Sonia mengangguk cepat sambil memamerkan hasil USG. Ekspresinya sama seperti yang ditunjukkannya pada Rio tadi. Donny langsung mengubah mimik wajahnya dengan cepat.“Wah! Selamat ya, Sayang. Papa senang sekali mendengarnya. Akhirnya papa punya cucu. Mulai sekarang kamu harus ekstra hati-hati ya! Itu cucu pertama papa. Kamu paham kan, Sayang?” “Tentu saja, Pa!” jawabnya tersenyum lebar lalu beralih memandang suaminya yang hanya diam saja dari tadi. Sejak kejadian di proyek kemarin Rio lebih banyak diam ketika berhadapan dengan papa mertuanya itu. Tidak mau banyak bicara kecuali dalam hal pekerjaan. Namun hari ini ketika Sonia datang membawa kabar kalau hamil, dia jadi semakin yakin dan lebih percaya diri untuk kembali membujuk papa mertuanya itu. Apalagi? Tentu saja supaya secepatnya Donny memberikan posisi Presdir dan memimpin perusahaan ini. Sejak awal mendekati Sonia itu adalah tujuan utamanya. Dengan susah payah Rio menelan ludahnya dan mengumpulkan keberanian untuk bicara.
Tangan Carlo mengepal dengan erat.Pria itu memperhatikan lagi sekeliling.Para pekerja yang sudah datang masih menunggu instruksi dari manajer lapangan. Pria itu melirik atasannya itu dengan wajah khawatir yang sangat kentara.Carlo memberi tanda dengan tangannya untuk menunggu.“Pak, bagaimana sekarang?” tanya asistennya panik.“Periksa semua sampai menyeluruh! Selidiki setiap sudut dan melaporkan hal ini ke polisi. Lalu bawa semua orang yang terluka ke rumah sakit!” perintahnya dengan tegas.“Ba-baik, Pak!”Carlo memijat pelipisnya lalu dia teringat pada Nora dan juga Kayla.“Sial! Aku bisa mati!” geramnya sambil menyugar rambutnya dengan kasar.Bahkan selama menjadi anggota Black Snake dia baru dua kali bertemu Kayla dan beberapa tahun ini sudah jarang bertemu Kevin. Bisa-bisa hari ini adalah akhir dari riwayatnya.Pria itu merogoh saku celananya mengambil ponsel dan langsung menghubungi seseorang.“Halo? Apa kalian datang hari ini?” tanya pria itu tidak sabaran setelah panggilan
Marco tidak tahu maksud pria itu dan membiarkannya melakukan apapun karena saat ini tatapan Carlo sangat tajam seperti ingin membunuh.Tanpa bicara apapun lagi, Carlo meninggalkan mereka berdua, berbalik pergi menuju parkiran.“Pa-pak!” Asistennya memanggil dengan wajah panik.“Cepat sedikit!” ucapnya tanpa menoleh.Setelah meminta asistennya untuk memacu mobil dengan kecepatan tinggi. Akhirnya mereka tiba juga di depan perusahaan orang yang sudah lama menjadi saingannya.Ya, Carlo yakin dalang di balik semua ini tak lain adalah Donny!Pria itu bergegas masuk dan langsung menuju lift. Dia tahu pasti di mana ruangan Donny, tidak sulit karena berkat informasi dari salah satu anggota Black Snake yang bekerja di sini.Pria paruh baya itu terkejut saat mendengar gedoran pintu yang berulang dan suara teriakan yang keras.“Donny! Keluar kau!”Braakkkk!!!Tanpa ada aba-aba pintu ruangannya terbuka membuat suara gaduh.“Di sini rupanya kau bersembunyi. Dasar pengecut!”Donny pun bangkit dari d
Sebelumnya di ruangan Rio …,Braakkkk!!!Pintu tiba-tiba terbuka dengan kasar sampai pria itu terlonjak kaget.“Pa-papa! Ada apa ini?” ucapnya gugup sekaligus heran.Wajah Donny terlihat masam dan langsung menuju ke meja Rio dan tanpa aba-aba langsung melayangkan tangannya.Plaakkk!!!Rio sampai menoleh ke kanan dan memegangi pipinya.“A-apa yang Papa … kenapa tiba-tiba menamparku?!” ujarnya dengan wajah heran dan kesal yang bercampur jadi satu.Donny tersenyum miring dan menatapnya sinis. “Masih berlagak bodoh, hah? Apa yang kamu lakukan di proyek area timur? Jawab!!!” teriaknya benar-benar murka.Rio membulatkan matanya.‘Dari mana dia tahu?’“Ma-maksudnya apa ya, Pa?” “Tidak usah pura-pura lagi, Rio! Aku tahu kamu pelakunya. Kalau tidak untuk apa Carlo datang kemari!”Rio tidak bisa lagi untuk menghindar. Dia yakin papa mertuanya sudah mendapatkan kabar soal keadaan proyek itu.“Iya, Pa. Aku yang menyewa orang untuk menghancurkan pekerjaan mereka,” jelasnya dengan wajah tertunduk.
(Ada adegan kekerasan, maaf sedikit tidak nyaman)!!!Rio tertawa sumbang. “Kamu pikir aku mau? Tidak akan pernah, Kayla!”Nora sudah gatal mau bicara tapi Kayla meminta mereka semua diam saja dan memperhatikan karena wanita itu ingin bertindak sesukanya. Mau tidak mau dia harus menuruti keinginan sang nona muda.“Begitu ya?” Kayla mengetuk dagu dengan jari telunjuk.Dia pun memberi perintah pada anak buahnya. “Buat dia berlutut!”“Baik, Nona!”Dua orang langsung maju dan memegangi kedua tangan Rio. Memaksa tubuhnya untuk menyentuh lantai.Donny ingin mendekat tapi dua orang lain dengan sigap menghadangnya.“Apa-apaan ini?! Lepaskan aku!” Pria itu berusaha memberontak tapi tenaganya tak cukup untuk melawan.Dia sudah berlutut dan tidak bisa bergerak karena mereka menahan tubuhnya dengan sangat kuat.Kayla mendekat dan mengelus pipi kanan mantan suaminya.“Cup cup cup! Jangan tegang begitu, Sayang. Nikmati saja apa yang akan aku berikan,” ucapnya penuh arti.Lalu tanpa diduga–Plaakkkk!
Rio tidak menyangka kalau Kayla sudah tahu tentang kehamilan istrinya. Dia menelan ludahnya kasar.‘Apa Sonia yang memberitahunya?’ Tapi itu tidak penting lagi apakah Kayla mendengar dari mulut Sonia atau dari orang lain.Dia pun bergidik ngeri membayangkan kalau istrinya itu diperlakukan sama sepertinya. Apalagi saat ini status Kayla lebih segalanya dibanding dulu. Sekarang wanita itu bisa melakukan apapun sesukanya. Dia meyakinkan diri bahwa Kayla tidak mungkin menyakiti bayi tidak berdosa. Pria itu menggelengkan kepalanya cepat untuk mengusir bayangan buruk yang bersarang di kepalanya. “Ti-tidak! Jangan sakiti, Sonia. Jangan ganggu dia, Kayla! A-aku mohon,” ucapnya dengan susah payah.Kayla merasa hatinya sakit tatkala mendengar Rio rela memohon padanya untuk melindungi istrinya. Dulu dia selalu acuh padanya kalau terjadi sesuatu atau sedang terluka. Ternyata meninggalkan pria itu adalah keputusan tepat.Rio memang tidak pernah peduli padanya. Mungkin juga takut kehilangan calon
Kayla berusaha bersikap setenang mungkin meskipun wajahnya tidak bisa menutupi rasa sedihnya karena ucapan mereka barusan.Sonia merasa menang karena Kayla diam saja. Menurutnya tidak ada respon berarti berhasil memojokkan wanita itu.“Begitu ya, Ma?” tanya Sonia dengan wajah bersalah.Sinta mengangguk setuju. “Iya dong, Sayang. Untuk apa menikah kalau tidak ada keturunan. Aku yakin siapapun mertuanya pasti akan kecewa,” cibirnya dengan tatapan mengejek pada Kayla.Sekali lagi Sonia berada di atas awan. Dia pura-pura bersimpati pada Kayla.“Maaf ya, Kayla. Kami hanya bicara fakta. Jadi jangan dimasukkan ke hati,” ucapnya dengan senyuman manis yang terpaksa.Kayla diam lalu tersenyum tipis.“Apa kalian tidak ada hal lain selain membahas tentangku yang tidak bisa hamil? Tukang gosip memang beda ya?”Sonia dan Sinta saling pandang. Mereka langsung ciut mendengar suara Kayla yang begitu tenang tapi menusuk.Tapi bukan Sonia namanya kalau menyerah begitu saja.“Tapi itu kenyataan ‘kan? Per
Sebelum itu …, Kayla menekan nomor telepon khusus dan tersambung ke rumahnya. [“Halo, Nona Kayla! Ada yang bisa saya bantu?” jawab seseorang di seberang sana.] Dia tersenyum karena tanpa perlu bicara, orangnya sudah tahu kalau itu nomor teleponnya. “Oke, aku minta bantuanmu untuk mencari nomor kamar atas nama Leon Adinata atau Gio di apartemen Paradise Hills. Secepatnya!” pintanya cepat. [“Tentu, Nona. Ada lagi?”] “Itu saja. Aku tunggu!” Kayla menghela napas panjang. Dia pun bergegas menuju kamar mandi. Setelah bersiap dia akan langsung mendatangi pria yang sedang menghindarinya itu. Kembali ke waktu sekarang, Setahunya dia tidak memesan makanan dan juga tidak punya teman di sini. Jadi, daripada menduga terus lebih baik mengecek langsung. Gio tentu terkejut saat melihat siapa yang mengetuk pintu apartemen. Pemuda itu bahkan tidak berkedip melihat sosok yang ada di hadapannya. Wanita cantik itu memakai long coat coklat berdiri di depan kamar mereka dengan kedua tang
“Apa?!”Baik Leon dan Gio sama-sama kaget mendengar pengakuan Hendra.Sontak saja Leon langsung melayangkan tinju ke wajahnya. Meskipun sakit namun pria itu tetap berusaha berdiri tegak.“Kau pembohong!” teriak Leon masih belum terima.Matanya kembali memerah karena terbakar emosi.Hendra pun tidak bisa lagi menutupi lalu mulai menjelaskan semuanya.“Keluargaku adalah salah satu korban saat Tuan Surya mengamuk menembaki orang-orang dengan membabi buta. Dia menjadikan orang tuaku sandra dadakan. Setelah Tuan Kevin melihatku menangis di dekat mayat mereka, dia tidak tega dan merasa bersalah. Lalu menolongku dan berjanji akan menjamin hidupku,” jelasnya dengan panjang lebar.Gio pun teringat kalau riwayat hidupnya adalah lahir di kota ini. “Orang tuamu di sini ‘kan? Jadi siapa mereka? Kau juga besar di kota ini. Jangan bohong!” Hendra mengangguk. “Itu benar. Saat Tuan Kevin tahu kalau papamu pergi ke Kota Sahara,
“Apa Bos mau menemui mereka?” tanya Marco penasaran.Mengingat mereka tidak bisa menemukan Leon di rumah, berarti masih ada di villanya.“Biarkan saja. Itu bukan lagi urusanku!” jawabnya biasa saja.“Ah, baiklah. Aku mengerti, Bos!”Mereka semua pergi, tapi masih ada dua mobil lagi yang menunggu di sana. Sementara itu Leon benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Bayangan selama bersama Surya semasa hidup terlintas begitu cepat di kepalanya. Juga soal Kayla yang pergi dengan marah. Semua itu membuatnya pusing.“Tuan, ayo kita pulang! Mereka pasti memerlukan kita di sana,” ajaknya setelah lama terdiam.Leon menggelengkan kepalanya. “Tidak, Gio. Mereka semua pasti belum pergi dari rumah. Semua orang sedang mencariku sekarang, aku belum bisa muncul dalam keadaan begini,” ucapnya yakin.Gio pun paham maksud dari tuannya itu. Anak buah Kevin pasti belum pergi dari sana. Dia jadi ikut bingung.“Tapi, Tuan. Kita ha-”“Aku tidak mau mati konyol, Gio! Ini adalah perang Papa bukan aku!“ sangg
Kevin langsung menatap tajam ke arah Surya yang terbaring di lantai sedang sekarat.Samar-samar Surya melihat Kevin Yuditama yang tidak banyak berubah sejak terakhir kali mereka bertemu.“Ka-kau! Aarghhh ….” Surya tidak sanggup lagi berkata-kata.Kevin sudah berdiri tegak di depan Surya membuatnya semakin terlihat menjulang.Kevin menatapnya dengan tajam. “Kalau kau minta maaf, mungkin aku bisa memikirkan lagi tentang keselamatan semua orang di sini,” ucapnya dengan suara berat yang khas.Surya mendengus. “A-aku tidak mau! Aku tidak sudi meminta maafmu!” jawabnya terbata namun tetap ketus.Damar yang mendengar itu merasa geram dan emosinya terpancing lagi.“Aku jadi ingin menyiksamu lagi, dasar keparat!” ujarnya kesal.Pria itu langsung mencabut pisau yang ada di perut Surya dengan cepat tanpa peduli sura teriakannya yang memilukan. Dia langsung mencari keberadaan tato ular di tubuh mantan temannya itu. Ternyata sudah hilang dan hanya menyisakan bekas seperti luka bakar saja.“Oh, jad
“Terima kasih, Tuan Besar. Ini semua berkat jasamu,” jawabnya pelan.Kevin meminta anak buahnya untuk membantu Hendra berdiri.“Pergilah keluar. Istirahatlah di sana!”“Baik, Tuan!”Hendra mengangguk patuh lalu dua orang anak buah Kevin mendekat dan membantu memapah tubuhnya. Dia tidak akan bertanya apapun lagi karena saat ini bukan lagi perangnya atau orang tuanya. Tugas dan niatnya sudah selesai di sini. Ada kelegaan setelah pria itu meninggalkan halaman rumah itu.Di rumah Yuditama ….Nora mengetuk pintu, tapi tidak juga dibuka.“Ini soal Leon, Nona! Cepatlah!”Tak lama pintu terbuka dan tampaklah Kayla yang sangat penasaran.“Apa maksudmu, Nora?!” tanya Kayla sambil mengguncang pundak wanita itu.Nora mengangguk cepat. “Aku tadi tidak sengaja Mende Niko bicara soal Kota Sahara dengan Tuan Besar di telepon. Awalnya dia bungkam, tapi aku paksa! Dia bilang kalau Tuan dan Ayah pergi untuk menyerang markas Leon!” jelasnya panjang lebar dengan napas ngos-ngosan.Mulut Kayla melongo mend
Para penjaga yang ada di depan pintu gerbang terlihat panik saat melihat mobil monster besar yang sedang melaju kencang ke arah rumah. Bahkan lima sekaligus, belum lagi beberapa mobil hitam yang ada di belakangnya. Bummm!!! Bunyi pintu besi yang ditabrak berulang kali menimbulkan bunyi bising yang memekakkan telinga. “Kita diserang! Cepat beritahu Tuan!” teriak salah satu di antara mereka. Pintu itu runtuh hanya dalam hitungan menit, anggota Black Snake yang berseragam lengkap dan terlatih mulai turun dari mobil dan menyerbu masuk. Lalu beberapa granat dilempar ke dalam dekat pos jaga dan juga halaman rumah. Lagi, suara dentuman ledakan dahsyat terdengar. Dalam sekejap semua terlihat berantakan. Anak buah yang sedang berjaga di sekitar langsung panik. “Berlindung!” teriaknya sambil berlari dengan wajah pucat pasi karena panik. Tak sempat, beberapa di antara mereka terluka berat karena ledakan. Suara tembakan beruntun membuat orang-orang yang tak siap kini tewas seketika. Sepa
Pria itu hanya bisa menundukkan kepala karena tahu semua ini salahnya. “Maaf, Bos. Aku tidak bisa mendekat lagi ke rumah itu. Sekelilingnya dijaga dengan ketat oleh anak buah mereka!” jawabnya berani setelah lama terdiam. Damar sudah bisa menduga kalau dia akan memberikan jawaban itu. Memang tidak mungkin bisa mendekati tempat Surya dengan mudah. Pria paruh baya itu menarik napas dalam lalu menatapnya lekat. “Jadi, apa ada hal yang bisa membuat amarahku hilang, Marco? Apa yang bisa menebusnya? Jangan katakan kalau kau pulang dengan sia-sia!” Ya, Marco ikut bergegas pulang setelah melihat Kayla di Villa Leon lalu pergi naik taksi menuju bandara. Meskipun tidak tahu apa yang terjadi, tapi setelah melihat Nora yang terluka perasaannya bercampur aduk saat itu. Hal yang ditakutkan terjadi, Damar marah karena dia gagal menjaga putrinya. “Aku sudah mencatat beberapa hal yang penting tentang kelompok mereka, Bos. Itu akan berguna kalau Tuan Besar memintanya nanti,” jelasnya dengan yaki
Surya pun diam tidak ingin meladeni putranya lagi. Dengan cepat dia berbalik pergi dan masuk kembali ke mobil.“Argghhhh! Sialan!” Leon berteriak lagi untuk melepaskan kekesalannya.Namun papanya tidak dapat mendengar lagi karena mobilnya sudah menjauh.“Ayo kita masuk, Tuan. Kita akan pikirkan jalan keluarnya nanti,” ajak Gio sambil menepuk pundak lelaki itu.Napas Leon masih naik turun lalu mengangguk lemah. Dia pun berjalan gontai mengikuti asistennya itu untuk kembali ke dalam villa. Entah apa yang harus mereka lakukan sekarang?Sementara itu di mobil, Surya sedang menatap keluar melalui jendela kaca. Karena ucapan putranya tadi, pikirannya kembali mengingat masa lalu saat masih begitu muda dan ambisius.Dulu, dia memang tangan kanan Kevin dan salah satu sahabat baiknya selain Damar. Namun karena perbedaan pendapat dan tujuan yang selalu bergejolak di antara mereka akhirnya mengambil keputusan yang membuat kelompok itu terpecah. Leon dan istrinya segera dikirim ke Kota Sahara. Se
Setelah sampai di villa milik Leon. Mereka semua langsung diobati oleh dokter yang dipanggil Gio. Awalnya Kayla menolak dan langsung ke bandara, tapi melihat kondisi Nora itu tidak mungkin.“Tenanglah, tempat ini aman. Mereka semua setia padaku!” jelas Leon saat melihat kekhawatiran di wajah kekasihnya.“Keluar!”Hanya itu yang terucap di bibir Kayla. Kedua lelaki itu menurut dan pergi dari kamar.Setelah itu Kayla langsung membereskan barang-barang mereka dan memesan tiket pesawat untuk kembali ke Kota Green Leaf. Ia pun terduduk di pinggir ranjang menutupi wajahnya dengan kedua tangan lalu menangis dengan keras.“Nona?”Suara Nora membuat Kayla tersadar dari lamunannya. “Ah, sudah bangun? Apa merasa lebih baik?” tanya Kayla sambil duduk di pinggir ranjang.Nora mengangguk lemah. “Maaf, Nona. Aku gagal melindungimu. Aku…,” lirihnya tak sanggup lagi.“Sudahlah, Nora. Ini di luar kendali kita. Ayo, bersiap! Kita pulang sekarang. Aku sudah memesan tiket.”Nora menghela napas berat. Pas
Gio berbalik dengan perlahan sambil mengangkat kedua tangannya. Ia langsung terkejut melihat pria yang sedang menatapnya dengan tajam dan tersenyum sinis.“Hendra? Apa ini semua ulahmu?!” tanya Gio langsung dengan ketus.“Tidak usah kaku begitu, Gio. Bukankah mereka musuh kita? Jadi, untuk apa kau buru-buru ke sini?”Gio mengeraskan rahangnya menahan semua gejolak emosi yang mulai tersulut.“Kau seharusnya lebih bisa berpikir jernih, Hendra! Tidak semua perintah Tuan harus kau turuti! Wanita itu tidak bersalah!” Benar, pria itu adalah asisten pribadi Surya. Dia sudah menunggu di sana karena tahu kalau Gio pasti akan datang untuk menyelamatkan Nora.Hendra mendengus mendengar itu. “Lalu bagaimana denganmu? Kau juga setia dengan Tuan Muda ‘kan? Begitu juga denganku!” sanggahnya tak mau kalah.Gio mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Berpikir cepat untuk segera lari dari sini lalu menyelamatkan Nora.“Aku tidak ada waktu untuk bertikam lidah denganmu! Jangan halangi aku!” teriaknya