BAB 59 – FIRASAT BURUK ZELOSegerombolan preman itu menoleh dan menatap Mila dengan tatapan tajam.“Kamu tanya kami mau apa? Hah? Kami minta uang keamanan!” jawab preman itu dengan galak.Miya yang merasa sudah melunasi semua keuangan, ikut maju. “Memang kalian siapa meminta uang keamanan? Kami sudah membayar sewa tempat ini. Uang kebersihan dan keamanan juga sudah kami bayar ke Pak RT,” jawab Miya menjelaskan semuanya. Bukannya mengerti, preman-preman itu tidak peduli. “Kami nggak mau tahu. Pokoknya kami minta uang tiga ratus ribu. Berikan sekarang juga!” Ucapan preman itu berapi-api dengan menggebrak meja, sehingga Miya merasa takut.Miya tak bisa menangani semua ini sendirian, dia pun mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Elang. Belum sempat menghubungi Elang, salah satu preman itu merampas ponsel Miya dan membanting HP tersebut hingga hancur tak berbentuk.Tak sampai di sana, salah satu preman itu menarik sebelah tangan Miya dengan kasar. “Berani banget kamu sama kami, hah! Apa
BAB 60 – BAYI KEMBAR?!Cindy menelan ludahnya dengan kasar. Bibirnya terkatup rapat, tak tahu harus menjawab apa."Jawab, Cindy! Kenapa kamu malah diam aja?" desak Elang dengan raut wajah kesal."A-anu ... i-itu ....""Itu apa? Jawab yang benar! Apa artinya Papa kamu beneran nggak tahu statusku? Apa kamu nggak bilang kalau aku ini sudah punya istri?" bentak Elang pada Cindy. Dia benar-benar hampir murka, hidupnya seperti papan permainan bagi orang lain.Cindy berjingkat kaget, air matanya lolos begitu saja karena takut dengan suara Elang yang mengeras."I-iya," jawabnya spontan."Papa belum tahu kalau kamu sudah punya istri, Mas," lanjut Cindy.Elang yang gusar dan marah baru saja akan membuka mulutnya, saat Cindy kembali memulai penjelasannya."Aku terpaksa melakukan ini demi kamu juga, Mas. Kalau sampai papaku tahu, aku hanya akan dijadikan istri kedua, Papa pasti nggak akan setuju, papa pasti nggak mau kasih restu ke kita," jelas Cindy."Dan mungkin lebih parahnya lagi, Papa akan
BAB 61 – SERASI SEBAGAI ADIK KAKAKMila benar-benar terkejut dengan berita yang baru saja dia dengar dari dokter tersebut. Begitu juga dengan Zelo, lelaki itu sama terkejutnya meskipun sejak tadi hanya terdiam dan mendengarkan."Kami memang belum tahu, Dok, karena kakak saya belum sempat melakukan USG. Dia mau menunggu suaminya pulang dari dinas luar kota, Dok," jelas Mila tanpa sengaja.Dokter itu hanya mengangguk mendengar penjelasan Mila. Namun tidak dengan Zelo, lelaki itu benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin sampai saat ini Miya belum memberitahukan tentang kehamilannya itu pada suaminya? Bukankah berita kehamilan merupakan hal yang sangat penting bagi pasangan suami istri? Bahkan adik Miya sudah tahu, Zelo pun yang baru mengenal Miya juga sudah tahu, mengapa justru suami Miya akan menjadi orang terakhir yang mengetahui hal ini?“Tidak masalah. Yang terpenting, sekarang kalian sudah tahu. Jadi saran saya, kamu harus lebih ekstra dalam menjaga kakak kamu, ya? Karena hamil kem
BAB 62 – ELANG YANG SAMA.Mila menatap ke arah Mia yang sedang tertidur dengan lelap di ranjang rumah sakitnya. Kemudian dia beralih menatap Zelo. "Mas Zelo, aku titip Mbak Miya sebentar, ya?!" ucapnya pada Zelo.Zelo tersentak. "Memang kamu mau kemana, Mila?" tanyanya."Aku mau pulang ke rumah Mbak Miya sebentar, Mas. Aku harus ambil pakaian ganti dan peralatan Mbak Miya selama dirawat di sini," jawabnya.Zelo mengangguk mengerti. "Kalau begitu biar Rendy yang antar kamu pulang, ini juga sudah hampir malam.""Baik, Mas." Mila mengangguk setuju. Dia tahu, Zelo selalu berniat baik padanya dan juga Miya.Zelo dan Mila keluar dari ruangan tempat Miya dirawat. Rendy berada tepat di depan pintu, menunggu dengan siaga, kalau-kalau bosnya itu memerlukan bantuan."Rendy, tolong kamu antar Mila pulang ke rumahnya untuk mengambil pakaian ganti dan semua kebutuhan Miya, biar saya yang menemani Miya di sini," perintah Zelo pada Rendy, yang lebih tampak seperti permintaan."Baik, Pak," jawabnya pa
BAB 63 – MIYA DIPOLIGAMI?!"Cindy berbohong soal apa, Bu Olga?" desak Pak Taufan pada ucapan Olga yang tak sengaja dia dengar sedikit."Pa, sebenarnya--""Jadi Cindy minta sama Elang untuk pulang ke Jakarta besok, Pak. Tapi saya bilang mungkin saja Cindy berbohong hanya untuk menguji kepekaan Elang. Karena setahu saya, Cindy itu suka sekali dengan suasana puncak," sela Olga sebelum Elang sempat menyelesaikan kalimatnya.Pak Taufan terdiam, dengan raut wajah yang sama sekali tak terbaca. Sampai-sampai Olga meneguk ludahnya sendiri dengan gugup, berpikir apakah alasannya tadi terdengar tidak masuk akal. Detik demi detik mendadak rasnya berjalan begitu lambat.Namun yang terjadi selanjutnya justru Pak Taufan tergelak dengan tawa yang keras."Benar, Cindy memang selalu suka villa ini. Jadi lebih baik besok kamu ajak dia jalan-jalan. Mungkin benar kata ibumu, Cindy hanya menguji agar kamu berinisiatif lebih dulu, Elang!" ujar Pak Taufan masih dengan terkekeh.Elang mengangguk kaku. "Ba-bai
BAB 64 – MIYA DAN MIYA LAGI!Keesokan harinya, sesuai permintaan Olga, Elang mengajak Cindy jalan-jalan di sekitar perkebunan. Sepanjang mata memandang, hamparan perkebunan teh terlihat. Hijaunya dedaunan menyejukkan mata yang penat dengan kebiasaan sehari-hari.Semilir angin membuat hidung terasa terbebas dari racun ibukota. Udara dingin khas perkebunan sangat sempurna untuk berbulan madu.Cindy tak mau melewatkan semua itu, dia pun meminta Elang mengajaknya jalan-jalan mengelilingi kebun teh yang indah. Wanita hamil itu pun menarik tangan Elang untuk menyusuri perkebunan sambil pegangan tangan. “Mas, kita ke sana, yuk? Di sana kayaknya bagus, deh, buat foto,” ajak Cindy menunjuk sebuah tempat yang berada di ujung perkebunan. Cindy menggampit tangan Elang, tak ingin jauh darinya sedangkan Elang hanya mengikuti dengan malas. Terlebih Elang sering melakukan itu bersama Miya. Kenangan bersama Miya pun kini menari-nari di ingatan.‘Miya. Lagi apa kamu, Sayang? Mas kangen banget sama
BAB 65 – MENJADI MODEL IKLANCindy sudah siap dengan rencananya. Dia memegang ponsel dan melihat beberapa foto yang sudah dikirim oleh Jake. Tanpa ragu, Cindy mengirim foto yang paling bagus pada nomor Miya.“Sial! Kenapa pesannya malah centang satu, sih?! Jadi belum terkirim dong ke Miya?!" Cindy marah-marah karena baru saja dia mengirimkan foto dirinya yang tampak berpelukan dengan Elang, dari Jake—fotografer suruhannya yang dibayar untuk mengabadikan setiap momen Cindy dengan Elang. Gagal sudah rencananya! Padahal dia ingin Miya melihat foto itu dan salah paham pada Elang. Lebih bagus lagi kalau mereka sampai bercerai. Untung ponsel Miya rusak, dia pun tak bisa melihat pesan yang Cindy kirim. Entah ini kabar baik atau buruk bagi Miya, tetap saja membuat Cindy lagi-lagi marah pada Miya.Masih kesal dengan gagalnya rencana yang sudah dia buat, Cindy terkejut saat Elang tiba-tiba muncul dari belakang. Dia sampai berjingkat kaget membuat Elang keheranan. “Kamu kenapa?” telisik Elang
BAB 66 – PERHATIAN ZELO.Rendi sudah sampai di depan kantornya, Zelo pun bersiap untuk turun. “Maaf, Pak, tentang Mas Elang. Apa yang harus saya katakan pada Mbak Miya nanti?”Zelo menatap Rendy sebelum dia turun dari mobil. “Kita ikuti saja permainan Elang. Kalau dia bilang sedang dinas ke luar kota, katakan pada Miya kalau Elang belum pulang dari dinas luar kota juga.“ Zelo ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan Elang pada Miya hingga dia melakukan semua itu. Yang Zelo tidak tahu adalah, alasan dinas luar kota itu bukan Elang yang mengarangnya melainkan Mila. Rendy mengangguk dan mengikuti saja perintah atasannya.Zelo melirik Rendy dengan tajam. Dia harus memberi pelajaran pada Elang dan Rendy harus membantunya. “Apa kamu sudah menghubungi manajemen Cindy tentang iklan teh wangi dari perusahaan kita?” tanya Zelo memastikan semua rencananya akan berjalan sesuai yang dia inginkan.“Sudah, Pak. Saya sudah memastikan pihak manajemen Mbak Cindy sudah menerima pekerjaan dari perusah
EXTRA PART 5 – THE HAPPY ENDING?Miya segera dilarikan ke rumah sakit terdekat karena kondisinya benar-benar mengkhawatirkan. Elang sudah menghubungi keluarganya untuk memberi kabar mengenai kondisi Miya. Dokter yang menangani Miya keluar dari ruangan beberapa menit kemudian. Elang segera bertanya bagaimana kondisi istrinya. “Bagaimana kondisi istri saya dan kandungannya, Dok?”Dokter menghela napas berat. “Kondisi istri Anda sedang kritis. Detak jantung bayi dalam kandungannya juga lemah, karena air ketubannya sudah pecah dari dua jam lalu tetapi bayi tidak segera dikeluarkan. Saya mendeteksi bahwa bukan hanya luka fisik yang diderita oleh istri Anda, melainkan luka psikologis juga. Apa mungkin sebelum dibawa ke rumah sakit, istri Anda mengalami kejadian mengejutkan?”Elang jelas tahu apa maksud dokter. Pasti yang dimaksud oleh dokter itu adalah kejadian di mana Miya melihat kakaknya sendiri ditembak tepat di depan matanya untuk melindunginya. Elang bahkan tidak tahu bagaimana kondi
EXTRA PART 4 – AKHIR CERITA SEBENARNYA.Miya terus mencoba berlari masuk ke dalam hutan untuk menghindari beberapa pria yang masih mengejarnya. Dalam hatinya terus berdoa agar Elang juga bisa melarikan dari preman-preman itu. Lagipula, siapa yang ingin mencelakai mereka? Apa motifnya? Sekeras apapun Miya berpikir, dia tetap tidak bisa menemukan kemungkinan siapa pelakunya.Bugh.“Aww!” Miya merintih saat kakinya tersandung ranting kayu dan tubuhnya terjerembab ke depan. Untung saja kedua tangannya setia berada tepat di depan perut buncitnya, jadi perut buncit Miya tidak secara langsung berbenturan keras dengan tanah. “Sshh… Kenapa perutku menjadi keras sekali?” keluhnya ketika merasakan perutnya semakin mengencang kuat.Miya berusaha bangkit dari posisinya, tetapi sakit di perutnya yang semakin intens tidak mengijinkan. “Kemarin malam dan tadi pagi aku juga merasakan sakitnya, tapi tidak se-intens ini. Apa mungkin – ini tanda-tanda kontraksi?” Pikiran Miya semakin kalut saat rasa sak
EXTRA PART 3 – MIYA DAN ELANG DISERGAP?!Sinar yang memantul dari lantai kamar Miya membangunkan wanita itu dari tidur lelapnya. Miya meregangkan tubuhnya yang semakin kaku seiring perutnya yang kian membesar. Namun, Miya tidak pernah mengeluh, kedua calon bayi dalam perutnya adalah anugerah terindah yang pernah Miya dapatkan. “Kamu sudah bangun, Sayang?” Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Miya. Dia menoleh ke samping, memposisikan dirinya bangun untuk bersandar di kepala ranjang. Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari suaminya, Elang.Pria itu kemudian menaruh nampan di tangannya, ikut naik ke atas ranjang. Tangan kiri Elang melingkari bahu Miya sementara tangan kanannya berada di atas perut hamil istrinya, yang menjadi tempat favorit Elang beberapa bulan terakhir.Semenjak ukuran perut Miya semakin membesar, Elang suka sekali meletakkan tangannya di atas perut istrinya karena calon kedua bayinya akan langsung merespon sentuhan Elang dengan tendangan halus, walau terkadang
EXTRA PART 2 – SURPRISE!Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Miya sampai di alamat yang ditujukan. Tempat itu ternyata pangkalan yatch, beberapa yatch terlihat di sana. “Di mana ini?” Miya kebingungan saat melihat banyak sekali yatch bersandar di tepi laut.Pikiran Miya dipenuhi banyak hal buruk sehingga membuat perutnya kram. “Aww, perutku,” ringis Miya dengan tangan memegangi perut buncitnya. Setelah sebelumnya turun dari mobil, dia pun berhenti sejenak agar perutnya tak lagi sakit. “Pasti karena aku terlalu gelisah, makanya sakit begini. Sayang, yang kuat, ya? Mama butuh bantuan kalian untuk menyelamatkan uncle. Bantu Mama, ya, Sayang,” bisik Miya menahan sakit, sambil mengusap perutnya. Berharap kedua anak kembarnya bisa membantu.Walaupun alasan kegelisahan dan kecemasan yang melanda sejak kemarin sudah terjawab, dia tak mau memikirkannya. Yang terpenting dia bisa menyelamatkan Zelo, bagaimanapun caranya.Kalau saja Zelo menuruti permintaannya untuk tidak pergi saat in
EXTRA PART 1 – ADA APA DENGAN MAS ZELO?!Sebulan kemudian, Elang bersama Miya datang ke penjara untuk mengunjungi Dicky. Pria itu ditahan karena tuntutan Pak Taufan yang sudah memperkosa Cindy. Elang dan Miya duduk menunggu Dicky dipanggil oleh penjaga tahanan. Tak lama kemudian datanglah Dicky dengan pakaian tahanan, dengan wajah penuh penyesalan.“Mbak Miya … Mbak Miya maafin aku. Aku salah karena udah tergiur bujukan dari Mbak Cindy waktu itu. Seharusnya aku nggak berbuat kayak gitu. Sekarang aku dapat balasan yang sangat menyakitkan. Aku kehilangan ibu yang sangat aku sayangi dan aku sekarang di penjara,” sesal Dicky sedih, menyentuh tangan Miya dengan sangat erat.Miya tersenyum sendu. ”Innalilahi, Mbak ikut berduka dengan kepergian Budhe, ya? Kamu yang sabar, ya, Dik. Mbak juga udah maafin kamu. Yang penting kamu udah sadar dengan kesalahan kamu dan jangan diulangi lagi,” jawab Miya mengusap tangan Dicky dengan lembut sebagai tanda dia sudah melupakan semua yang terjadi di masa
BAB 120 – AKHIR CERITAElang menatap Miya yang duduk sendirian termenung di pinggir kolam. Dengan perlahan dia berjalan mendekat, dan mendudukkan tubuhnya tepat di samping Miya.Miya yang tak menyadari kedatangan Elang, cukup terkesiap kaget saat mendapati suaminya itu telah duduk di sampingnya, dengan wajah yang tersenyum."Mas," panggilnya dengan helaan napas ringan."Kamu ngapain malam-malam di sini sendirian, Sayang?" tanya Elang sambil menyelipkan anakan rambut Miya yang tergerai menutupi pipi.Pantulan lampu yang membias di air kolam yang bergerak, memantul mengenai wajah cantik Miya. Membuatnya terlihat menawan dan bercahaya. Elang tersenyum sendiri, apalagi yang kurang dalam diri wanita yang telah menjadi istrinya itu? Tak ada, semua begitu sempurna. Elang jadi merasa menjadi lelaki paling beruntung di dunia ini."Aku cuma lagi menenangkan diri, Mas," jawab Miya dengan mata yang sendu. Menatap pada air yang beriak kecil.Tangan Elang terjulur ke atas kepala Miya, mengelus perl
BAB 119 – DUNIA INI KEJAM PADAKU!Hari ini adalah hari pertama Miya ke kantor setelah pengumuman posisinya di perusahaan Teh Wangi, sebagai Direktur utama.Dengan blazer berwana coral, dipadukan dengan loose pant berwarna gelap, Miya melangkah dengan tegap dan penuh kebanggaan. Zelo dan Rendy setia berada di sisinya.Suara ketukan stilleto berhak rendah berwarna hitam itu menggema saat dia melangkah masuk ke ruang meeting."Selamat pagi, Bu."Beberapa pegawai membungkuk, menyapa dengan hormat. Beberapa dari mereka saling berbisik satu sama lain.Zea Putri Adipati yang anggun dan cantik, ternyata bukan hanya memiliki kecantikan jasmani. Namun juga hatinya begitu cantik. Senyum manis dan raut ramah itu terus menghiasi wajahnya, berusaha membalas semua sapaan yang datang kepadanya."Bu Zea cantik ya?!" gumam salah seorang pegawai pada pegawai lainnya."Iya. Cantik dan anggun sekali. Orangnya juga kelihatan ramah kan," jawab yang lain."Iya bener."Mereka semua mengangguk, memuji bagaiman
BAB 118 – DIMANJAKAN KELUARGAZelo terkejut mendengar ucapan Miya, seketika itu dia merasa sedih dan segera mendekati Miya.“Enggak, Dek. Mas nggak akan pernah capek kalau buat adik Mas tercinta ini,” sangkal Zelo sedih. Menggelengkan kepala seraya mengelak pikiran Miya yang menganggapnya merasa keberatan.Lalu mengecup pucuk kepala Miya dengan lembut. “Mas, tuh, cuma nggak tega lihat kamu setiap hari harus nahan bobot perut sebesar ini. Lagian usia kandungan kamu sekarang, tuh, berapa, sih? Kok, besar gini perutnya kayak orang udah mau ngelahirin?” Zelo heran dan ngeri melihatnya.Miya mengingat sambil mengelus perut besarnya. “Enam bulan lebih harusnya, dua puluh enam minggu, deh, kayaknya,” jawab Miya antara yakin tak yakin.Elang yang selalu menghitung usia kandungan Miya langsung menyahut dan membenarkan “Dua puluh enam minggu lebih tiga hari, Sayang. Aku selalu menghitungnya dengan tepat.” Merasa bangga karena tidak melupakan hal yang bahkan istrinya sendiri lupa.Zelo masih me
Bab 117Runa sedang menemani ibunya saat dokter visit. Nampak dokter serius memeriksa keadaan Olga setelah operasi satu minggu yang lalu. Setelah dokter selesai dengan tugasnya, Runa mendekat.“Dokter. Bagaimana keadaan Mamaku? Kapan Mamaku boleh pulang?” tanya Runa lembut saat dokter visit melihat kondisi Olga yang masih terbaring di kursi serba putih milik rumah sakit.Dokter tersenyum lalu menurunkan stetoskop yang menempel di telinganya ke leher. “Ibu Olga sudah sembuh, hari ini bisa pulang,” jawab dokter yakin. Dia pun merasa senang kalau ada pasien yang sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa.“Alhamdulillah, terima kasih, Dok.” Runa bersyukur dengan hati gembira, mengatupkan kedua tangan di depan mulut, lalu dia tersenyum pada Olga.“Kalau begitu, saya permisi dulu.” Dokter pun pamit dan meninggalkan mereka yang muali bersiap untuk pulang hari ini.Nampak di sana Olga pun tak kalah senang, akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit itu setelah tujuh hari hanya terbar