Share

Bab 41

Penulis: Goresan Pena93
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Biar aku saja yang buka. Lagipula, hujan-hujan begini siapa malam-malam, yang datang?" Arfan mendorong kursi dengan kakinya ke belakang. Ia membenahi kemeja tiga perempatnya lalu memutar kunci pintu.

Saat dibuka, kedua matanya terlihat melebar. "Fatih?"

Fatih juga terkejut. Ia tak melihat tadi jika di depan sana ada mobil Arfan. Ke mana lagi Rani tak pulang selain ke rumah orangtuanya.

"Ada apa, Fatih?" tanya Arfan. Masih membiarkan Fatih berdiri di luar sana.

"Harusnya aku yang tanya, ngapain kamu ada di sini? Satu atap di rumah istri orang, malam-malam lagi." Fatih menarik ekor matanya menatap ke lain arah.

"Aku tadi habis mengantar Rani. Kehujanan juga, dan diajak makan malam sekalian dengan keluarga ini. Keluarga yang sangat menghargaiku meski aku bukan suami Rani." Seperti tak pernah takut dengan sikap arogan Fatih, Arfan memang ingin membenturkan ego dari suami gadis yang ia sukai.

"Lebih baik kamu pulang! Atau penduduk akan mengira kalian kumpul kebo. Sekarang, di mana Rani?!
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 42

    "Baju siapa aja terserah aku mau nyuciin punya siapa juga bukan masalah kamu, kan?" Rani hendak melangkah tetapi tangan Fatih mencegah dengan kilatnya. Cengkeraman bagai elang itu membuat denyut nadi seperti tersumbat."Ya, enggak bisa gitu lah! Gimana nanti kalau Papa tau?!" katus Fatih lagi. "Bukan urusan aku! Lagian aku tinggal bilang aja itu bajunya Mas Arfan. Gitu aja, kok, repot!" Rani membalik badan lagi dan buru-buru pergi tetapi lagi-lagi Fatih mendapatkannya. Kali ini, bukan hanya tangan yang sampai pada pemuda itu melainkan tubuh Rani terpental pada dada bidang yang masih terlihat aliran bening nan dingin.Sesaat, Rani merasakan sesuatu. Bumi seakan menghimpit mereka berdua. Sampai-sampai, Rani merasakan debaran yang ia rasakan lewat punggungnya. Fatih yang terpaku juga, sekarang tak bisa berkata-kata lagi. Mendadak bibirnya terkalahkan oleh rasa yang belum pernah melewati relung hatinya. Rani mencoba bergerak melepas dekapan lengan kekar itu. Pria dengan tubuh atletisny

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 43

    Bram menatap awan yang bergumul dengan bayangan seorang wanita. Pernikahan tak bertahan hingga napas terakhir, saling mempertahankan ego masing-masing. Dirinya dan Melania sudah melewati hidup bersama bukan setahun dua tahun melainkan puluhan tahun. Mereka terlepas oleh sebuah takdir yang memang menjadi bagian yang harus dilewati.Di balik pot-pot bunga itu, pria matang dengan wajah yang masih tampak segar terus merenungi kesalahannya. Cara mendidik yang memang kurang perhatiannya, membuat Fatih cemburu. Apalagi ketika Mamanya pun lebih mementingkan karir. Tidak ada yang Bram salahkan selain dirinya sendiri. Pria itu mengusap wajahnya penuh penyesalan. "Sedang apa di sini, Pa?" Rani mengambil posisi di sebelah pria itu yang duduk pada kursi yang menatap taman."Eh, kamu, Ran? Papa cuman mau menghirup udara segar saja. Cuman ingin menatap rindangnya taman ini. Mumpung udara panas, di sini cukup segar daripada AC ruangan.""Iya, Pa. Tapi, ngomong-ngomong apa Fatih ada bilang sesuatu?"

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 44

    "Fatih, sudahlah. Kau pulang saja sendiri. Aku ingin cari ketenangan." Rani yang membalik badannya tetap saja Fatih mencegah. Pria itu tak ingin Rani membantahnya.Satu tarikan tangan Fatih membuat tubuh Rani terpental dan membentur dada bidang Fatih. Sesaat mereka saling tatap dan terpaku saling memindai wajah masing-masing. Tangan yang menyentuh dada pria itu, Rani merasakan degup yang begitu kencang. Ia yakin sekali, Fatih merasakan hal yang sama dengannya. Tersadar dengan hal itu, mereka melepaskan diri. Menetralisir rasa yang tak pernah dimengerti. Salah tingkah dan wajah memerah, Fatih menghela napas panjang. Membenahi pakaiannya lalu tetap memaksa Rani untuk ikut dengannya.Saat mereka berjalan menuju mobil, Rani melihat sosok bertopi dengan jaket hitam serta masker menutupi wajah. Menatap mereka penuh misteri dan terus mengunci setiap langkah mereka. Di balik pohon besar, pria itu menyembunyikan tangannya di balik saku jaket.Rani membalas tatapan pria itu sambil mengikuti Fa

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 45

    Melihat foto mesra di dalam foto itu, dada Fatih bergemuruh hebat. Hatinya yang sempat dibalut, kini retak kembali. Kedua mata berkedip dengan cepat untuk menghalau panasnya dari dalam. Patah hati yang kedua kalinya, Fatih membawa semua bukti itu ke luar ruangan.Langkahnya yang panjang dengan hentakan yang begitu kuat, Fatih membanting pintu ruangan Rani. Ia melempar semua benda tipis itu tepat mengenai wajah Rani. Seketika Rani pun ternganga dan kaget. Tak tahu menahu masalah yang dimaksud oleh Fatih, ia langsung berdiri."Apa yang kamu lakukan, Fatih?" "Lihat saja itu! Matamu belum buta, kan?" Bentakan itu terdengar hingga ke luar. Beberapa karyawan saling membisik dan menatap ke arah ruangan berkaca itu. "Dasar, wanita murahan!" "Astaghfirullah, jaga ucapan kamu, Fatih! Kamu tak bisa sedikit saja bersikap lembut pada wanita?" Air mata Rani siap tumpah. Ia menunduk dan meraih selembar dari foto yang tercecer di lantai.Rani menggeleng setelah melihatnya sendiri. Ia membantah deng

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 46

    Fatih berjalan dengan langkahnya yang panjang, ia menuju ruangan Rani. Setelah dibuka, tak ada seorangpun di sana. Pria muda itu mengerutkan dahinya. Di mana gadis itu?"Kamu cari siapa, Fatih?" Dini yang kebetulan lewat sana, kini berhenti dan menatap adiknya. Sebenarnya, Fatih tak begitu dekat dengan kakaknya itu, tetapi ia harus tetap bersikap baik apalagi sekarang berada di dalam lingkup kantor."Rani," balasnya singkat.Dini tersenyum miring. Sudut bibirnya terangkat sebelah. "Dia lagi pacaran sama Arfan di taman."Fatih terkejut tetapi ia tak mengatakan apapun. Hanya sebatas rasa jengkel dan tangan mencengkeram kuat. Fatih menahan rasa panas dari dalam dadanya dan segera pergi ke tempat yang tadi dikatakan oleh Dini.Sekarang memang jam istirahat, dua anak manusia menatap langit biru, duduk di kursi pinggir kolam ikan. Fatih masih menguping, apa saja yang mereka bicarakan. "Ran, aku mau kasih kamu sesuatu. Diterima, ya!" Arfan mulai merogoh sesuatu dari dalam sakunya.Tubuh Fat

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 47

    "Makasih Mas Arfan," ucap Rani seraya mengulas senyuman di tengah pesta pernikahan salah satu rekan kerja. Arfan juga menarik kursi untuk gadis itu agar duduk di sebelahnya. Mereka duduk dengan gelas-gelas minuman juga makanan yang tersaji di atas meja. "Ran, kamu mau makan apa? Banyak menunya. Kebetulan kita kan tadi memang sengaja janjian makan di sini." Arfan tertawa. "Aku apa aja deh, Mas. Salad aja dulu, tiba-tiba kenyang." "Aku ambilkan, ya." Lelaki dengan jas hitam itu itu segera meletakkan sepiring salad hijau di depan Rani. Sambil menatap pada hiburan seorang penyanyi, mereka mulai makan. Dari pintu utama, seorang pria dengan jas dark green berjalan menggandeng wanita cantik. Mereka masuk ke dalam. Tampak wanita itu mengenakan gaun dengan belahan dada dan rambutnya mengembang hitam legam. Tentu Fatih mencintainya. Namun, yang ada di dalam kepalanya saat ini adalah Rani. Hanya istrinya saja. Meskipun ada wanita cantik yang selalu menemaninya, tetap saja Fatih tak bisa t

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 48

    Fatih duduk di sebelah rani yang tak bergerak sama sekali. Lalu Bram menahan napas sejenak, ia berusaha bersikap adil dan menyesali perpisahan Rani dan putranya itu. "Papa kecewa sama kamu, Fatih. Kalian harusnya bisa bicarakan semuanya baik-baik. Papa batu tau kalau Rani dan kamu sudah bercerai. Dan akta nikah kalian baru sampai hari ini. Kalau bukan karena Papa bertemu tukang pos tadi, mungkin Papa tidak akan tau kalau kalian sudah ...." Bram menggeleng kepala sambil menghentakkan ucapannya. Rani terlihat menunduk. Ia tak lepas dari lirikan mata Fatih. Fatih sendiri pun tak bisa berkata-kata lagi. Selain kata maaf untuk papanya yang ia sampaikan dengan lirih. "Maaf, Pah." "Apa kalian tidak berniat rujuk? Papa sangat berharap kalian kembali bersatu. Bagaimana, Ran?" Bram meminta pada Rani sebuah pertimbangan lagi. "Maaf, Pak Bram. Terima kasih sebelumnya, tapi saya sudah memutuskan untuk sendiri juga. Saya dan ibu saya juga adik saya satu-satunya, akan kembali pulang tempat kela

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 49

    Setelah kembali ke depan ruangan Fatih, Rani bertemu dengan salah seorang suster. Gadis itu segera bertanya, "Sus, bagaimana keadaan Fatih?" "Sudah membaik, Mbak. Boleh dijenguk. Silakan!" "Makasih, Sus."Suster membalas dengan senyuman. Lalu pergi setelah Rani izin masuk ke dalam. Rani mengusap wajahnya melihat Fatih terbujur dengan alat bantuan kesehatan. Kepalanya dibalut dengan perban, hidungnya tampak cup oksigen menempel. Rani pun segera duduk dan mencoba menyentuh tangan Fatih. Meskipun Fatih sudah memporak-porandakan hatinya, tetap saja ia tak bisa diam saja melihat Fatih begitu. "Fatih, kamu belum bisa bangun ya? Aku menunggumu membuka mata sejak semalam. Bertahanlah, Fatih!" "Fatih, aku tau kalau kamu sangat membenciku. Aku tidak marah karena itu hakmu. Tapi, kumohon buka matamu.""Setelah kamu sadar, aku janji akan pergi dari sini. Kau tidak akan melihatku lagi."Beberapa menit Rani di sana, Fatih tak juga membuka mata. Tak lama Bram masuk dan Rani menoleh ke belakang.

Bab terbaru

  • Istri Yang Kucampakkan   End

    "Mamaaaa!" Fatih berteriak kencang sampai semua orang yang ada di sana menoleh padanya. Sementara itu, Rani menutup mulutnya dengan kedua tangan. Semua orang melihat kejadian kecelakaan itu. Dengan suasana yang ramai itu, semua orang berhamburan mendekati wanita yang tadinya terpental karena tertabrak kendaraan. "Mama!""Mah!""Maaah!" Fatih mengguncang-guncangkan lengan mamanya. Dengan wajah penuh air mata itu, ia ingin sekali menggendong mamanya dan membawa masuk ke dalam rumah sakit. Namun apa daya, ia tak kuasa karena semua persendian terasa ngilu dan tak kuat karena melihat darah bersimbah di kepala wanita itu. "Mah! Mama dengan suara Fatih, kan?" Melania masih bisa membuka matanya. Bibirnya yang terasa kaku itu kini bergetar. "Maaf." Hanya satu kata itu saja yang keluar dari lisan Melania. Ia pun lantas memejamkan matanya karena nyawa telah tiada. Fatih berteriak memanggil karena histeris. Beberapa orang langsung membantunya mengangkat tubuh wanita itu dan membawanya ke ge

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 54

    "Hallo, Mah?" Fatih menerima panggilan dari nomor mamanya malam itu."Datanglah ke sini, Fatih! Mama sedang sakit. Enggak ada orang di rumah Mama." Suara serak itu membuat Fatih panik. Bagaimanapun juga, wanita itu adalah mamanya. Yang melahirkannya. "Mama di rumah Mama sendiri?" tanya Fatih seraya melirik ke samping, pada Rani yang sudah terlelap dengan pakaiannya tidurnya. Fatih tak tega membangunkan Rani, masih mendengarkan cerita dari wanita di seberang sana. Dengan segala pertimbangan, akhirnya fatih berangkat juga. Ia menarik jaket hitamnya lalu pergi setelah mencium kening istrinya. Hujan lebat malam itu Fatih terobos dengan mobilnya. Ia buru-buru karena tak ingin mamanya kenapa-kenapa. Fatih memutar kemudinya memasuki halaman rumah mamanya yang terlihat sepi sekali. Satpam pun tak ada di sana. Ia harus membuka pagar sendiri, sampai pakaiannya setengah basah. Fatih kembali masuk ke dalam mobil dan masuk ke halaman. Lelaki itu mulai berlari ke dalam rumah yang tak terkunci i

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 53

    Fatih berjalan bersama Rani pagi itu lorong kantor. Mereka tampak semringah karena kisah mereka kembali dimulai. Fatih tak mau melepaskan tangan Rani selama mereka berjalan. Senyum di bibir tiada henti menatap sang kekasih. "Fatih, aku harus ke ruanganku sendiri." Rani menghentikan langkahnya. "Iya, aku tau. Kita juga sudah sampai di depan ruanganmu. Jangan lupa, kiss dulu." Fatih tertawa. "Malu. Kita kan lagi di kantor. Bukan di rumah.""Yah, padahal aku sangat ingin.""Tadi pagi kan sudah." Rani tersipu malu. "Lagi." Fatih tertawa lagi. Tak lama saat mereka ingin berpisah ruangan, tiba-tiba muncul seorang wanita berwajah tegas melangkah mendekati mereka. Rani pun segera mundur dua langkah karena menghormati wanita bernama Melania itu. "Mama ...." Fatih bergumam."Fatih, Mama mau bicara sebentar. Bisa?" Melania menyentuh lengan putranya. Ia tak mau menoleh pada Rani sama sekali. "Bisa, Mah." Fatih beralih pada Rani yang masih membisu di dekatnya itu. Rani pun mengangguk sebaga

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 52

    Sepekan sudah Fatih dirawat di rumah sakit, ia sudah tak mau lagi di sana karena merasa bosan. Apalagi Rani sering meninggalkannya karena harus ke kantor. Pagi ini, pria itu meminta papanya untuk membawanya pulang. "Pah, aku sudah enggak apa-apa. Tinggal kakiku saja yang masih belum bisa maksimal," ujarnya. "Iya-iya. Nanti Papa bilang sama dokter. Tapi kamu harus janji, jangan buat Rani sedih lagi." Bram tertawa. "Papa enggak percayaan banget sama aku. Aku sudah tobat, Pah. Aku tau, aku salah sejak awal." Hampir saja ia tersulut emosi lagi karena Bram. "Iya-iya, Fatih. Papa hanya bercanda. Tapi Rani hari ini ada perwakilan di tempat lain dari perusahaan kita. Dia pasti tidak bisa datang ke sini. Dia Papa mintai tolong karena enggak ada lagi yang bisa membantu. Papa hanya percaya dengan dia.""Tapi, bukannya dia kerja di tempat Roy?" Kening Fatih terlihat karena merasa heran. "Iya, tapi ini kan mendadak. Tidak bisa lagi ditunda. Makanya, habis ini kamu harus bilang makasih sama di

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 51

    "Fatih, jangan! Kamu mau apa?" Rani berusaha bangun, tetapi Fatih selalu mencegahnya. "Aku hanya ingin rujuk, Ran. Aku mau kita bersama lagi." Fatih menatapnya lekat. "Fatih, jangan memaksaku! Aku sudah tidak bisa bersama kamu lagi.""Kenapa?" Fatih membalas tatapan sendu mantan istrinya. Rani menggeleng lalu ia bangkit dan menjauh dari mantan suaminya itu. Fatih menarik tangan Rani yang hendak keluar. "Aku menyesal, Ran. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Aku melakukan itu semua karena ... tidak bisa mengendalikan perasaanku sendiri. Aku termakan oleh api cemburu.""Aku sudah pernah mendengar kalimat ini darimu dulu, Fatih. Maaf, sekarang aku tidak bisa lagi memberikan kesempatan ketiga. Dan selanjutnya, kita jalani saja hidup kita sendiri-sendiri.""Ran, tolonglah! Aku sudah meninggalkan semuanya. Semua apa yang pernah papa berikan. Demi kamu, Ran.""Sayang sekali, Fatih. Hatiku sudah mati. Dan juga sedang tak mau menjalin hubungan dengan siapa pun." Rani kembali memuta

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 50

    "Bisa aja kamu, Roy." Rani menunduk sambil tertawa. Mereka berdua berjalan melewati lorong dan setiap pintu yang tertutup. Sambil mengobrol kenapa Roy pindah dari perusahaan Bram, mereka berdua memasuki lift dan berniat pergi meeting dengan mobil yang sama. Sampai di lantai bawah, ketika Rani baru saja membuka pintu mobil Roy, tiba-tiba seorang pria mencegahnya. Menutup pintu mobil itu di depan Rani. Sontak kedua mata Rani melebar melihat Fatih datang dengan mengejutkan. Fatih menutup pintu mobil lalu menarik tangan Rani agar mendekat padanya. "Fatih!" Rani ternganga. "Ran, please ikut aku!" Fatih terus menarik tangan Rani. Akan tetapi, Rani tidak mau. Gadis itu menarik tangannya lagi agar terlepas dari Fatih. Roy yang melihat kejadian itu pun langsung berlari mengejar mereka. "Fatih!" panggil Roy lalu ketika ia sampai di dekat dua orang itu, Roy melepas tangan Fatih dan Rani. "Fat, kamu jangan memaksanya. Kasian dia. Sadarlah, kalian sudah pisah.""Roy, tolong! Aku mau bicara

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 49

    Setelah kembali ke depan ruangan Fatih, Rani bertemu dengan salah seorang suster. Gadis itu segera bertanya, "Sus, bagaimana keadaan Fatih?" "Sudah membaik, Mbak. Boleh dijenguk. Silakan!" "Makasih, Sus."Suster membalas dengan senyuman. Lalu pergi setelah Rani izin masuk ke dalam. Rani mengusap wajahnya melihat Fatih terbujur dengan alat bantuan kesehatan. Kepalanya dibalut dengan perban, hidungnya tampak cup oksigen menempel. Rani pun segera duduk dan mencoba menyentuh tangan Fatih. Meskipun Fatih sudah memporak-porandakan hatinya, tetap saja ia tak bisa diam saja melihat Fatih begitu. "Fatih, kamu belum bisa bangun ya? Aku menunggumu membuka mata sejak semalam. Bertahanlah, Fatih!" "Fatih, aku tau kalau kamu sangat membenciku. Aku tidak marah karena itu hakmu. Tapi, kumohon buka matamu.""Setelah kamu sadar, aku janji akan pergi dari sini. Kau tidak akan melihatku lagi."Beberapa menit Rani di sana, Fatih tak juga membuka mata. Tak lama Bram masuk dan Rani menoleh ke belakang.

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 48

    Fatih duduk di sebelah rani yang tak bergerak sama sekali. Lalu Bram menahan napas sejenak, ia berusaha bersikap adil dan menyesali perpisahan Rani dan putranya itu. "Papa kecewa sama kamu, Fatih. Kalian harusnya bisa bicarakan semuanya baik-baik. Papa batu tau kalau Rani dan kamu sudah bercerai. Dan akta nikah kalian baru sampai hari ini. Kalau bukan karena Papa bertemu tukang pos tadi, mungkin Papa tidak akan tau kalau kalian sudah ...." Bram menggeleng kepala sambil menghentakkan ucapannya. Rani terlihat menunduk. Ia tak lepas dari lirikan mata Fatih. Fatih sendiri pun tak bisa berkata-kata lagi. Selain kata maaf untuk papanya yang ia sampaikan dengan lirih. "Maaf, Pah." "Apa kalian tidak berniat rujuk? Papa sangat berharap kalian kembali bersatu. Bagaimana, Ran?" Bram meminta pada Rani sebuah pertimbangan lagi. "Maaf, Pak Bram. Terima kasih sebelumnya, tapi saya sudah memutuskan untuk sendiri juga. Saya dan ibu saya juga adik saya satu-satunya, akan kembali pulang tempat kela

  • Istri Yang Kucampakkan   Bab 47

    "Makasih Mas Arfan," ucap Rani seraya mengulas senyuman di tengah pesta pernikahan salah satu rekan kerja. Arfan juga menarik kursi untuk gadis itu agar duduk di sebelahnya. Mereka duduk dengan gelas-gelas minuman juga makanan yang tersaji di atas meja. "Ran, kamu mau makan apa? Banyak menunya. Kebetulan kita kan tadi memang sengaja janjian makan di sini." Arfan tertawa. "Aku apa aja deh, Mas. Salad aja dulu, tiba-tiba kenyang." "Aku ambilkan, ya." Lelaki dengan jas hitam itu itu segera meletakkan sepiring salad hijau di depan Rani. Sambil menatap pada hiburan seorang penyanyi, mereka mulai makan. Dari pintu utama, seorang pria dengan jas dark green berjalan menggandeng wanita cantik. Mereka masuk ke dalam. Tampak wanita itu mengenakan gaun dengan belahan dada dan rambutnya mengembang hitam legam. Tentu Fatih mencintainya. Namun, yang ada di dalam kepalanya saat ini adalah Rani. Hanya istrinya saja. Meskipun ada wanita cantik yang selalu menemaninya, tetap saja Fatih tak bisa t

DMCA.com Protection Status