Semalam mereka memang kurang tidur karena kegiatan tidak terduga mereka, dan dilanjutkan oleh kesalahan Noel lagi tadi, wanita itu pasti sangat kelelahan. Tanpa Noel sadari dia sudah berjalan dan mendekati Bianca. Buku Arabella tadi terjatuh di lantai karena pembacanya sudah tertidur cantik. Dia mengembalikan buku itu dalam rak dan menatap istrinya. Posisi tidurnya sangat aneh, nanti pasti dia akan pegal jika dibiarkan begitu, karena itu Noel berinisiatif untuk menggendongnya dan membawanya ke tempat tidur. Namun saat Noel meletakkan Bianca di atas tempat tidur, Bianca malah memeluknya dengan erat. Awalnya Dia pikir wanita itu hendak merayunya. Noel dengan cepat menarik tangan wanita itu dari kerah bajunya. Hanya untuk menyadari kalau wanita itu masih tertidur dengan pulas, namun sedang mengalami mimpi buruknya lagi.Wanita itu begitu jahat padanya, sampai dalam mimpi pun, Bianca masih bisa merasakan tamparannya. Di saat Bianca sudah menghabiskan begitu banyak waktu untuk membua
Pria itu dapat melihat kalau istrinya ragu-ragu.“Apa yang kamu lakukan sih? Mau masuk atau tidak?” hardik Noel kesal. Bianca tersentak dan melangkah masuk ke dalam. Dia menatap keluar dengan penuh kerinduan.“Sudah mulai sore, sebaiknya kamu tidak berkeliaran keluar lagi, nanti jatuh lagi ke lobang komodo,” dengus Noel lalu berjalan kembali ke kamarnya. Dia agak kesal pada dirinya, sejak kapan dia tidur siang, hanya karena bersama wanita ini, dia malah jadi ketiduran tadi, padahal pekerjaannya masih banyak.“Aku mau jalan-jalan,” cicit Bianca seperti anak kecil meminta permen. Suaminya menoleh dengan kesal, baru saja dia bilang sudah mulai sore, nanti bisa masuk ke lobang komodo lagi, bisa-bisanya dia malah mau jalan keluar.“Tidak boleh,” tegas Noel kesal. “Aku mau,” rengek Bianca tiba-tiba ingin bermanja-manja dengan suaminya. Noel mengamati istrinya dan melihat apakah wanita itu masih belum sadar sesungguhnya atau dia memang benar-benar berlaku manja dengan dirinya? Wanita i
Dengan cepat Noel berlari melewati kolam renang dan keluar dari gerbang terluar kastil kecilnya itu. Dia melihat ke kanan dan ke kirinya mencoba mencari istrinya. “Bianca, kamu kemana?” tanyanya dalam hati dengan kerisauan yang tak pernah ada dalam hatinya. Angin mulai bertiup lebih kencang, dan matahari mulai kemerahan turun di ujung laut. Noel mencoba peruntungannya dan menuju ke kiri kastil dan menyusuri pinggir pantai. Langkahnya terasa berat, karena tiba-tiba ada ketakutan yang muncul dalam hatinya yang Noel tidak tahu asalnya dari mana. “Bianca!” teriaknya mencari sosok istrinya sampai akhirnya dia seperti melihat sosok bidadari yang sedang bermain air di pinggir pantai. Wanita itu tersenyum sambil menendang-nendang ombak kecil di kakinya. Hatinya bergetar melihat pemandangan indah di hadapannya. Wanita itu begitu cantik, dia begitu polos dan seperti anak kecil yang bisa tertawa gembira karena bermain dengan ombak.Dia mendekat dan emosi di dalam hatinya meluap-luap antar
Emily mencari Andi yang kini bebas tanpa ada nenek sihir yang harus dia layani 24 jam. Setelah memastikan pengantin baru itu berbaikan dan menuju kamar mereka, Emily mencari pria tampan miliknya di seluruh ruangan kastil kecil itu. Betapa senang hatinya ketika ternyata pria itu tidak ikut, dia malah berdiri memandangi foto-foto yang ada di dinding kastil. Dengan cepat, Emily memeluk pria itu dari belakang. “Oh Andi hari ini Noel dan Bianca merepotkan sekali, belum juga si Karen itu, tadinya mau perpanjang inapnya, tapi begitu dapat kabar suaminya mau mengadakan pameran dia segera riang gembira seperti kutu loncat dan kabur dari pulau ini. Sekarang aku bebas, ayo kita bermain di gubukku, aku punya lingerie baru lho,” ucap Emily dengan suara yang semakin mendesah pada akhir kalimat. Tapi sesaat dia baru menyadarinya, aroma tubuh pria ini berbeda, apakah Andi mengganti sabun dan parfumnya?Emily segera memekik kaget saat pria jangkung itu berbalik dan menatapnya dengan senyuman menggo
“Apanya yang keluar?”Tiba-tiba Bianca mendengar suara pria yang dia cintai itu dari seberang tempat tidur. Ternyata pria itu tidak meninggalkan dirinya sendiri, dia bekerja di mejanya, dan kini memandangnya dengan tatapan yang aneh.“Um … itu, cairan dari kamu, harusnya tak keluar. Aku harus hamil, kalau keluar bagaimana aku bisa hamil?” erang wanita berambut kecoklatan itu sambil memandang inti dirinya tanpa malu. Wajah Noel terasa panas mendengar kata-kata Bianca yang vulgar, apalagi menatap apa yang istrinya lakukan sekarang. Wanita itu mengangkat kakinya agar dirinya dapat melihat inti dirinya sendiri. Tanpa Noel kehendaki, adik kecil miliknya segera bereaksi.“Bianca, hentikan itu, dan bersihkan dirimu,” hardik Noel kasar, walau dia tak ada maksud untuk berkata kasar. Bianca tersentak dan segera menurunkan kakinya. Dengan kikuk, dia berjalan dengan tubuh polosnya ke kamar mandi, matanya melirik pria yang sudah menjadi suaminya itu. Wajah pria itu terlihat marah, hatinya langsu
Karena suaminya sendiri hanya diam saja jadi Bianca hanya mengikuti mereka ke ruang makan. Makan malam sudah tersedia dengan apik, lagi-lagi dengan tatanan menu yang aneh. Bianca awalnya mau duduk di posisi awal saat sebelum mama Karen datang, tapi ketika dia mau mengarah kesana, suaminya segera menarik tangannya dan mendudukkannya di samping pria itu persis.Bianca menatap wajah tegang suaminya lalu duduk di sebelahnya segera. Noah tertawa sambil menepuk tangannya begitu melihat menu yang disajikan. “Waaah, sepertinya ibu tiriku benar-benar tak mau buang-buang waktu ya, makanan yang sangat terjamin untuk membuat anak!” Pria itu duduk segera di seberang Noel. “Tiram … alpukat, ini … gingseng? Astaga kakakku, bagaimana bisa kamu nggak berhasrat melihat kecantikan Bianca?” tanya Noah dengan nada mengejek. Wajah Bianca memanas karena malu. “Pria itu nggak tahu aja, betapa panasnya percintaan kami tadi,” dengus wanita itu dalam hati.“Aku sangat iri padamu, andai aku punya istri sepe
Melihat cara pandang Noah terhadap Bianca membangunkan sebuah perasaan baru di hati Noel. Dia tak suka dan dia tak mau istrinya dipandangi seperti itu oleh orang lain. Terutama dengan orang yang mengaku-ngaku sebagai adiknya. Dia hanyalah adik siluman, Noel tak pernah punya adik, walau dia mengaku-ngaku, Noel tak bisa segera menerimanya. Semua harus diperiksa ulang dan pastinya tak boleh di hadapan Bianca. Tadi pikirannya hanya tertuju untuk menjauhkan Bianca dari Noah, tapi kini ketika mereka berdua berada sendirian dalam kamar, Noel merasa kikuk sendiri. “Umm … aku ke kamar mandi dulu, mau ganti baju,” ucap wanita itu sambil memandang Noel. “Ya udah pergi saja, kenapa harus laporan?” ujar Noel dalam hatinya sambil menatap istrinya dengan heran. Namun wanita itu malah diam saja sambil memandang Noel. “Ya udah, ganti aja sana,” ucap Noel sambil mengerutkan keningnya. “Ini …” desah Bianca sambil menurunkan pandangannya kepada tangan Noel yang masih memegangnya. Pria itu denga
Jantung Noel seakan terhenti begitu melihat wanita itu lewat di hadapannya. Gaun tidurnya sama sekali tak bisa dibilang gaun tidur. Yang wanita itu kenakan bisa lebih dikatakan kain bolong-bolong yang diikat-ikat jadi satu untuk menutupi yang seharusnya terbuka. Sedangkan yang seharusnya tertutup malah dapat Noel lihat dengan jelas.Pria itu segera mengalihkan pandangannya dan kembali memfokuskan mata dan pikirannya pada buku yang ada di hadapannya. Tapi jemarinya tak mau bergerak, tak ada kata- kata yang dapat Noel tulis, pikirannya terasa kosong dan hanya berisi betapa seksi dan cantiknya Bianca. Wanita itu bukannya segera masuk ke dalam selimut malah berdiri di tengah kamar. Pria itu menolak untuk menoleh tapi entah bagaimana, dari sudut matanya pria itu bisa memperhatikan keindahan lekuk tubuh Bianca.“Sial! Sial! Sial!” maki Noel dalam hati membanting bolpoin yang dia pegang. “Bian! Kenapa kamu nggak ke tempat tidur? Ngapain kamu berdiri-berdiri di situ? Ganggu aja!” bentak Noe
Kevin benar- benar habis akal. Bagaimana bisa tiba- tiba keluarga Kelly mengetahui kalau keluarganya sedang diambang kebangkrutan. Semalam ayah Kelly memanggilnya dan bertanya banyak tentang bisnis fiktifnya. Walau gaya dari ayah Kelly itu seperti menelan bulat- bulat bualannya, tapi entah kenapa Kevin merasa tak yakin. Pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.Lagi pula ada satu pria lagi yang harus dia pikirkan sekarang. Luuk Jaager. Entah kenapa pria itu kini terus mengawasinya juga. Hutang yang tadi dia pikir tak seberapa untuk Luuk, kini terasa sangat besar. Luuk meminta uangnya kembali sedangkan Kevin tak memiliki apapun sekarang kecuali nama keluarganya.“SIALAN!” maki Kevin sambil mau membanting handphonenya ke lantai, tapi tak jadi karena kalau sampai handphone itu rusak, Kevin tak memiliki uang untuk membeli handphone lagi. Akhirnya pria itu hanya bisa membanting tubuhnya ke sofa sambil kembali memaki.Pria itu meraih handphone dan melihat nama Bianca lalu menekannya. Seper
Pagi itu mereka bergulat dengan penuh gairah, seakan menumpahkan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan dalam satu hari. Noel hanya beristirahat sebentar sambil mengelus tubuh istrinya dengan mesra, mengagumi setiap sentinya dengan penuh perhatian. Jantung Bianca berdebar dengan kencang. Sejujurnya semua ini rasanya seperti mimpi saja. Dia terbangun dan ada Noel pun rasanya sudah seperti imajinasinya menjadi kenyataan. Tapi, kali ini pria itu bahkan memandangnya dengan penuh pemujaan sehingga hati Bianca seakan mau meledak rasanya. Saat pria itu bangkit, Bianca mengira kalau Noel akan pergi seperti biasa, tapi siapa sangka pria itu kembali mencumbu dan menyatu lagi dengannya sampai tiga kali di pagi itu.“Maaf, kamu pasti lelah ya,” erang pria itu dengan terengah-engah saat mencapai puncaknya lagi di atas tubuh istrinya. Wajah Bianca yang putih seperti keramik kini memerah setelah percintaan terakhir mereka. Dengan perlahan wanita itu tersenyum manja lalu menggeleng. “Nggak,”
Kenyang dan juga tidak tidur semalaman, Bianca sebenarnya sangat lelah. Sehingga saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya, wanita itu seakan pesawat yang sudah tinggal landas. Apalagi saat Noel mulai mengusap rambutnya dengan lembut, bibirnya merayap di sekujur wajah dan lehernya. Hangat, nyaman dan kenyang, Bianca menutup mata dengan nyaman. Kedua tangannya merangkul pria yang sangat dia cintai. Namun sayangnya karena ini terlalu nyaman, wanita itu benar- benar tinggal landas dan tertidur pulas. Noel menghentikan ciumannya saat mendengar dengkuran wanita itu.“Cih … serius ciumanku segitu membosankannya sampai dia tertidur?” pikir Noel dengan tersinggung sambil terus mencoba mencium cerukan leher istrinya. Bibir wanita itu bergerak-gerak seakan membalas ciuman Noel, tapi matanya tetap terpejam dan dengkurannya terus terdengar rata.“Bian?” desah Noel berbisik di telinga istrinya lalu mengecupnya dengan mesra hal yang biasanya membuat Bianca mengerang nikmat kali ini h
Bagaikan mimpinya berlanjut, bibir Noel menguasai dirinya, ciuman yang panas dan penuh gairah membuat Bianca lupa mau bicara apa tadi. Dia hanya ingin pria itu tetap bersamanya, dan ternyata pria itu memang tak mau pergi. Tangannya kini berjalan perlahan, menyentuh bagian tubuh tersensitif Bianca. Sentuhan yang sangat Bianca rindukan. Separuh tubuh jiwa Bianca yang haus kini seakan melayang, jemari itu menguasai Bianca sehingga wanita itu berserah sepenuhnya. Lalu seakan tersadar pria itu terdiam dan menarik dirinya. “Jangan pergi…” pekik Bianca meratap segera menangkap dan memeluk suaminya dengan seerat dia bisa.Noel terkesiap kaget saat merasakan tubuh hangat Bianca dalam dekapannya. Segera otaknya menyuruh tangan melepaskan dekapan itu. Sudah gila dia mencium wanita itu? Wanita yang sudah berkhianat dan bersama kekasihnya kemarin! Tapi mendengar rengekkannya kembali membuat pikiran dan hati Noel tak sejalan.“Aku mau taruh ini Bian,” ujar Noel beralasan agar Bianca melepaskan pe
Bianca adalah wanita yang lembut, suaranya kecil dan jarang beremosi. Namun kali ini wanita itu mengusirnya dengan kasar, dan terlebih dari itu, Bianca membentak Noel untuk keluar dari kamar di rumahnya sendiri.Pria itu terdiam dan menatap gulungan selimut berisi Bianca di atas tempat tidur dengan perasaan campur aduk.Pelayan mengetuk dan datang membawa sup dan berbagai perlengkapan makan dalam kereta dorong. Aroma bawang putih mulai memenuhi kamar tidur membuat perut Noel mulai bergoyang karena sebenarnya pria itu berbohong, karena menunggu Bianca siuman, pria itu juga belum makan seharian. “Makanan sudah datang, ayo bangun dan makan!” perintah Noel mengabaikan Bianca. Wanita itu tak bergeming dalam gulungan selimutnya.“Bian!” “Nggak mau, kamu denger ‘kan apa kata dokter tadi, aku tu cuma kelelahan, aku lelah aku mo tidur!” ujar wanita itu dengan keras kepala. “Nggak, kamu butuh makan, nggak usah pake diet! Badan dah kurus begitu pakai diet!” desis Noel sambil menarik selimut
Dengan panik Noel membopong tubuh lunglai itu ke atas tempat tidur. Pria itu segera menutupi tubuh istrinya yang hanya mengenakan sehelai gaun tidur tipisnya dengan selimut, lalu segera berlari menekan tombol intercon memanggil pelayan berulang kali dengan panik. Dalam hati Noel sungguh bersyukur kalau dia memasang CCTV di kamarnya. Dia harus melihat apa yang terjadi semalaman, kenapa Bianca bisa tiba- tiba seperti ini?Lalu suara gemericik air membuatnya heran, pria itu masuk ke kamar mandi dan terkejut dengan air yang sudah luber memenuhi bathup. Tanpa menghiraukan kakinya akan basah, pria itu segera mematikan air yang masih mengalir dengan kening berkerut.“Apa dia mau mandi?” pikir pria itu dengan heran dan memandang ke sekitarnya secara sekilas namun tatapannya berhenti ke sebuah benda berkilat yang harusnya tidak ada di sana. Pria itu berjalan dengan ngeri lalu mengangkat benda pipih mengkilap itu. “Cutter?” Pria itu segera menutup cutter yang dalam keadaan terbuka itu. “Buat
Dia sudah gila atau mungkin sudah sangat putus asa, bagaimana bisa dia menjawab pesan Noel seperti itu! Bianca menatap handphonenya dengan cemas. Awalnya dia mengirim pesan itu secara tak sengaja. Seperti biasa, Bianca sering mengirim pesan khayalan pada Noel, yang tentunya tak pernah dikirim. Sudah gila dia mengirim pesan seperti itu. Tapi sialnya, karena terlalu kesal dengan pesan Kevin, ketikan Bianca yang seharusnya tak dikirim itu ikut terkirim. Kini Bianca menatap panik jawaban Noel. Pria itu menjawabnya! Bianca tak pernah menyangka kalau pria itu bahkan menyimpan nomornya, tapi dari jawabannya menyuruh Bianca tidur, sudah pasti dia tahu kalau ini adalah nomor Bianca.Dengan jemari gemetar wanita itu mengetik kapan pulang, karena sesak yang ada di dadanya. Bagaimana bisa dia serindu itu dengan suaminya? Belum pertemuan dengan ibu tirinya kemarin siang yang memaksa Bianca.Namun jawaban Noel berikutnya sama dinginnya, seakan pria itu tak mau pulang, memang salah Bianca apa? Ada
Seakan semuanya hanyalah mimpi, Noel tak pernah kembali seperti ucapannya terakhir. Noel tak pernah terlihat bahkan sekilas. Pria itu seakan hilang ditelan bumi. Bianca terus menatap jendela dan berharap pintu kamar terbuka tiba- tiba dan suaminya yang tampan datang. Namun, harapan Bianca semakin lama semakin tipis karena, pria itu tak pernah muncul. Hatinya sudah lelah melompat tiap kali pintu diketuk. Tapi setelah dipikir- pikir, pria itu tak pernah mengetuk pintu. Noel akan masuk tanpa meminta izin. Tapi kini, bahkan di kamar perpustakaannya juga, Noel tak pernah ada. Pria itu tak pernah pulang, dan kini setelah Emily dipindah tugaskan, Bianca tak bisa bertanya apa pun padanya. Ketika pada akhirnya Bianca bertanya, Emily yang malah bertanya kembali padanya, karena seharusnya Noel pulang. Pria itu selalu pulang. “Tapi, kenapa dia tak pernah muncul?” tanya Bianca saat kembali melewati kamar perpustakaan Noel yang sempat menjadi peraduan hangat mereka. Sudah berjalan dua bulan, tap
Noel mengerang kesal saat sudah kembali ke dalam mobilnya. Dia segera menyuruh supirnya untuk membawanya kembali untuk menjemput Bianca. Dia sudah jauh terlambat dari yang dia janjikan. Memang ketika ingin cepat, biasanya malah jadi banyak hal yang menghambat, kontrak yang sudah direvisi tadi, ternyata masih banyak salah sehingga Noel harus mendiktekan kontrak itu secara langsung. Noel sudah pastikan akan memecat bagian hukum yang mengerjakan kontrak itu. Pikirannya kembali melayang pada Bianca, wanita itu pasti sudah bosan, atau yang lebih mengerikannya, sudah banyak pria yang menggodanya. Pikiran itu segera membuat Noel bergidik. Istrinya begitu cantik dan polos, walau terlambat tapi akhirnya Noel menyadari hal itu. Bianca sama polosnya dengan Noel sendiri. Mereka adalah hasil produk dari didikan jaman baheula yang tertutup sehingga tak mengerti apapun tentang lawan jenis. Wanita itu bahkan seperti tak menyadari kalau dirinya sangat cantik. Noel mengerang kesal dan segera turun d