Setelah mengantarkan Hanna ke Institut Penelitian AS, Aiden segera menjemput ibunya di rumah.Hari ini Aiden berjanji menemani ibunya untuk menghadiri peresmian toko perhiasan milik teman ibunya yang bernama Lisa Albert di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Amerika.Lisa Albert termasuk salah satu perancang perhiasan yang cukup terkenal.Setiap perhiasan yang dibuatnya begitu indah dan bahkan beberapa diantaranya bernilai fantastis."Lisa, selamat atas peresmian toko perhiasanmu. Sekarang selain di Eropa, kamu juga akan semakin terkenal di Amerika." Marta mengucapkan selamat dan memberikan pelukan kepada Lisa."Nyonya Albert, selamat atas peresmian toko baru milikmu. Aku tidak pernah meragukan keterampilan mu dalam merancang perhiasan. Semuanya tampak indah," ujar Aiden sambil menyerahkan hadiah buket bunga.Lisa menerima hadiah buket bunga itu dan mengucapkan, "Terimakasih kalian sudah menyempatkan hadir di acara peresmian toko ini, Marta, Aiden.""Di etalase sebelah sana adalah r
Hanna bekerja di laboratorium penelitiannya hingga malam hari. Dia begitu sibuk, hingga tidak menyadari hari yang terang telah berubah menjadi gelap."Uuhh, jam berapa ini? Aku terlalu asik dengan pekerjaanku, hingga tidak menyadarinya," Hanna berbicara pada dirinya."Hanna, ayo sudah cukup! Ini sudah larut malam," ujar Mia kepada Hanna."Mia, kamu pulang saja duluan, aku akan pulang sebentar lagi," sahut Hanna."Hanna, ini semua catatan penelitian hari ini. Aku sudah mengumpulkan semuanya menjadi satu kesimpulan," Shopie tiba-tiba muncul dan menyela pembicaraan Hanna dan Mia."Oke, terimakasih Shopie. Kerja yang bagus hari ini," ujar Hanna pada Shopie sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum."Baiklah, aku akan pulang lebih dulu. Sampai jumpa Hanna,Mia," ujar Shopie lagi."Oke, sampai jumpa," Hanna melambaikan tangannya, sedangkan Mia ternganga dan kebingungan melihat perubahan Shopie yang tiba-tiba."Dia..Dia.. ," Mia masih kebingungan untuk berkata-kata, hanya tangannya yan
Ketika Hanna dan Aiden baru saja sampai di apartemen, telepon Hanna berbunyi. Hanna menjawab teleponnya sambil berjalan menuju kamar apartemennya."Hanna, dimana kamu selarut ini? Ayah bertanya pada Mia, katanya kamu malam ini tidak ada jadwal di rumah sakit," terdengar suara Dante yang khawatir."Ayah, aku bekerja hingga terlalu larut malam di institut penelitian. Aku memutuskan pulang ke apartemenku saja malam ini Ayah. Selain karena jaraknya lebih dekat, aku juga sudah terlalu lelah. Maaf membuat Ayah khawatir," ujar Hanna."Syukurlah jika kamu baik-baik saja, Ayah khawatir terjadi sesuatu padamu, karena sedari tadi panggilan teleponmu tidak dijawab. Sekarang kamu beristirahatlah," ada kelegaan di suara Dante."Selamat malam, Yah," ujar Hanna lalu kemudian menutup teleponnya.Aiden yang sedari tadi mendengarkan Hanna bertelepon, kemudian bertanya, "Apakah ayahmu selalu sangat mengkhawatirkan mu?""Ya, dia selalu mudah merasa khawatir sejak aku diculik di Valletta," jawab Hanna."Be.
Setelah mereka mengobrol beberapa saat, Aiden menerima panggilan telepon dari asistennya, Jefri. Dia kemudian bersiap untuk pergi dari tempat tinggal Hanna."Apa kamu yakin, tidak ingin aku mengantarmu pergi ke rumah sakit?" tanya Aiden."Aku ingin beristirahat dan menenangkan diri sejenak, aku akan pergi ke rumah sakit di siang hari ketika jadwal operasi jantung. Bukankah asisten mu sedang menunggumu? Lebih baik kamu segera menemuinya.""Tapi, bagaimana cara kamu pergi ke rumah sakit? Bukankah mobilmu saat ini di kediaman Miller?" tanya Aiden."Mia akan menjemput ku kemari, kamu pergi duluan saja. Sepertinya asisten mu ingin menyampaikan hal mendesak," ujar Hanna meyakinkannya. "Oke, aku akan pergi menemui Jefri. Kamu bisa menghubungiku jika kamu memerlukan bantuan," ujar Aiden."Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku," ujar Hanna."Oke, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa," ujar Aiden sambil melangkah pergi meninggalkan tempat tinggal Hanna."Sampai jumpa," jawab Hanna.Jefri y
Siang harinya, Hanna pergi ke rumah sakit bersama Mia. Hanna menceritakan semua yang terjadi semalam."Kamu beruntung Ethan datang tepat waktu Hanna. Jika tidak, mungkin hal buruk terjadi padamu," ujar Mia prihatin mendengar cerita Hanna."Ya, tapi entah bagaimana keadaannya semalam, dia pergi begitu saja," jawab Hanna."Semalam aku ingin menunggumu dan pulang bersama-sama, tapi kamu bersikeras menyuruhku pulang. Ayahmu dan aku menelepon mu berkali-kali tapi kamu tidak merespon. Kami sungguh khawatir terjadi sesuatu padamu," ujar Mia dengan nada sedikit kesal."Iya, maafkan aku karena telah membuat kalian khawatir," ujar Hanna menyesal."Yang terpenting kamu baik-baik saja," sahut Mia seraya tersenyum pada Hanna.Ketika sampai di ruangan prakteknya, Hanna membaca ulang catatan kondisi pasien, dan catatan pemeriksaan terbaru hari ini."Mia, apakah kamu sudah menjelaskan kondisi pasien kepada keluarganya?" tanya Hanna."Ya, aku sudah menjelaskannya. Keluarga pasien siap dengan kemungkin
Hanna ikut menumpang mobil Mia, sedangkan Ethan membawa mobilnya sendiri.Mereka memilih sebuah restoran terdekat dari rumah sakit untuk menikmati Jambalaya sebagai makan malam."Hmmm, melegakan sekali, akhirnya rasa lapar ku terobati," ujar Hanna memegang perutnya yang kekenyangan."Ya, aku juga kenyang sekali," ujar Mia."Eh, tapi kenapa kamu makan sedikit sekali Ethan?" tanya Hanna."Aku sebenarnya tidak begitu menyukai rasa pedas," jawab Ethan dengan jujur."Wah, maafkan aku. Jika saja kamu mengatakannya sedari tadi, mungkin kita akan memilih restoran lain," ujar Hanna menyesal."Tidak apa, aku tahu kamu sangat menyukai makanan pedas," ujar Ethan."Wah, kamu perhatian sekali Ethan. Tapi bagaimana kamu bisa mengetahuinya?" tanya Mia penasaran."Oh, itu karena Paman Dante dan Bibi Clara pernah bercerita padaku," jawab Ethan cepat."Hahaha, kenapa kamu tiba-tiba terlihat salah tingkah seperti itu? Apa mungkin kamu menyukai Hanna ya?" ceplos Mia.Hanna mendadak merasa tidak nyaman kar
Pagi harinya ketika Hanna terbangun, dia melihat Dante dan Clara berdiri si dekat tempat tidurnya."Hanna, kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan sekarang? Apakah ada yang sakit?" Clara bertanya dengan khawatir, karena semalam dia mendengar suara tubuh Hanna yang terjatuh ke lantai cukup keras."Apa kamu merasa pusing? Dan..mual?" Dante juga bertanya padanya.Hanna perlahan bangun dan duduk bersandar di kepala tempat tidurnya, "Aku hanya sedikit pusing, mungkin karena terlalu lelah. Ayah dan Ibu tidak perlu begitu khawatir.""Lebih baik kamu beristirahat dulu di rumah hari ini. Kondisimu sepertinya sedang tidak sehat. Kamu mau makan apa? Nanti akan Ibu masakan untukmu.""Aku akan memakan apa saja yang Ibu masakan untukku. Semua masakan Ibu adalah yang terenak," ujar Hanna sambil tersenyum."Sshh, keadaan begini masih sempat-sempatnya kamu menggombal, Hanna," ujar Clara sambil memegang kepala Hanna."Hanna, lebih baik kamu beristirahat dulu. Hubungi Mia untuk membantumu di rumah saki
Semalaman Hanna tidak dapat tidur dengan nyenyak. Pikirannya terasa sangat kacau balau.Ditengah perasaan bingungnya akan identitasnya, karena beberapa kilasan ingatan tentang dirinya. Kabar kehamilan yang diterimanya begitu tiba-tiba."Apa yang harus kulakukan padamu?" gumam Hanna sambil mengelus perutnya yang masih rata."Dan jika aku adalah Alena, apa yang harus ku lakukan di kemudian hari?"Setelah berpikir panjang semalaman, Hanna mengambil keputusan."Aku akan menyelidiki semuanya sendiri dan dengan hati-hati. Tidak mungkin Ayah, Ibu, dan Ethan akan menjawab pertanyaanku. Mereka pasti punya alasan menutupinya. Aku akan mencari tahu lewat tes DNA."Keesokan harinya Hanna bangun pagi sekali dan mempersiapkan dirinya untuk berangkat bekerja.Clara dan Dante telah duduk di meja makan untuk sarapan."Hanna, pagi sekali kamu mau berangkat? Ayo sarapan dulu. Kamu harus banyak makan," Clara memanggilnya."Emm, aku harus melakukan sesuatu di Institut Penelitian hari ini Bu, aku akan sara
"Siapkan ruang operasi!" Ujar Alena memerintahkan perawat yang bertugas. Kemudian Alena mengeluarkan jarum perak dari dalam tasnya. Dia menusukkan jarum-jarum itu di beberapa titik di tubuh Aiden. Alena berbisik ke telinga Aiden, "Bertahanlah, Aiden. Kumohon." Tit tit tit tit Pada layar monitor alat pengukur detak jantung, terlihat jantung Aiden kembali bereaksi. "Persiapkan pasien, aku akan mensterilkan diri." Alena bergegas membersihkan dirinya di ruang steril. Sekitar setengah jam kemudian Alena masuk kembali ke ruang operasi. Aiden telah dipersiapkan dan juga telah diberi anestesi. Alena membelah bagian dada Aiden dan membuka tulang bagian dadanya. "Benar dugaanku, tulang rusuknya patah dan mengenai paru-paru dan jantungnya." Gumamnya. Alena menusukkan lagi beberapa jarum akupuntur di beberapa titik yang mengalami pendarahan. Tangannya dengan terampil dan dia segera menemukan bagian-bagian vital Aiden yang terluka. Tiiiiiiittttt "Dokter, pasien kritis." Dokte
"Hari ini, Elsa Burch putri dari Tony Burch, pesaing ketat Eddy Caleman dalam pemilihan calon perdana menteri ditangkap atas dugaan percobaan pembunuhan terhadap dokter Bianca Hart dan putranya. Selain itu juga diadakan penyelidikan atas tuntutan 'penyalahgunaan kekuasaan' yang dilayangkan Bianca Hart terhadap Tony Burch. Jika Tony Burch terbukti bersalah, kemungkinan besar dia akan ditangkap dan masuk ke dalam tahanan menyusul putrinya. Dengan demikian, Eddy Caleman akan melenggang dengan pasti memjadi calon terpilih perdana menteri berikutnya." Berita ini ditayangkan di layar gedung tertinggi di pusat kota. Hampir setiap pejalan kaki yang lewat melihat dan mendengar pemberitaan itu. "Cih, dia layak mendapatkannya. Dia dan putrinya adalah orang yang sangat sombong. Mentang-mentang anggota parlemen, lalu seenaknya saja memaki dan menghina orang lain." "Benar, dia selalu berlagak setiap kali berbelanja di tokoku. Elsa selalu merasa seolah dia adalah orang paling hebat dari orang
Bianca pagi ini tiba di depan kliniknya untuk bekerja seperti biasa, namun sayang sekali pintu kliniknya disegel. "Dokter, Anda akhirnya tiba?" Dona terlihat agak panik."Ada apa ini Dona?" Bianca sedikit bingung melihat kliniknya yang diberi garis polisi."Tony Burch melaporkan kita ke polisi, katanya Anda melakukan malapraktik sehingga Elsa Burch cacat. Anda diduga melakukan metode kecantikan yang tidak seharusnya."Bianca tersenyum sinis di wajahnya, "Benarkah?""Bagaimana ini Dokter?" tanya Dona."Aku akan mengatasinya, kalian bersantailah hari ini. Anggap ini sebagai hari libur. Oke?" Bianca tidak ingin Dona dan stafnya yang lain berdiri dengan sia-sia disini."Baiklah, Dokter."Kemudian para stafnya memilih pergi dan membubarkan diri di sana.Bianca mengambil ponselnya menekan tuts di layarnya.Tidak lama terdengar suara tawa dari seberang telepon, "Hahaha, Ayahku benar. Dia berkata kamu akan segera menghubungi dan memohon. Kenapa? Kamu takut dipenjara dan klinik kecantikan mil
"Dimana Bianca?!" Tony masuk ke dalam klinik kecantikan milik Bianca dengan wajah yang terangkat tinggi, seolah setiap orang harus tunduk dan hormat padanya. "Tuan, Anda tidak boleh masuk ke ruang praktek dokter begitu saja. Dokter Bianca sedang ada pasien!" Dona mencoba menghalangi Tony Burch yang memaksa masuk ke ruang praktek Bianca. Tony Burch merasa kesal karena wanita yang sepertinya adalah asisten pribadi Bianca, terus berusaha menghalanginya. "Minggir kamu!" Dia sudah tidak sabar dan mendorong tubuh Dona hingga terhuyung. Ceklek Sosok Tony Burch yang angkuh terlihat di pintu ruang praktek yang terbuka. Dan dia masuk begitu saja ke dalam ruang praktek Bianca. Bianca saat ini sedang melakukan metode perawatan laser pada pasiennya. Dan dia tidak dapat meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menemui Tony Burch yang lancang. "Maafkan aku Dokter, Tuan ini memaksa masuk." Dona merasa tidak enak karena Bianca mengalami gangguan saat bekerja. "Tidak mengapa Dona, tolong arahka
Aiden segera menuju ke titik lokasi tanda SOS yang dikirim oleh Vince melalui jam tangannya. Dia sampai pada sebuah gudang barang yang tidak dipergunakan lagi. Beberapa pria lari terbirit-birit dari dalam gudang, seperti sangat takut akan sesuatu. Aiden menghalangi salah satu dari pria itu. "Mengapa kalian begitu terburu-buru? Ada apa?" "Minggir, jangan halangi jalanku!" pria itu melotot kepada Aiden. "Apa kamu melihat anak ini?" Aiden menunjukkan sebuah foto di layar ponselnya. "Apa kamu tidak mengerti? MINGGIR!" pria itu berteriak kepada Aiden yang bersikeras menghalangi jalannya. "Baiklah, jika kamu tidak ingin dengan cara yang baik-baik!" Aiden mengekang tangan pria itu dibelakang punggungnya dan mendorong wajahnya ke tembok dalam sekejap. "Aku akan menelepon polisi, dan pasti kamu lah orang yang akan dicurigai pertama kali!" Aiden mengancam. Tentu saja pria itu takut dan gemetar. Jika dilaporkan ke polisi, dia pasti akan ditangkap atas percobaan penculikan seorang
"Halo, putraku yang tampan. Mengapa wajahmu cemberut?" Bianca menjemput putranya di taman kanak-kanak. "Mama, mulai besok aku tidak mau masuk ke sekolah. Kecuali Mama memindahkan aku ke sekolah dasar." "Apa kamu yakin mau lompat kelas Vince?" "Iya Ma. Pleaseeeee!" Bianca membukakan pintu mobil untuk Vince, agar dia masuk ke dalam mobil. "Baiklah, nanti mama urus ya Vince. Sudah, jangan cemberut lagi Sayang. Sekarang kita mau kema_ hmmmfff!" Mulut Bianca tiba-tiba dibekap, sama halnya dengan Vince. Mereka dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil Van oleh tiga orang pria asing. Bianca bersikeras memberontak, namun tangannya dipegang dengan kuat oleh dua orang pria tersebut, dan seorang lagi terlihat memegang Vince. "Siapa yang menyuruh kalian menculik kami?" tanya Bianca. "Nanti kamu akan bertemu dengan Bos kami ketika ajalmu akan menjemput. Tenang saja, kami tidak akan membuat kalian berdua mati penasaran." "Benarkah?" Bak Buk Bak Buk "Hei, ada apa dengan kalian? Men
"Alena, kamu sudah sadar?" Bianca terlihat membuka matanya perlahan sambil menyesuaikan cahaya di dalam ruangan yang semua dekorasinya serba berwarna putih. "Dimana ini?" tanyanya bingung. "Ini di rumah sakit. Kamu tadi jatuh pingsan. Kamu sepertinya terkena flu dan demam tinggi. Sekarang demammu sudah menurun." "Sekarang sudah pukul berapa?" Bianca teringat Vince di rumah. "Sekarang sudah lewat tengah malam." "Apa? Aku harus pulang." Bianca bangun dari ranjang perawatan dan akan menarik jarum infus yang menempel di tangannya. Aiden cukup gesit, dia tepat waktu mencegah tangan Bianca sehingga dia gagal menarik jarum infus itu keluar. "Aiden, aku harus cepat pulang. Kasian Vince sendirian dirumah. Dia pasti khawatir karena aku belum pulang sampai sekarang." "Vince anak yang cerdas. Dia pasti memahami kondisimu. Aku sudah menelepon dan memberitahunya tadi." "Tapi_" "Tenang saja, besok pagi kalau kondisimu sudah membaik sepenuhnya, kamu sudah boleh pulang dan beristirahat di
"Dona, apa masih ada pasien lagi?" tanya Bianca yang saat ini sedang mencuci tangannya setelah melakukan prosedur tarik benang di wajah pasien. "Ada satu pasien lagi, Dok." Jawab asisten Bianca. "Syukurlah, aku mau cepat pulang hari ini." Bianca hari ini sedang merasa tidak enak badan, dia ingin segera pulang. Lagipula, Vince hanya bersama pengasuh di rumah. Dante dan Clara telah kembali ke Amerika. Sedangkan Brian dan Mia masih sibuk berbulan madu. "Apa pasiennya dipersilahkan masuk kemari sekarang, Dok?" tanya Dona. "Ya, persilahkan saja." Bianca tengah mencatat riwayat pemeriksaan pasiennya, dia masih sibuk menunduk ketika pasien sudah duduk di hadapannya. "Halo, ada yang bisa saya_ hmmhh, Aiden." Bianca mengangkat wajahnya untuk melihat pasiennya dan kalimatnya berubah seketika. "Kenapa kamu tidak ramah terhadap pasienmu?" protes Aiden. "Emm, yah. Kamu mau perawatan?" tanya Bianca. Dia mengubah nadanya lebih ramah. "Tidak, aku hanya ingin melihatmu." "Kalau begitu lebih
"Bian, ada apa? Kamu mengenalnya?" bisik Daniel kepada Bianca yang memberikan tatapan kesal kepada pria di sebelahnya."Tidak, aku tidak mengenalnya!" jawab Bianca dengan nada dingin."Bagaimana mungkin seorang istri tidak mengenali suaminya?" jawab Aiden dengan nada sedikit nyaring, membuat semua mata yang mendengar menatap ke arah Bianca dengan tatapan aneh."Suami? Jika kamu pernah melihatnya di televisi bertunangan dengan seseorang baru-baru ini, mungkinkah dia mengakui istrinya?"Ya, orang-orang kemudian menatap ke arah Aiden. Beberapa orang langsung mengenalinya dan berbisik, "Iya benar, dia bertunangan dengan Elsa Burch beberapa bulan yang lalu, dan baru-baru ini membatalkan pertunangan.""Benar, aku melihat dia di televisi bersama Elsa Burch," terdengar suara bisikkan orang di sekitar mereka."Aku tidak akan melakukannya, jika istriku tidak berpura-pura mati dan mengoperasi wajahnya." Aiden berkata sambil menatap sinis ke arah Bianca.Daniel memegang tangan Bianca, dan berkata