Wanita paruh baya itu datang dan membuat situasi berubah. “Kalian sarapan yang kenyang, setelah itu masuklah ke kamar,” perintahnya dengan jelas menyuruh mereka untuk makan, tapi saat dia kembali datang dan duduk bersama mereka, nafsu makan Bianca dan Noel langsung hilang. “Aku sudah kenyang.” Pria itu berdiri lalu menuju ruang kerjanya. Tapi mamanya segera berteriak. “Noel, jangan lupa janjimu tadi.” Noel berbalik sambil mendengus kesal. “Sejak kapan aku mengucapkan janji? Semua itu adalah keputusan mama, dan seperti biasa Noel harus mengikutinya seperti itu adalah titah dari Tuhan,” gerutunya dalam hati. Dia mengambil buku bersampul kulitnya lalu masuk ke kamarnya sendiri. Mama karen tersenyum tipis saat melihat anaknya dengan patuh masuk ke dalam kamar tidurnya lagi. Lalu mengalihkan perhatiannya pada Bianca. Wanita itu segera menyesal kenapa dia tidak langsung mengikuti jejak Noel tadi melarikan diri, sekarang dia terperangkap dengan nenek sihir ini. “Bagaimana bekas
Tapi saat mendengar desahan Bianca, gairahnya semakin memuncak. Yang dari awalnya hanya tiupan tiba-tiba menjadi kecupan. Noel menyerah pada gairahnya, dengan lembut dia mencium punggung putih milik istrinya itu. Wanita itu kembali mengerang saat merasakan kecupannya yang dari bawah menuju pundak. Saat Noel mulai menyesap cerukan lehernya, Bianca tidak tahan lagi, dia memutar tubuhnya dan memagut bibir suaminya tanpa berpikir. Pria itu terkejut tapi segera membalas ciuman Bianca yang panas, wanita itu mengerang senang saat merasakan tangan suaminya juga kembali bermain di atas tubuhnya. Dia menutup mata dan segera sensasi sentuhan dari suaminya terasa lebih nyata. “Oh Noel,” bisiknya ketika suaminya itu memberikan tanda baru di bagian lehernya. Saat mendengar desahan istrinya, Noel segera menariknya agar lebih dekat dan menurunkan ciumannya menuju bagian dada istrinya yang masih tertutup renda itu. “Lepaskan itu,” perintahnya, dan dengan patuh Bianca melepasnya, dan begitu renda
Setelah kata maaf itu, tidak ada kata-kata lain yang Noel katakan padanya. Noel memakai bajunya dalam diam walau kini dia tidak malu lagi dan melakukan itu semua di samping BIanca yang masih melakukan posisi itu. Saat kakinya mulai hilang rasa, suaminya mendekati Bianca dan melihatnya dengan kening berkerut lalu duduk di mejanya tanpa bicara.“Wanita konyol itu masih melakukan pose itu. Tak tahukah dia posenya itu membuatku sulit bernapas?” Noel mulai menulis dengan tangan gemetar. “Tubuhnya begitu sempurna, harum dan mulus, membuatku tidak pernah puas menyentuhnya. Suaranya yang sensual membuatku menggila. Bianca Thomas benar-benar menguasaiku. Bagaimana aku bisa mengendalikan diri kalau dia terus melakukan ini?” tulis Noel di buku coklatnya itu. “Bahkan hanya untuk memeriksa email saja, aku tak sanggup,” tulisnya lagi. “Bianca hentikan itu, cepat sana mandi.” Bianca tersentak kaget. Suaminya tampak begitu marah. Dia menurunkan kakinya pelan-pelan lalu duduk dipinggir tempat t
Bianca kembali membuka dirinya dan menampilkan tubuhnya yang polos. Noel berusaha menahan dirinya dengan menggertakkan rahangnya kuat-kuat. Tanpa kelembutan seperti tadi, pria itu memasang salep di punggung Bianca, dan juga di daerah bokong serta paha wanita itu. Bianca menggigit bibir bawahnya untuk tidak mendesah seperti tadi. Pria itu lalu kembali tegak dan segera ke kamar mandi tanpa berkata apa-apa.Bianca menghela napas panjang dengan penuh kekecewaan. Dia lalu mengenakan gaun pendek dari katun berwarna biru muda dengan leher rendah sehingga dengan jelas memperlihatkan bekas-bekas kecupan suaminya tadi. Tapi setelah apa yang terjadi tadi, dia sungguh tak peduli lagi. Noel tak tahan, setelah terburu-buru memberikan salep, dia segera ke kamar mandi. Bagaimana bisa dia kembali bergairah saat tadi dia baru mendapatkan pelepasan yang luar biasa? Sebelum pernah melakukan ini, dia baik-baik saja, kenapa sekarang selalu pikirannya ke arah itu. “Aku telah berubah menjadi pria mesu
Semalam mereka memang kurang tidur karena kegiatan tidak terduga mereka, dan dilanjutkan oleh kesalahan Noel lagi tadi, wanita itu pasti sangat kelelahan. Tanpa Noel sadari dia sudah berjalan dan mendekati Bianca. Buku Arabella tadi terjatuh di lantai karena pembacanya sudah tertidur cantik. Dia mengembalikan buku itu dalam rak dan menatap istrinya. Posisi tidurnya sangat aneh, nanti pasti dia akan pegal jika dibiarkan begitu, karena itu Noel berinisiatif untuk menggendongnya dan membawanya ke tempat tidur. Namun saat Noel meletakkan Bianca di atas tempat tidur, Bianca malah memeluknya dengan erat. Awalnya Dia pikir wanita itu hendak merayunya. Noel dengan cepat menarik tangan wanita itu dari kerah bajunya. Hanya untuk menyadari kalau wanita itu masih tertidur dengan pulas, namun sedang mengalami mimpi buruknya lagi.Wanita itu begitu jahat padanya, sampai dalam mimpi pun, Bianca masih bisa merasakan tamparannya. Di saat Bianca sudah menghabiskan begitu banyak waktu untuk membua
Pria itu dapat melihat kalau istrinya ragu-ragu.“Apa yang kamu lakukan sih? Mau masuk atau tidak?” hardik Noel kesal. Bianca tersentak dan melangkah masuk ke dalam. Dia menatap keluar dengan penuh kerinduan.“Sudah mulai sore, sebaiknya kamu tidak berkeliaran keluar lagi, nanti jatuh lagi ke lobang komodo,” dengus Noel lalu berjalan kembali ke kamarnya. Dia agak kesal pada dirinya, sejak kapan dia tidur siang, hanya karena bersama wanita ini, dia malah jadi ketiduran tadi, padahal pekerjaannya masih banyak.“Aku mau jalan-jalan,” cicit Bianca seperti anak kecil meminta permen. Suaminya menoleh dengan kesal, baru saja dia bilang sudah mulai sore, nanti bisa masuk ke lobang komodo lagi, bisa-bisanya dia malah mau jalan keluar.“Tidak boleh,” tegas Noel kesal. “Aku mau,” rengek Bianca tiba-tiba ingin bermanja-manja dengan suaminya. Noel mengamati istrinya dan melihat apakah wanita itu masih belum sadar sesungguhnya atau dia memang benar-benar berlaku manja dengan dirinya? Wanita i
Dengan cepat Noel berlari melewati kolam renang dan keluar dari gerbang terluar kastil kecilnya itu. Dia melihat ke kanan dan ke kirinya mencoba mencari istrinya. “Bianca, kamu kemana?” tanyanya dalam hati dengan kerisauan yang tak pernah ada dalam hatinya. Angin mulai bertiup lebih kencang, dan matahari mulai kemerahan turun di ujung laut. Noel mencoba peruntungannya dan menuju ke kiri kastil dan menyusuri pinggir pantai. Langkahnya terasa berat, karena tiba-tiba ada ketakutan yang muncul dalam hatinya yang Noel tidak tahu asalnya dari mana. “Bianca!” teriaknya mencari sosok istrinya sampai akhirnya dia seperti melihat sosok bidadari yang sedang bermain air di pinggir pantai. Wanita itu tersenyum sambil menendang-nendang ombak kecil di kakinya. Hatinya bergetar melihat pemandangan indah di hadapannya. Wanita itu begitu cantik, dia begitu polos dan seperti anak kecil yang bisa tertawa gembira karena bermain dengan ombak.Dia mendekat dan emosi di dalam hatinya meluap-luap antar
Emily mencari Andi yang kini bebas tanpa ada nenek sihir yang harus dia layani 24 jam. Setelah memastikan pengantin baru itu berbaikan dan menuju kamar mereka, Emily mencari pria tampan miliknya di seluruh ruangan kastil kecil itu. Betapa senang hatinya ketika ternyata pria itu tidak ikut, dia malah berdiri memandangi foto-foto yang ada di dinding kastil. Dengan cepat, Emily memeluk pria itu dari belakang. “Oh Andi hari ini Noel dan Bianca merepotkan sekali, belum juga si Karen itu, tadinya mau perpanjang inapnya, tapi begitu dapat kabar suaminya mau mengadakan pameran dia segera riang gembira seperti kutu loncat dan kabur dari pulau ini. Sekarang aku bebas, ayo kita bermain di gubukku, aku punya lingerie baru lho,” ucap Emily dengan suara yang semakin mendesah pada akhir kalimat. Tapi sesaat dia baru menyadarinya, aroma tubuh pria ini berbeda, apakah Andi mengganti sabun dan parfumnya?Emily segera memekik kaget saat pria jangkung itu berbalik dan menatapnya dengan senyuman menggo
Emosi pria itu masih meledak-ledak saat masuk ke dalam mobil. Bahkan baru kali ini Noel yang menyetir mobilnya sendiri, biasanya dia akan bersama supirnya, tapi pagi ini Noel begitu emosi sehingga tak sadar telah meninggalkan supirnya mengejar di belakang. Biasanya Noel tak seperti ini, dia adalah pria yang selalu memikirkan panjang- panjang setiap tindakan yang dia akan lakukan nanti. Tapi, selalu dirinya lepas kendali jika berhubungan dengan Bianca.Wanita itu seakan adalah titik lemahnya. Istri yang terpaksa menikah dengan dirinya itu adalah kelemahan Noel Klein. Dia sudah teramat mencintai wanita itu sehingga tak bisa berpikir jernih.Kini setelah menyetir beberapa lama dia baru menyadari kalau dia melupakan tas kerjanya juga selain meninggalkan supirnya di rumah. Pria itu segera menepikan mobilnya sambil memukul setir dengan kesal. “Vangke!” makinya dengan kesal. Pria itu dengan sebal melirik jam tangan yang hanya ada 6 di dunia itu dengan penuh emosi. Sejujurnya dia sudah terla
Bianca tak percaya apa yang baru saja terjadi. Pria itu benar- benar pergi meninggalkannya tanpa banyak bicara lagi. Bianca benar- benar tak mengerti apa yang ada di pikiran Noel. Kenapa dia tak bisa benar- benar mengerti apa yang dipikirkan suaminya itu? Secepat kilat mobil Noel menghilang saat Bianca mengejarnya, tentu saja wanita itu juga harus berpakaian dulu sebelum keluar dari kamar, sayangnya hal itu membuat Bianca hanya bisa menatap bagian belakang mobil suaminya yang melaju cepat meninggalkan pekarangan kastil mereka. “Semua salahku!” isaknya dalam hati sambil memutar tubuhnya. Seharusnya dia bisa menahan mulutnya. Biasanya dia bisa! Mama Alice sering membuat baret di punggungnya, dan Bianca tak pernah mengeluarkan suara apa pun! Harus bisa menahan lidahnya kalau tidak hukumannya akan lebih parah lagi dari punggung baret. Dengan langkah gontai, wanita itu melangkah kembali ke dalam kastil megah itu. Wanita itu mendengus saat melihat lukisan pernikahan mereka yang baru d
Bianca benar- benar takut saat mengantarkan Noel pergi. Wanita itu mengenakan gaun tidurnya dan segera mengikuti Noel menuju kamar mandi. Pria itu menatapnya dengan heran. “Kamu mau apa?” tanya pria itu saat membuka pintu kamar mandi. Bianca yang tak sengaja mencium punggung suaminya karena Noel tiba- tiba berhenti, mundur beberapa langkah dengan panik. “Oh … iya ini kamar mandi ya?” kekeh wanita itu sambil menggaruk rambutnya dengan kikuk. Noel memandangnya dengan tatapan bingung sekaligus sedikit meremehkan.“Aku mau mandi, kamu mau ikut?” tanya pria itu lalu mereka berdua saling pandang- pandangan dengan panik. Noel seketika itu memaki dalam hati. Kata-kata itu meluncur keluar dari mulutnya lebih cepat dari yang dia pikirkan. Sedangkan Bianca bingung apakah itu perintah atau ajakan atau malah ejekan?“Eh … nggak … kamu mandi aja duluan,” gumam Bianca setelah berhasil mengumpulkan suaranya lagi yang hilang. “Oke … aku masuk,” jawab Noel dengan kikuk karena bingung harus menjawab
Kevin benar- benar habis akal. Bagaimana bisa tiba- tiba keluarga Kelly mengetahui kalau keluarganya sedang diambang kebangkrutan. Semalam ayah Kelly memanggilnya dan bertanya banyak tentang bisnis fiktifnya. Walau gaya dari ayah Kelly itu seperti menelan bulat- bulat bualannya, tapi entah kenapa Kevin merasa tak yakin. Pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.Lagi pula ada satu pria lagi yang harus dia pikirkan sekarang. Luuk Jaager. Entah kenapa pria itu kini terus mengawasinya juga. Hutang yang tadi dia pikir tak seberapa untuk Luuk, kini terasa sangat besar. Luuk meminta uangnya kembali sedangkan Kevin tak memiliki apapun sekarang kecuali nama keluarganya.“SIALAN!” maki Kevin sambil mau membanting handphonenya ke lantai, tapi tak jadi karena kalau sampai handphone itu rusak, Kevin tak memiliki uang untuk membeli handphone lagi. Akhirnya pria itu hanya bisa membanting tubuhnya ke sofa sambil kembali memaki.Pria itu meraih handphone dan melihat nama Bianca lalu menekannya. Seper
Pagi itu mereka bergulat dengan penuh gairah, seakan menumpahkan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan dalam satu hari. Noel hanya beristirahat sebentar sambil mengelus tubuh istrinya dengan mesra, mengagumi setiap sentinya dengan penuh perhatian. Jantung Bianca berdebar dengan kencang. Sejujurnya semua ini rasanya seperti mimpi saja. Dia terbangun dan ada Noel pun rasanya sudah seperti imajinasinya menjadi kenyataan. Tapi, kali ini pria itu bahkan memandangnya dengan penuh pemujaan sehingga hati Bianca seakan mau meledak rasanya. Saat pria itu bangkit, Bianca mengira kalau Noel akan pergi seperti biasa, tapi siapa sangka pria itu kembali mencumbu dan menyatu lagi dengannya sampai tiga kali di pagi itu.“Maaf, kamu pasti lelah ya,” erang pria itu dengan terengah-engah saat mencapai puncaknya lagi di atas tubuh istrinya. Wajah Bianca yang putih seperti keramik kini memerah setelah percintaan terakhir mereka. Dengan perlahan wanita itu tersenyum manja lalu menggeleng. “Nggak,”
Kenyang dan juga tidak tidur semalaman, Bianca sebenarnya sangat lelah. Sehingga saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya, wanita itu seakan pesawat yang sudah tinggal landas. Apalagi saat Noel mulai mengusap rambutnya dengan lembut, bibirnya merayap di sekujur wajah dan lehernya. Hangat, nyaman dan kenyang, Bianca menutup mata dengan nyaman. Kedua tangannya merangkul pria yang sangat dia cintai. Namun sayangnya karena ini terlalu nyaman, wanita itu benar- benar tinggal landas dan tertidur pulas. Noel menghentikan ciumannya saat mendengar dengkuran wanita itu.“Cih … serius ciumanku segitu membosankannya sampai dia tertidur?” pikir Noel dengan tersinggung sambil terus mencoba mencium cerukan leher istrinya. Bibir wanita itu bergerak-gerak seakan membalas ciuman Noel, tapi matanya tetap terpejam dan dengkurannya terus terdengar rata.“Bian?” desah Noel berbisik di telinga istrinya lalu mengecupnya dengan mesra hal yang biasanya membuat Bianca mengerang nikmat kali ini h
Bagaikan mimpinya berlanjut, bibir Noel menguasai dirinya, ciuman yang panas dan penuh gairah membuat Bianca lupa mau bicara apa tadi. Dia hanya ingin pria itu tetap bersamanya, dan ternyata pria itu memang tak mau pergi. Tangannya kini berjalan perlahan, menyentuh bagian tubuh tersensitif Bianca. Sentuhan yang sangat Bianca rindukan. Separuh tubuh jiwa Bianca yang haus kini seakan melayang, jemari itu menguasai Bianca sehingga wanita itu berserah sepenuhnya. Lalu seakan tersadar pria itu terdiam dan menarik dirinya. “Jangan pergi…” pekik Bianca meratap segera menangkap dan memeluk suaminya dengan seerat dia bisa.Noel terkesiap kaget saat merasakan tubuh hangat Bianca dalam dekapannya. Segera otaknya menyuruh tangan melepaskan dekapan itu. Sudah gila dia mencium wanita itu? Wanita yang sudah berkhianat dan bersama kekasihnya kemarin! Tapi mendengar rengekkannya kembali membuat pikiran dan hati Noel tak sejalan.“Aku mau taruh ini Bian,” ujar Noel beralasan agar Bianca melepaskan pe
Bianca adalah wanita yang lembut, suaranya kecil dan jarang beremosi. Namun kali ini wanita itu mengusirnya dengan kasar, dan terlebih dari itu, Bianca membentak Noel untuk keluar dari kamar di rumahnya sendiri.Pria itu terdiam dan menatap gulungan selimut berisi Bianca di atas tempat tidur dengan perasaan campur aduk.Pelayan mengetuk dan datang membawa sup dan berbagai perlengkapan makan dalam kereta dorong. Aroma bawang putih mulai memenuhi kamar tidur membuat perut Noel mulai bergoyang karena sebenarnya pria itu berbohong, karena menunggu Bianca siuman, pria itu juga belum makan seharian. “Makanan sudah datang, ayo bangun dan makan!” perintah Noel mengabaikan Bianca. Wanita itu tak bergeming dalam gulungan selimutnya.“Bian!” “Nggak mau, kamu denger ‘kan apa kata dokter tadi, aku tu cuma kelelahan, aku lelah aku mo tidur!” ujar wanita itu dengan keras kepala. “Nggak, kamu butuh makan, nggak usah pake diet! Badan dah kurus begitu pakai diet!” desis Noel sambil menarik selimut
Dengan panik Noel membopong tubuh lunglai itu ke atas tempat tidur. Pria itu segera menutupi tubuh istrinya yang hanya mengenakan sehelai gaun tidur tipisnya dengan selimut, lalu segera berlari menekan tombol intercon memanggil pelayan berulang kali dengan panik. Dalam hati Noel sungguh bersyukur kalau dia memasang CCTV di kamarnya. Dia harus melihat apa yang terjadi semalaman, kenapa Bianca bisa tiba- tiba seperti ini?Lalu suara gemericik air membuatnya heran, pria itu masuk ke kamar mandi dan terkejut dengan air yang sudah luber memenuhi bathup. Tanpa menghiraukan kakinya akan basah, pria itu segera mematikan air yang masih mengalir dengan kening berkerut.“Apa dia mau mandi?” pikir pria itu dengan heran dan memandang ke sekitarnya secara sekilas namun tatapannya berhenti ke sebuah benda berkilat yang harusnya tidak ada di sana. Pria itu berjalan dengan ngeri lalu mengangkat benda pipih mengkilap itu. “Cutter?” Pria itu segera menutup cutter yang dalam keadaan terbuka itu. “Buat