“Da—Dania.”Mata Restu membulat lebar melihat Dania ada di hadapannya. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Dania akan muncul di hadapannya.Tapi bukan hanya itu yang menjadi sebab Restu menjadi kaget. Dia lebih kaget lagi karena penampilan Dania benar-benar berubah.Dania berubah menjadi lebih elegan dan sangat cantik. Dania seperti bukan orang yang Restu kenal dulu.Tidak ada lagi Dania yang memakai baju kumal dan berbau asap masakan. Tidak ada juga wajah lelah penuh aroma keringat di sertai kantung mata yang besar di wajah Dania yang sedang ada di depan Restu saat ini.Wanita yang ada di depan Restu seperti wanita lain yang mirip dengan Dania, mantan istrinya. Dia sampai tidak berkedip melihat Dania yang kini justru cuek kepadanya.“Ada apa ini?” tanya Dania sambil melihat sekilas ke arah Restu.“Bu, Pak Hendra ingin mempertanyakan tentang keputusan penempatan posisi orang yang dia rekomendasikan, Bu,” ucap Maya.“Bener, Bu. Ini Restu. Saya udah tau betul kualitas dan jam terban
Braak!Restu membanting pintu depan rumahnya dengan keras begitu dia tiba di rumah. Dia melampiaskan rasa kesalnya pada Dania yang membuat masalah dengannya lagi.Tentu saja suara keras di pintu depan rumah itu membuat Lisa dan juga Rina menjadi kaget. Mereka segera keluar dari ruang tengah untuk menyambut Restu.“Sayang, gimana hasilnya? Jadi dong manager keuangan sekarang,” sambut Lisa yang langsung menggandeng lengan Restu.“Gimana Res, semuanya lancarkan?” Rina ikut menyambut dengan riang.“Ah, lepasin!”Restu menghempaskan tangan Lisa, lalu dia segera menghempaskan bobot tubuhnya di sofa. Dia menarik napas dalam lalu mendongakkan kepalanya dan menyandarkannya di sandaran kursi.Restu mengendurkan dasi yang sedang mencekik lehernya itu. Dia menyugar rambutnya kasar yang tampak terlihat aneh di depan Rina dan Lisa. Dua wanita itu segera mendatangi Restu yang tampak sedang sangat frustasi itu.“Mas, kamu kenapa sih? Dateng-dateng kok kayak orang stres. Tadi semuanya lancarkan?” ta
Dania duduk melamun sambil mengaduk makanan di atas piring makannya pikirannya menerawang jauh ke depan mencoba menebak apa yang akan dilakukan oleh Restu hari ini.Dia ingin tahu keputusan apa yang diambil oleh Restu setelah mengetahui keputusannya kemarin. Dania merasa sedikit puas Setelah dia berhasil mempermalukan Restu seperti yang biasa pria itu melakukan kepadanya.Selamat pagi Bu Dania ucap Maya menyapa atasannya.Pagi May. Jadwal saya hari ini ngapain aja tanya Dania sambil melanjutkan lagi sarapannya.Siang ini akan ada rapat internal bersama dengan Pak Haris dan Pak Alex di kantor Bu. Rencananya akan membahas tentang rapat umum yang akan dilangsungkan sebentar lagi.Oke. Oh ya my, bisa nggak kamu selidiki Pak Hendra. Ya takut dia selama ini sudah berbuat curang tentang penerimaan karyawan di perusahaan kita pinta Dania sambil menoleh ke arah Maya yang berdiri di sampingnya.Maksudnya pak Hendra direktur HRD kita BuIya kemarin dia sendiri yang bilang kalau Mas Restu ma
“Jaga ucapan kalian!” Terdengar suara menggelegar dari arah belakang Restu yang membuat semua orang yang sedang berseteru itu tertuju pada orang tersebut. Seorang pria dengan mata elangnya yang sangat tajam, menatap ke arah Restu.Lisa kaget saat dia melihat ada pria muda nan tampan yang menjadi incaran semua orang, kini ada di hadapannya. Tidak ingin membuang waktu lagi, Lisa langsung mendekati Alex, untuk mendapatkan dukungan.“Pak Alex,” ucap Lisa yang mengenali sosok Alex.“Selamat pagi, Pak Alex,” sapa Maya sambil menganggukkan kepalanya memberi hormat pada wakil CEO Media Grup itu.“Itu siapa?” bisik Restu di dekat telinga Lisa.“CEO Media Grup,” jawab Lisa tanpa menoleh ke arah Restu.“Kebetulan banget Pak Alex ada di sini. Saya mau mengadukan pegawai kurang ajar itu, Pak.” Lisa langsung memanfaatkan suasana.Alex tidak menjawab ucapan Lisa. Dia melirik tajam ke arah Dania yang sepertinya tadi sedang bermasalah dengan wanita asing yang tiba-tiba mendekat padanya itu.Dania
“Siapa mereka?” tanya Alex dengan suara pelan tanpa memindahkan tatapan tajamnya pada Dania.Dania menoleh ke arah Alex. Dia tahu siapa orang yang sedang Alex maksud kan, tapi Dania berpura-pura tidak tahu. Hal ini karena Alex memang belum tahu kalau Restu adalah mantan suaminya.Alex menangkap sebuah keragu-raguan dalam raut wajah Dania. Dia mengangkat kedua alisnya bersamaan lalu memiringkan sedikit kepalanya seolah memberi sinyal pada Dania kalau wanita itu harus segera menjawab pertanyaannya tadi.Mereka cuma orang yang aku kenal dulu jawab Dania yang kemudian segera mengalihkan pandangannya lagi dari sorot mata menakutkan milik Alex.Siapa?Dania menoleh ke arah Alex, maksudnya siapa?Mereka kelihatan kenal cukup baik sama kamu. Siapa mereka?Dania menarik nafas panjang dia tidak tahu kenapa Alex tiba-tiba tertarik untuk mengetahui tentang bagian masa lalunya.Selama ini dia dan Alex hampir tidak pernah bicara tentang pribadi mereka masing-masing. Meskipun Haris menyuruh merek
Dania terbelalak saat mendengar apa yang dikatakan oleh Alex. Dia tidak menyangka pria itu akan dengan sangat entengnya, mengeluarkan kalimat sakral yang diinginkan oleh semua wanita dari pria yang mereka cintai.Namun sayangnya, Alex bukan pria yang Dania suka, jadi tidak ada yang special saat kata-kata itu meluncur dari mulut Alex.“Nikah? Kamu mau ngajakin aku nikah? Aku gak salah denger?” tanya Dania yang masih menganggap apa yang dikatakan oleh Alex tadi adalah sebuah permainan saja.“Enggak. Kamu gak salah denger.”Dania yang masih tidak percaya dengan Alex, akhirnya menggeser posisi duduknya dan menatap ke arah Alex. Dia ingin tahu apa sebenarnya yang menjadi alasan Alex hingga tiba-tiba pria itu mengajaknya menikah.“Apa rencana kamu? Pasti ini bukan sesuatu yang tanpa alasan kan?” tebak Dania yang sampai menyipitkan matanya penuh selidik.Alex tersenyum tipis, “Pinter juga kamu. Kamu gak perlu khawatir, ini akan menguntungkan buat kita.”“Menguntungkan?”“Iya. Kamu bisa g
Dania sedang rapat internal bersama dengan Haris dan Alex sambil makan siang bersama. Mereka memilih di sebuah hotel milik mereka yang tidak terlalu jauh kantor Mediatama, tempat rapat seharusnya berlangsung.Mereka membicarakan banyak hal. Di ulang tahun Media Grup kali ini, Haris berencana ingin mengundurkan diri dari perusahaan karena dia ingin beristirahat. Usianya yang sudah tidak lagi muda, sudah tidak mampu lagi jika harus menjalankan perusahaan. Dia ingin menyerahkan pada Alex dan Dania saja, dia akan memantau saja.“Jadi fix ya. Tahun ini akan difokuskan di Mediatama. Sekalian kita perkenalkan Dania jadi presdir Mediatama yang baru,” ucap Haris sambil menatap dua anak muda yang duduk di hadapannya.“Alex setuju aja. Yang pasti acara besok harus sukses.”Alex menoleh ke arah Dania, “Kamu harus kerjakan yang bener!” tegas Alex yang masih meragukan kemampuan Dania.Dania balas membalas tatapan Alex, “Iya, tahu! Gak usah di perjelas juga aku dah tau kok,” jawab Dania dengan ke
Mata Lisa tiba-tiba membulat lebar, “Eh, tunggu dulu! Jangan-jangan .....”“Apa? Jangan-jangan kenapa?” Restu ikut penasaran.“Mas, jangan-jangan si Dania itu simpenannya Pak Alex.”“Simpenannya Pak Alex? Kok bisa? Kayaknya gak mungkin deh. Lagian selama ini kan Dania itu gak pernah pergi ke mana-mana. Mana mungkin dia busa kenal orang kayak Pak Alex.” Restu meragukan ucapan Lisa.“Ih kamu ini ya, Mas. Kamu tau gak sih, sekarang itu banyak ceritanya orang jual diri tapi gak tau siapa yang beli. Nah, kayaknya si Dania ini nekat jual diri ke Pak Alex buat biaya hidup dia. Lagian kan dia masih perawan, pasti harganya mahal itu.”“Dania jual diri? Masa sih?”“Kamu inget gak waktu pertama kali kita ketemu sama dia. Liat deh, penampilannya waktu itu masih jelek kan? Tapi besoknya dia udah cantik dengan baju mahal. Pasti dia udah dapet duit banyak dari Pak Alex.”Restu menganggukkan kepalanya, “Masuk akal sih. Trus, kenapa dia bisa jadi presdir? Kalo cuma dikasih uang sih, masuk akal
Jenuh, kesal, bosan, semua perasaan bercampur aduk menjadi satu di hati Dania. Dia yang tadinya bersemangat untuk datang ke pesta bersama dengan Alex, kini malah ingin segera pulang.Bagaimana tidak, dia malah ditinggal begitu saja oleh Alex yang malah sibuk menemani teman lamanya yang tidak Dania kenal. Sikap manis Alex yang sejak kemarin muncul berbalut menyebalkan itu seolah menjadi menyebalkan secara totalitas.Dania kini hanya duduk sendiri di temani oleh segelas wine. Suaminya yang duduk di sebelahnya justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membahas masa lalu tidak berguna dengan wanita yang tampaknya pernah sangat berarti di hidup Alex sebelumnya.Dania menoleh ke Alex dan menemukan punggung Alex. Ingin rasanya dia memukul keras punggung itu, agar pria yang kini sedang tertawa bersama dengan Sandra itu sadar kalau ada istrinya di balik punggung kokoh itu.“Lex,” bisik Dania di belakang punggung Alex.Alex berbalik dan melihat ke arah Dania, “Apa?” tanya Alex.“Ayo pulang
“Alex.”Terdengar suara sapaan seorang wanita yang membuat Dania dan Alex menoleh ke arah orang itu. Dua orang itu kemudian saling berpandangan saat sudah tahu siapa yang menyapa mereka.Tampak di hadapan mereka, ada seorang wanita muda yang sedang melempar senyum kepada mereka. Demi menjaga kesopanan, pasangan itu pun segera membalas senyum itu dengan ramah. Oh tidak, tentu saja yang senyum hanya Dania, karena Alex adalah orang yang pelit senyum.“Siapa?” tanya Dania sedikit berbisik.“Entah,” jawab Alex datar.Dania menoleh ke Alex, “Entah?” ucap Dania yang lebih kaget dengan jawaban suaminya.“Hai Lex, apa kabar? Waah ... kamu gak berubah ya. Tetep aja menarik perhatian,” sapa wanita itu saat wanita itu datang mendekat.“Siapa ya?” tanya Alex datar tanpa ekspresi.“Siapa? Lex, kamu lupa ama aku?”Alex menyipitkan matanya. Dia seolah sedang mencoba mengingat siapa wanita yang saat ini sedang berdiri di hadapannya dan sangat ingin dikenali oleh Alex. Namun sayangnya, Alex tidak
Dania berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di kamar hotelnya. Dia sedang melihat tubuhnya sendiri yang saat ini sedang dibalut sebuah gaun berwarna hitam.Gaun yang memamerkan pundaknya secara total dan juga memiliki belahan kaki yang cukup tinggi, membuat dia sedikit tidak nyaman. Entah apa yang dipikirkan oleh Alex, sampai menyuruh Dania memakai gaun yang membentuk dan mengekspose tubuhnya itu malam ini.Memang mereka akan pergi ke pesta salah satu relasi mereka, tapi sepertinya tidak perlu juga memakai gaun yang seterbuka itu. Dania semakin tidak percaya diri melihat dirinya sendiri dengan gaun berharga mahal itu.“Udah siap belum?” tanya Alex saat dia masuk ke dalam kamar.“Alex, kamu yakin aku harus pake baju ini?” tanya Dania sambil melihat Alex dari pantulan cermin di depannya.Alex berdiri di belakang Dania dan melihat penampilan wanita itu dari pantulan cermin. Ada sedikit senyum tipis mengembang di bibir Alex, saat dia melihat Dania tampak sangat sempurna saat meng
Agenda siang hari ini yang akan di lakukan oleh pasangan yang sedang berbulan madu itu adalah pergi berjalan-jalan sebelum mereka akan pergi ke undangan salah satu klien Haris.Dania memilih mengajak Alex untuk berjalan-jalan sambil makan siang. Dia berharap akan bertemu barang-barang lucu yang bisa dia beli nanti untuk dia bawa ke Jakarta.Sebenarnya Alex malas mengikuti keinginan Dania, tapi karena dia merasa sedikit bersalah karena sudah menikmati tubuh Dania tanpa sepengetahuan si pemilik tubuh, akhirnya Alex pun dengan sangat terpaksa mengikuti keinginan dari istrinya itu. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf meskipun hal itu dilakukan oleh Alex tanpa disadari oleh Dania.Dania pun senang karena sang suami seharian ini bersikap baik kepadanya pria yang biasanya lebih sering memarahi dia itu tampak lebih diam dan mengikuti saja keinginannya.“Kamu beneran nggak papa ikut aku jalan-jalan?” tanya Dania sekedar ingin memastikan.“Hem.” Alex hanya menjawab lewat deheman saja.“Seri
Ada bekas darah di seprei itu. Sepertinya Bu Dania masih perawan,” jawab pelayan itu sambil sedikit tersenyum dan menyenggol lengan temannya.Ivan tersenyum dan mengangguk, “Bagus! Tapi selama kalian di sana tadi, Pak Alex gak curiga kan?”“Gak Pak, aman semuanya. Tapi kenapa kayak ada yang aneh ya, Pak.” Pelayan itu sedikit mengadu tentang kejanggalan yang mereka rasakan.“Aneh? Apanya yang aneh?” Ivan penasaran.“Itu loh Pak, tadi di kamar itu kan ada Pak Alex sama Bu Dania. Tapi yang keliatan beda itu Pak Alex, Pak.“Beda gimana maksudnya?”“Pak Alex keliatan agak gelisah dan cenderung menyuruh kami cepet pergi. Padahal Bu Dania biasa aja. Bu Dania kayak gak paham dengan apa yang terjadi, Pak. Tapi sepertinya Pak Alex tahu apa yang terjadi,” jelas pelayan itu.“Maksud kamu Pak Alex sadar dengan kejadian semalam?”“Sepertinya begitu, Pak. Apa mungkin semalam Pak Alex gak ikut makan ya, Pak? Soalnya semalam yang keliatan mau makan cuma Bu Dania pas saya masih di sana.”“Oh g
“Lex, kamu ngapain?” tanya Dania yang tiba-tiba sangat mengagetkan Alex.“Eh ... emm aku ....”“Aku mau cari pulpen aku,” jawab Alex asal.“Pulpen? Emang ada pulpen di kasur?” tanya Dania penuh dengan rasa curiga.“Ada. Tapi sekarang gak tau ke mana.”Dania mendekati Alex. Dia melihat ke arah Alex dengan tatapan cukup serius.“Kamu gak lagi boong kan, Lex? Kamu keliatan gugup,” tanya Dania yang melihat mata Sean terus bergerak, sangat berbeda dari biasanya.“Boong apaan sih! Gak ada aku boong. Lagian pulpennya juga gak ada.”“Ya jelas aja kamu gak akan nemuin pulpennya. Orang kamu salah tempat nyarinya kok.”Alex menoleh ke arah Dania, “Maksud kamu apa?” tanya Alex sedikit waspada, takut kalau Dania menyadari kebohongannya.“Kamu semalam tidurnya di sebelah sana. Ngapain juga kamu cari di sebelah sini, ya gak akan ketemu lah. Kecuali ....” Dania menggantung ucapannya.“Kecuali apa?”“Kecuali semalam kamu tidur mepet ke aku.” Tatapan Dania makin menelisik kejujuran di mata Al
“Aakh.”Dania menggeliat, sedikit mengendurkan tubuhnya dari tidur malamnya yang panjang. Dia menarik tubuhnya ke atas dan ke bawah, agar dia bisa meluruskan semua tulangnya yang terasa bengkok setelah tidur.Dania mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya. Dia menarik selimut tebal yang menutup tubuhnya, agar bisa semakin melindungi tubuhnya dari dinginnya pendingin ruangan.“Capek banget ya badanku. Mana laper lagi. Mau pesen makan ah,” gumam Dania yang merasa tubuhnya sangat lelah di tambah lapar.Dania bangun dari tidurnya. Dia terlonjak kaget, saat dia melihat ada Alex duduk sambil melipat kakinya di sofa yang ada di depannya. Tangan pria tampan itu memegang iPad, yang menjadi sasaran tatapan tajamnya.“Alex, kok kamu ....” Dania batal melanjutkan ucapannya.“Oh iya ya. Kita di Bandung.”“Eh bentar dulu. Lex, tadi malam kamu tidur di mana?” tanya Dania sambil sedikit memiringkan wajahnya.“Di kasur lah,” jawab Alex tanpa memindahkan arah pandangannya.
“Cuma apa, hah?!” ucap Alex penuh penekanan sambil berdiri sambil menatap tajam ke arah Dania.Brak!Tiba-tiba Alex menggebrak dinding di belakang tempat Dania berdiri. Tentu saja suara itu membuat Dania berjingkat. Alex mengunci pergerakan Dania seolah dia ingin membalas dendam atas apa yang tadi di lakukan oleh istrinya itu. Alex tidak terima atas tindakan kekerasan Dania yang tanpa aba-aba itu.Dania yang kaget dengan serangan tiba-tiba Alex pun kini kembali panik. Dia tidak tahu apa lagi yang akan dia lakukan untuk menghindari Alex kali ini.Tatapan dua orang itu bertemu. Tatapan Alex yang tajam dan mendominasi, membuat Dania sedikit gemetaran. Dia seperti kambing yang kini sedang menghadapi singa lapar yang siap memangsanya.Ting tong ting tong.“Eh, ada tamu,” ucap Dania mengambil kesempatan untuk kabur lewat bawah lengan Alex yang menempel di dinding.“Dania! Dania!” panggil Alex geram.“Ada tamu,” ucap Dania tanpa menoleh dan berjalan cepat ke arah pintu kamar.“Brengsek!
Ceklek.Suara pintu kamar mandi di buka. Mata Alex langsung bergerak ke arah sumber suara secara otomatis.“Mana dia?” gumam Alex pelan.Entah mengapa kondisi jantung Alex saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jantungnya berdegup sangat kencang, sampai dadanya terasa sedikit nyeri.Padahal selama ini dia hampir tidak pernah mengalami keadaan seperti ini. Bahkan saat dia harus menghadapi klien sangat penting dan berharga mahal pun, Alex tidak pernah segugup ini.Perlahan namun pasti, kaki yang tidak terlalu jenjang itu mulai tertangkap di lensa mata Alex. Warna putih yang bagaikan hamparan pasir putih pantai yang terhampar luas diterpa sinar matahari, membuat kulit sehat itu tampak semakin bersinar di mata Alex.Dengan bodohnya pria tampan yang selalu garang itu malah mengukir senyum tipis di bibirnya. Kebodohannya malah di tambah lagi dengan bergeraknya kepalanya, karena ingin melihat Dania secara keseluruhan dengan senyum bodoh yang masih mengembang itu.“Apa liat-liat!” benta