Setelah Bianca sudah berbaring, Noel malah menyentuh tulang keringnya yang terluka. Karena terlalu terpesona dengan tindakan yang dilakukan Noel, Bianca melupakan sakit di kaki sebelah kirinya. Saat Noel menyentuh lukanya dia langsung mendesis kesakitan. “Aish, sakit,” desisnya mencengkram kaos hitam Noel. Pria itu mendengus dengan senyuman tipis di wajahnya. “Hanya sedikit, sebentar akan sembuh,” ucapnya pelan, lalu tanpa ada ancang-ancang pria itu mengecup lembut sisi samping lukanya. Bianca kembali terkesiap akan kecupan lembut suaminya, pria itu menatapnya dengan tatapan yang unik. Mata gelapnya kini terasa hangat, tidak seperti biasanya. Dia meniup luka itu dengan lembut yang membuat Bianca terbakar dalam gairah yang seharusnya tak boleh ada lagi. “Sakitkah?” tanya suaminya dengan suara berat, Bianca menggeleng dengan pelan, terbius dengan tatapan Noel yang sangat menggairahkan. “Sudah semua, berpakaianlah, Mama menunggu,” ucap Noel dengan tersenyum lalu keluar dari ka
"Oke, mama sudah lelah, sebaiknya kalian ke kamar kalian." Karen berdiri dan membantu Bianca yang tanpa sadar sudah terduduk miring di kursinya. Noel berdiri juga dari duduknya dan menerima tubuh istrinya yang tiba-tiba mengantuk dari mamanya. "Dia kelelahan sepertinya," ucap mamanya sambil mengikuti mereka sampai ke depan pintu kamar mereka jadi tidak ada pilihan lain selain bagi Noel untuk membawa Bianca masuk ke kamarnya. "Jangan kecewakan mama," desis mamanya saat wanita itu menutup pintu. Noel mengangguk lalu membawa masuk Bianca. Dia tidak mengerti mengapa tubuhnya juga terasa panas, apakah karena anggur? Tapi yang penting dia harus meletakkan Bianca yang sudah separuh tertidur di atas tempat tidur. "Panas," ujarnya mendesah sambil menyentuh wajah Noel. Sentuhan wanita itu memberikan sensasi yang aneh di tubuh Noel. Bianca bangkit dan duduk di tempat tidur. "Tolong aku," ujar Bianca dengan wajah memerah. Dia menunjuk ke arah bukaan gaunnya di samping. Istriny
Pria itu menendang celananya sampai terlepas dari kakinya tanpa melepaskan pandangannya dari Bianca. Bianca memperhatikan sambil menggigit bibir bawahnya. “Pria ini seksi sekali,” desahnya dengan kagum dalam hati. Jantungnya berdebar kencang ketika Noel meraih rahangnya dan mencium Bianca kembali. Wanita itu menerima ciumannya dengan segera, matanya yang indah tertutup menikmati ciuman panas dari suaminya. Sambil masih saling berpagutan, Noel ikut naik ke atas tempat tidur. Pandangan mereka bertemu, napas mereka berdua tersenggal-senggal. Bianca dapat merasakan debaran jantung Noel yang cepat, sama seperti jantungnya yang hampir terlepas. “Kamu wanita tercantik yang aku pernah lihat, sayang,” ucap Noel lembut sambil menyentuh wajah istrinya dengan penuh kekaguman. Senyuman Bianca gerak mereka begitu mendengar kata sayang keluar dari bibir suaminya. “Wajahmu juga sempurna, kamu tipeku sekali,” balas Bianca malu-malu. Suaminya tersenyum lebar mendengar pujian Bianca, dia men
Pelukan Noel terasa sangat nyaman, dadanya bergerak seirama dengan suara napasnya yang teratur. Bianca ingin selamanya berada dalam pelukan suaminya walau dia sudah terbangun, namun rasanya badannya ingin terus melekat pada suaminya. “Nyamannya, dia bilang dia menyukaiku semalam, aku juga sangat menyukainya, sangat...sangat menyukainya,” gumam Bianca dalam hati. Dia mengelus dádá suaminya dengan lembut, merasakan bulu halus dádá suaminya yang polos di bawah telapak tangannya. “Hmm, kamu sudah bangun?” tanya Noel dengan suara serak kasar yang sangat seksi. Bianca mendesah sambil mengecup dada suaminya dengan manja. “Sudah, hanya saja aku masih mengantuk,” gumam Bianca dengan malu-malu. Suaminya memeluknya dengan erat lalu mencium keningnya. “Apakah aku menyakitimu, semalam aku sepertinya kelewat batas?” Bianca tertawa pelan sambil masuk dalam pelukan suaminya. Aroma kayu dari tubuh suaminya mulai membangkitkan gairah dalam diri Bianca, wanita itu menggelengkan kepalanya den
Noel benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi di dalam dirinya. Hanya dengan melihat istrinya tidur terlentang dalam keadaan polos seperti itu, jantungnya berdebar cepat, dan dia ingin kembali menuju ranjang itu dan merasakan kehangatan tubuh Bianca. Tubuh wanita itu itu begitu putih bagaikan porselen, membuat Noel menggila. Noel harus menahan dirinya setengah mati tadi hanya untuk bergaya santai seperti tidak ada apa-apa. Dia mengambil napas panjang dan berjalan menyusuri lorong menuju ruang makan. Bayangan seksi istrinya tadi masih melekat di atas kepalanya sampai dia tidak menyadari ada mamanya yang sedang menunggu kedatangannya. “Bagaimana Bianca? Apakah dia memuaskan? Dia masih perawan kan? Kamu periksa kan Noel?” tanya mamanya tanpa tedeng aling-aling. Noel adalah seorang pria dewasa, membicarakan tentang apa yang terjadi di atas tempat tidur adalah hal yang sangat memalukan, terlebih jika pembicaraan dilakukan dengan ibu sendiri. Wanita itu sudah tampil semp
Di sana mama mertuanya sedang berbicara serius dengan suaminya tentang suatu rumah peristirahatan yang akan di Swiss. Mamanya ingin mereka membuat rumah peristirahatan tandingan. Mereka tidak boleh kalah dengan keluarga Christiano. Bianca menatap wajah suaminya yang terlihat memerah menahan emosinya saat mamanya terus berbicara tentang mengalahkan keluarga Christiano. "Anak kedua dari keluarga itu juga baru menikah, tidak begitu jauh dengan pernikahan kalian. Tapi gosipnya istrinya kabur, ini kesempatan kita untuk menghancurkan keluarga Christiano, terus terang mama tidak suka dengan gaya mereka itu yang sok menguasai," dengus wanita paruh baya itu sambil meminum tehnya. Noel menatap mamanya yang penuh ambisi. Dia tak mengerti mengapa mamanya selalu seperti itu, berambisi untuk mengalahkan keluarga demi keluarga. Keluarga Thomas berhasil dikuasai, sekarang hampir semua pabrik pakan milik keluarga Thomas, kepemilikannya sudah separuh beralih ke tangan keluarga Klien. Apa l
Wanita paruh baya itu datang dan membuat situasi berubah. “Kalian sarapan yang kenyang, setelah itu masuklah ke kamar,” perintahnya dengan jelas menyuruh mereka untuk makan, tapi saat dia kembali datang dan duduk bersama mereka, nafsu makan Bianca dan Noel langsung hilang. “Aku sudah kenyang.” Pria itu berdiri lalu menuju ruang kerjanya. Tapi mamanya segera berteriak. “Noel, jangan lupa janjimu tadi.” Noel berbalik sambil mendengus kesal. “Sejak kapan aku mengucapkan janji? Semua itu adalah keputusan mama, dan seperti biasa Noel harus mengikutinya seperti itu adalah titah dari Tuhan,” gerutunya dalam hati. Dia mengambil buku bersampul kulitnya lalu masuk ke kamarnya sendiri. Mama karen tersenyum tipis saat melihat anaknya dengan patuh masuk ke dalam kamar tidurnya lagi. Lalu mengalihkan perhatiannya pada Bianca. Wanita itu segera menyesal kenapa dia tidak langsung mengikuti jejak Noel tadi melarikan diri, sekarang dia terperangkap dengan nenek sihir ini. “Bagaimana bekas
Tapi saat mendengar desahan Bianca, gairahnya semakin memuncak. Yang dari awalnya hanya tiupan tiba-tiba menjadi kecupan. Noel menyerah pada gairahnya, dengan lembut dia mencium punggung putih milik istrinya itu. Wanita itu kembali mengerang saat merasakan kecupannya yang dari bawah menuju pundak. Saat Noel mulai menyesap cerukan lehernya, Bianca tidak tahan lagi, dia memutar tubuhnya dan memagut bibir suaminya tanpa berpikir. Pria itu terkejut tapi segera membalas ciuman Bianca yang panas, wanita itu mengerang senang saat merasakan tangan suaminya juga kembali bermain di atas tubuhnya. Dia menutup mata dan segera sensasi sentuhan dari suaminya terasa lebih nyata. “Oh Noel,” bisiknya ketika suaminya itu memberikan tanda baru di bagian lehernya. Saat mendengar desahan istrinya, Noel segera menariknya agar lebih dekat dan menurunkan ciumannya menuju bagian dada istrinya yang masih tertutup renda itu. “Lepaskan itu,” perintahnya, dan dengan patuh Bianca melepasnya, dan begitu renda
Emosi pria itu masih meledak-ledak saat masuk ke dalam mobil. Bahkan baru kali ini Noel yang menyetir mobilnya sendiri, biasanya dia akan bersama supirnya, tapi pagi ini Noel begitu emosi sehingga tak sadar telah meninggalkan supirnya mengejar di belakang. Biasanya Noel tak seperti ini, dia adalah pria yang selalu memikirkan panjang- panjang setiap tindakan yang dia akan lakukan nanti. Tapi, selalu dirinya lepas kendali jika berhubungan dengan Bianca.Wanita itu seakan adalah titik lemahnya. Istri yang terpaksa menikah dengan dirinya itu adalah kelemahan Noel Klein. Dia sudah teramat mencintai wanita itu sehingga tak bisa berpikir jernih.Kini setelah menyetir beberapa lama dia baru menyadari kalau dia melupakan tas kerjanya juga selain meninggalkan supirnya di rumah. Pria itu segera menepikan mobilnya sambil memukul setir dengan kesal. “Vangke!” makinya dengan kesal. Pria itu dengan sebal melirik jam tangan yang hanya ada 6 di dunia itu dengan penuh emosi. Sejujurnya dia sudah terla
Bianca tak percaya apa yang baru saja terjadi. Pria itu benar- benar pergi meninggalkannya tanpa banyak bicara lagi. Bianca benar- benar tak mengerti apa yang ada di pikiran Noel. Kenapa dia tak bisa benar- benar mengerti apa yang dipikirkan suaminya itu? Secepat kilat mobil Noel menghilang saat Bianca mengejarnya, tentu saja wanita itu juga harus berpakaian dulu sebelum keluar dari kamar, sayangnya hal itu membuat Bianca hanya bisa menatap bagian belakang mobil suaminya yang melaju cepat meninggalkan pekarangan kastil mereka. “Semua salahku!” isaknya dalam hati sambil memutar tubuhnya. Seharusnya dia bisa menahan mulutnya. Biasanya dia bisa! Mama Alice sering membuat baret di punggungnya, dan Bianca tak pernah mengeluarkan suara apa pun! Harus bisa menahan lidahnya kalau tidak hukumannya akan lebih parah lagi dari punggung baret. Dengan langkah gontai, wanita itu melangkah kembali ke dalam kastil megah itu. Wanita itu mendengus saat melihat lukisan pernikahan mereka yang baru d
Bianca benar- benar takut saat mengantarkan Noel pergi. Wanita itu mengenakan gaun tidurnya dan segera mengikuti Noel menuju kamar mandi. Pria itu menatapnya dengan heran. “Kamu mau apa?” tanya pria itu saat membuka pintu kamar mandi. Bianca yang tak sengaja mencium punggung suaminya karena Noel tiba- tiba berhenti, mundur beberapa langkah dengan panik. “Oh … iya ini kamar mandi ya?” kekeh wanita itu sambil menggaruk rambutnya dengan kikuk. Noel memandangnya dengan tatapan bingung sekaligus sedikit meremehkan.“Aku mau mandi, kamu mau ikut?” tanya pria itu lalu mereka berdua saling pandang- pandangan dengan panik. Noel seketika itu memaki dalam hati. Kata-kata itu meluncur keluar dari mulutnya lebih cepat dari yang dia pikirkan. Sedangkan Bianca bingung apakah itu perintah atau ajakan atau malah ejekan?“Eh … nggak … kamu mandi aja duluan,” gumam Bianca setelah berhasil mengumpulkan suaranya lagi yang hilang. “Oke … aku masuk,” jawab Noel dengan kikuk karena bingung harus menjawab
Kevin benar- benar habis akal. Bagaimana bisa tiba- tiba keluarga Kelly mengetahui kalau keluarganya sedang diambang kebangkrutan. Semalam ayah Kelly memanggilnya dan bertanya banyak tentang bisnis fiktifnya. Walau gaya dari ayah Kelly itu seperti menelan bulat- bulat bualannya, tapi entah kenapa Kevin merasa tak yakin. Pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.Lagi pula ada satu pria lagi yang harus dia pikirkan sekarang. Luuk Jaager. Entah kenapa pria itu kini terus mengawasinya juga. Hutang yang tadi dia pikir tak seberapa untuk Luuk, kini terasa sangat besar. Luuk meminta uangnya kembali sedangkan Kevin tak memiliki apapun sekarang kecuali nama keluarganya.“SIALAN!” maki Kevin sambil mau membanting handphonenya ke lantai, tapi tak jadi karena kalau sampai handphone itu rusak, Kevin tak memiliki uang untuk membeli handphone lagi. Akhirnya pria itu hanya bisa membanting tubuhnya ke sofa sambil kembali memaki.Pria itu meraih handphone dan melihat nama Bianca lalu menekannya. Seper
Pagi itu mereka bergulat dengan penuh gairah, seakan menumpahkan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan dalam satu hari. Noel hanya beristirahat sebentar sambil mengelus tubuh istrinya dengan mesra, mengagumi setiap sentinya dengan penuh perhatian. Jantung Bianca berdebar dengan kencang. Sejujurnya semua ini rasanya seperti mimpi saja. Dia terbangun dan ada Noel pun rasanya sudah seperti imajinasinya menjadi kenyataan. Tapi, kali ini pria itu bahkan memandangnya dengan penuh pemujaan sehingga hati Bianca seakan mau meledak rasanya. Saat pria itu bangkit, Bianca mengira kalau Noel akan pergi seperti biasa, tapi siapa sangka pria itu kembali mencumbu dan menyatu lagi dengannya sampai tiga kali di pagi itu.“Maaf, kamu pasti lelah ya,” erang pria itu dengan terengah-engah saat mencapai puncaknya lagi di atas tubuh istrinya. Wajah Bianca yang putih seperti keramik kini memerah setelah percintaan terakhir mereka. Dengan perlahan wanita itu tersenyum manja lalu menggeleng. “Nggak,”
Kenyang dan juga tidak tidur semalaman, Bianca sebenarnya sangat lelah. Sehingga saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya, wanita itu seakan pesawat yang sudah tinggal landas. Apalagi saat Noel mulai mengusap rambutnya dengan lembut, bibirnya merayap di sekujur wajah dan lehernya. Hangat, nyaman dan kenyang, Bianca menutup mata dengan nyaman. Kedua tangannya merangkul pria yang sangat dia cintai. Namun sayangnya karena ini terlalu nyaman, wanita itu benar- benar tinggal landas dan tertidur pulas. Noel menghentikan ciumannya saat mendengar dengkuran wanita itu.“Cih … serius ciumanku segitu membosankannya sampai dia tertidur?” pikir Noel dengan tersinggung sambil terus mencoba mencium cerukan leher istrinya. Bibir wanita itu bergerak-gerak seakan membalas ciuman Noel, tapi matanya tetap terpejam dan dengkurannya terus terdengar rata.“Bian?” desah Noel berbisik di telinga istrinya lalu mengecupnya dengan mesra hal yang biasanya membuat Bianca mengerang nikmat kali ini h
Bagaikan mimpinya berlanjut, bibir Noel menguasai dirinya, ciuman yang panas dan penuh gairah membuat Bianca lupa mau bicara apa tadi. Dia hanya ingin pria itu tetap bersamanya, dan ternyata pria itu memang tak mau pergi. Tangannya kini berjalan perlahan, menyentuh bagian tubuh tersensitif Bianca. Sentuhan yang sangat Bianca rindukan. Separuh tubuh jiwa Bianca yang haus kini seakan melayang, jemari itu menguasai Bianca sehingga wanita itu berserah sepenuhnya. Lalu seakan tersadar pria itu terdiam dan menarik dirinya. “Jangan pergi…” pekik Bianca meratap segera menangkap dan memeluk suaminya dengan seerat dia bisa.Noel terkesiap kaget saat merasakan tubuh hangat Bianca dalam dekapannya. Segera otaknya menyuruh tangan melepaskan dekapan itu. Sudah gila dia mencium wanita itu? Wanita yang sudah berkhianat dan bersama kekasihnya kemarin! Tapi mendengar rengekkannya kembali membuat pikiran dan hati Noel tak sejalan.“Aku mau taruh ini Bian,” ujar Noel beralasan agar Bianca melepaskan pe
Bianca adalah wanita yang lembut, suaranya kecil dan jarang beremosi. Namun kali ini wanita itu mengusirnya dengan kasar, dan terlebih dari itu, Bianca membentak Noel untuk keluar dari kamar di rumahnya sendiri.Pria itu terdiam dan menatap gulungan selimut berisi Bianca di atas tempat tidur dengan perasaan campur aduk.Pelayan mengetuk dan datang membawa sup dan berbagai perlengkapan makan dalam kereta dorong. Aroma bawang putih mulai memenuhi kamar tidur membuat perut Noel mulai bergoyang karena sebenarnya pria itu berbohong, karena menunggu Bianca siuman, pria itu juga belum makan seharian. “Makanan sudah datang, ayo bangun dan makan!” perintah Noel mengabaikan Bianca. Wanita itu tak bergeming dalam gulungan selimutnya.“Bian!” “Nggak mau, kamu denger ‘kan apa kata dokter tadi, aku tu cuma kelelahan, aku lelah aku mo tidur!” ujar wanita itu dengan keras kepala. “Nggak, kamu butuh makan, nggak usah pake diet! Badan dah kurus begitu pakai diet!” desis Noel sambil menarik selimut
Dengan panik Noel membopong tubuh lunglai itu ke atas tempat tidur. Pria itu segera menutupi tubuh istrinya yang hanya mengenakan sehelai gaun tidur tipisnya dengan selimut, lalu segera berlari menekan tombol intercon memanggil pelayan berulang kali dengan panik. Dalam hati Noel sungguh bersyukur kalau dia memasang CCTV di kamarnya. Dia harus melihat apa yang terjadi semalaman, kenapa Bianca bisa tiba- tiba seperti ini?Lalu suara gemericik air membuatnya heran, pria itu masuk ke kamar mandi dan terkejut dengan air yang sudah luber memenuhi bathup. Tanpa menghiraukan kakinya akan basah, pria itu segera mematikan air yang masih mengalir dengan kening berkerut.“Apa dia mau mandi?” pikir pria itu dengan heran dan memandang ke sekitarnya secara sekilas namun tatapannya berhenti ke sebuah benda berkilat yang harusnya tidak ada di sana. Pria itu berjalan dengan ngeri lalu mengangkat benda pipih mengkilap itu. “Cutter?” Pria itu segera menutup cutter yang dalam keadaan terbuka itu. “Buat