetap tidak bisa menemukan kemungkinan siapa pelakunya.Bugh.“Aww!” Miya merintih saat kakinya tersandung ranting kayu dan tubuhnya terjerembab ke depan. Untung saja kedua tangannya setia berada tepat di depan perut buncitnya, jadi perut buncit Miya tidak secara langsung berbenturan keras dengan tanah. “Sshh… Kenapa perutku menjadi keras sekali?” keluhnya ketika merasakan perutnya semakin mengencang kuat.Miya berusaha bangkit dari posisinya, tetapi sakit di perutnya yang semakin intens tidak mengijinkan. “Kemarin malam dan tadi pagi aku juga merasakan sakitnya, tapi tidak se-intens ini. Apa mungkin – ini tanda-tanda kontraksi?” Pikiran Miya semakin kalut saat rasa sak
EXTRA PART 3 – MIYA DAN ELANG DISERGAP?!Sinar yang memantul dari lantai kamar Miya membangunkan wanita itu dari tidur lelapnya. Miya meregangkan tubuhnya yang semakin kaku seiring perutnya yang kian membesar. Namun, Miya tidak pernah mengeluh, kedua calon bayi dalam perutnya adalah anugerah terindah yang pernah Miya dapatkan. “Kamu sudah bangun, Sayang?” Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Miya. Dia menoleh ke samping, memposisikan dirinya bangun untuk bersandar di kepala ranjang. Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari suaminya, Elang.Pria itu kemudian menaruh nampan di tangannya, ikut naik ke atas ranjang. Tangan kiri Elang melingkari bahu Miya sementara tangan kanannya berada di atas perut hamil istrinya, yang menjadi tempat favorit Elang beberapa bulan terakhir.Semenjak ukuran perut Miya semakin membesar, Elang suka sekali meletakkan tangannya di atas perut istrinya karena calon kedua bayinya akan langsung merespon sentuhan Elang dengan tendangan halus, walau terkadang
EXTRA PART 2 – SURPRISE!Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Miya sampai di alamat yang ditujukan. Tempat itu ternyata pangkalan yatch, beberapa yatch terlihat di sana. “Di mana ini?” Miya kebingungan saat melihat banyak sekali yatch bersandar di tepi laut.Pikiran Miya dipenuhi banyak hal buruk sehingga membuat perutnya kram. “Aww, perutku,” ringis Miya dengan tangan memegangi perut buncitnya. Setelah sebelumnya turun dari mobil, dia pun berhenti sejenak agar perutnya tak lagi sakit. “Pasti karena aku terlalu gelisah, makanya sakit begini. Sayang, yang kuat, ya? Mama butuh bantuan kalian untuk menyelamatkan uncle. Bantu Mama, ya, Sayang,” bisik Miya menahan sakit, sambil mengusap perutnya. Berharap kedua anak kembarnya bisa membantu.Walaupun alasan kegelisahan dan kecemasan yang melanda sejak kemarin sudah terjawab, dia tak mau memikirkannya. Yang terpenting dia bisa menyelamatkan Zelo, bagaimanapun caranya.Kalau saja Zelo menuruti permintaannya untuk tidak pergi saat in
EXTRA PART 1 – ADA APA DENGAN MAS ZELO?!Sebulan kemudian, Elang bersama Miya datang ke penjara untuk mengunjungi Dicky. Pria itu ditahan karena tuntutan Pak Taufan yang sudah memperkosa Cindy. Elang dan Miya duduk menunggu Dicky dipanggil oleh penjaga tahanan. Tak lama kemudian datanglah Dicky dengan pakaian tahanan, dengan wajah penuh penyesalan.“Mbak Miya … Mbak Miya maafin aku. Aku salah karena udah tergiur bujukan dari Mbak Cindy waktu itu. Seharusnya aku nggak berbuat kayak gitu. Sekarang aku dapat balasan yang sangat menyakitkan. Aku kehilangan ibu yang sangat aku sayangi dan aku sekarang di penjara,” sesal Dicky sedih, menyentuh tangan Miya dengan sangat erat.Miya tersenyum sendu. ”Innalilahi, Mbak ikut berduka dengan kepergian Budhe, ya? Kamu yang sabar, ya, Dik. Mbak juga udah maafin kamu. Yang penting kamu udah sadar dengan kesalahan kamu dan jangan diulangi lagi,” jawab Miya mengusap tangan Dicky dengan lembut sebagai tanda dia sudah melupakan semua yang terjadi di masa
BAB 120 – AKHIR CERITAElang menatap Miya yang duduk sendirian termenung di pinggir kolam. Dengan perlahan dia berjalan mendekat, dan mendudukkan tubuhnya tepat di samping Miya.Miya yang tak menyadari kedatangan Elang, cukup terkesiap kaget saat mendapati suaminya itu telah duduk di sampingnya, dengan wajah yang tersenyum."Mas," panggilnya dengan helaan napas ringan."Kamu ngapain malam-malam di sini sendirian, Sayang?" tanya Elang sambil menyelipkan anakan rambut Miya yang tergerai menutupi pipi.Pantulan lampu yang membias di air kolam yang bergerak, memantul mengenai wajah cantik Miya. Membuatnya terlihat menawan dan bercahaya. Elang tersenyum sendiri, apalagi yang kurang dalam diri wanita yang telah menjadi istrinya itu? Tak ada, semua begitu sempurna. Elang jadi merasa menjadi lelaki paling beruntung di dunia ini."Aku cuma lagi menenangkan diri, Mas," jawab Miya dengan mata yang sendu. Menatap pada air yang beriak kecil.Tangan Elang terjulur ke atas kepala Miya, mengelus perl
BAB 119 – DUNIA INI KEJAM PADAKU!Hari ini adalah hari pertama Miya ke kantor setelah pengumuman posisinya di perusahaan Teh Wangi, sebagai Direktur utama.Dengan blazer berwana coral, dipadukan dengan loose pant berwarna gelap, Miya melangkah dengan tegap dan penuh kebanggaan. Zelo dan Rendy setia berada di sisinya.Suara ketukan stilleto berhak rendah berwarna hitam itu menggema saat dia melangkah masuk ke ruang meeting."Selamat pagi, Bu."Beberapa pegawai membungkuk, menyapa dengan hormat. Beberapa dari mereka saling berbisik satu sama lain.Zea Putri Adipati yang anggun dan cantik, ternyata bukan hanya memiliki kecantikan jasmani. Namun juga hatinya begitu cantik. Senyum manis dan raut ramah itu terus menghiasi wajahnya, berusaha membalas semua sapaan yang datang kepadanya."Bu Zea cantik ya?!" gumam salah seorang pegawai pada pegawai lainnya."Iya. Cantik dan anggun sekali. Orangnya juga kelihatan ramah kan," jawab yang lain."Iya bener."Mereka semua mengangguk, memuji bagaiman
BAB 118 – DIMANJAKAN KELUARGAZelo terkejut mendengar ucapan Miya, seketika itu dia merasa sedih dan segera mendekati Miya.“Enggak, Dek. Mas nggak akan pernah capek kalau buat adik Mas tercinta ini,” sangkal Zelo sedih. Menggelengkan kepala seraya mengelak pikiran Miya yang menganggapnya merasa keberatan.Lalu mengecup pucuk kepala Miya dengan lembut. “Mas, tuh, cuma nggak tega lihat kamu setiap hari harus nahan bobot perut sebesar ini. Lagian usia kandungan kamu sekarang, tuh, berapa, sih? Kok, besar gini perutnya kayak orang udah mau ngelahirin?” Zelo heran dan ngeri melihatnya.Miya mengingat sambil mengelus perut besarnya. “Enam bulan lebih harusnya, dua puluh enam minggu, deh, kayaknya,” jawab Miya antara yakin tak yakin.Elang yang selalu menghitung usia kandungan Miya langsung menyahut dan membenarkan “Dua puluh enam minggu lebih tiga hari, Sayang. Aku selalu menghitungnya dengan tepat.” Merasa bangga karena tidak melupakan hal yang bahkan istrinya sendiri lupa.Zelo masih me
Bab 117Runa sedang menemani ibunya saat dokter visit. Nampak dokter serius memeriksa keadaan Olga setelah operasi satu minggu yang lalu. Setelah dokter selesai dengan tugasnya, Runa mendekat.“Dokter. Bagaimana keadaan Mamaku? Kapan Mamaku boleh pulang?” tanya Runa lembut saat dokter visit melihat kondisi Olga yang masih terbaring di kursi serba putih milik rumah sakit.Dokter tersenyum lalu menurunkan stetoskop yang menempel di telinganya ke leher. “Ibu Olga sudah sembuh, hari ini bisa pulang,” jawab dokter yakin. Dia pun merasa senang kalau ada pasien yang sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa.“Alhamdulillah, terima kasih, Dok.” Runa bersyukur dengan hati gembira, mengatupkan kedua tangan di depan mulut, lalu dia tersenyum pada Olga.“Kalau begitu, saya permisi dulu.” Dokter pun pamit dan meninggalkan mereka yang muali bersiap untuk pulang hari ini.Nampak di sana Olga pun tak kalah senang, akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit itu setelah tujuh hari hanya terbar