Sesuai janjinya dengan Rafael tadi pagi, akhirnya Almeta menemui di tempat parkir setelah kelas berakhir. Almeta berharap jika ini akan jadi perpisahan yang baik untuk mereka.“Ayo masuk, aku antar pulang.” Rafael menatap Almeta yang baru datang. Meminta gadis yang masih dianggap sebagai kekasih itu untuk masuk ke mobilnya.Mengingat harus bicara dengan Rafael baik-baik untuk meninggalkan perpisahan yang baik, akhirnya Almeta setuju masuk ke mobil.Rafael segera menyusul Almeta masuk ke mobil. Kemudian melajukan mobilnya. Mengantarkan Almeta untuk pulang.Suasana masih sunyi. Tidak ada yang bicara sama sekali. Mereka masih berada di pikiran masing-masing.“Apa pernikahan kalian sudah sah secara hukum?” Akhirnya Rafael membuka suara juga.“Belum, Kak Arlo sedang akan mengurusnya.” Almeta menceritakan sedikit rencana Arlo.“Mintalah Kak Arlo menghentikannya.” Rafael berbicara tanpa menoleh sama sekali ke arah Almeta. Pandangannya lurus ke depan.Almeta membulatkan matanya. Dia benar-ben
Mendapati pertanyaan itu membuat Rafael bungkam. Selama ini orang tua Rafael memang tidak suka dengan Almeta. Menurut sang mama, Almeta tidak sederajat. Ditambah lagi Almeta tidak punya orang tua. Jika sang mama tahu jika Almeta kini sebatang kara, jelas sang mama tidak akan mengizinkan.“Mau tidaknya mamaku, bukan urusan Kak Arlo!” Rafael tidak mau Arlo ikut campur terlalu jauh.“Jelas itu urusanku. Sekarang Almeta adalah istriku. Dia sudah menjadi tanggung jawab penuhku. Jadi keadaan apa yang terjadi padanya, aku harus tahu pasti. Kamu pikir pernikahan hanya masalah dua orang saja? Pernikahan itu adalah milik keluarga juga. Kalian tidak akan bisa hidup hanya berdua saja tanpa keluarga.” Arlo mencoba menjelaskan pada Rafael.“Tapi, kami saling mencintai. Pasti kami akan dapat melalui semua.” Rafael merasa jika tidak masalah jika sang mama tidak merestui mereka. Yang pasti mereka akan bahagia karena saling mencintai.Arlo tersenyum tipis. Kehidupan rumah tangga bukanlah sekadar tentan
“Ada banyak buku di rumah mama. Siapa tahu ada yang kamu cari.” Arlo yang mendengar cerita Almeta pun langsung memberitahu.Almeta langsung berbinar merasa begitu senang ketika mendengar jika ada banyak buku milik Arlo. Siapa tahu dia bisa menemukan buku yang dicari.“Nanti kamu bisa lihat buku itu saat kita ke rumah mama sekalian makan malam.”“Baik, Kak.” Almeta mengangguk.Arlo segera pergi ke kamarnya. Membersihkan diri untuk segera pergi ke rumah mamanya.Almeta begitu senang mendengar jika di rumah Arlo banyak buku. Dia berharap mendapatkan buku yang dicarinya.Setelah bersiap, Arlo dan Almeta pergi ke rumah Mama Ale dan Papa Alca. Karena rumah memang dekat, jadi mereka tidak perlu waktu lama untuk sampai.“Halo, Meta. Apa kabarmu?” Mama Ale langsung memeluk Almeta.“Baik, Tante.” Almeta menerima pelukan Mama Ale.“Kamu masih belum bisa memanggil ‘mama’?” tanya Mama Ale.Almeta memang belum terbiasa memanggil ‘mama’ jadi dia selalu lupa.“Maaf, Ma.” Almeta berusaha untuk memangg
Tiga bulan sudah Almeta mengerjakan skripsi. Dia jarang-jarang ke kampus kecuali memang menemui dosen pembimbing. Hal itulah yang membuat dia tidak bertemu dengan Rafael juga. Alhasil kesedihan kehilangan Rafael pun tertutupi. Apalagi dia sudah sibuk dengan skripsinya.Selama tiga bulan ini, hubungan Almeta dengan Arlo biasa saja. Tidak ada yang berubah. Apalagi Almeta yang sibuk mengerjakan skripsi justru jarang bertemu Arlo. Saat Arlo berangkat bekerja, Almeta belum bangun karena semalam begadang. Alhasil tidak ada peningkatan hubungan mereka.Kesedihan atas meninggalnya Fazila pun sudah mulai berkurang. Aktivitas yang begitu padat membuat mereka lupa dengan kesedihan itu. Walaupun pastinya rindu masih terus terasa.Setelah skripsi selesai, Almeta langsung menjalani sidang. Beruntung semua berjalan dengan lancar. Skripsinya diterima dan dia akan mengikuti wisuda lima bulan lagi.Sambil menunggu wisuda, Almeta memutuskan untuk bekerja di Janitra Grup. Melamar sebagai staf keuangan di
“Dengan saudara Almeta Annora?” Seseorang dari sambungan telepon terdengar bertanya.“Iya, saya sendiri. Ini dari siapa?” Almeta penasaran dengan yang siap yang berada di sambungan tersebut.“Saya, bagian HRD dari Janitra Grup, ingin memberitahu jika Anda sudah diterima bekerja di Janitra Grup.”Mendengar kabar itu Almeta langsung berbinar. Dia benar-benar senang sekali akhirnya dapat kabar jika diterima bekerja.“Silakan datang besok untuk tanda tangan kontrak.”“Baik, saya akan datang.” Almeta benar-benar terkejut sekali. Akhirnya dapat diterima di Janitra. Dia benar-benar begitu senang sekali.Akhirnya sambungan telepon mati juga. Dia langsung bersorak senang ketika akhirnya di terima di Janitra Grup.Seharian Almeta mempersiapkan diri untuk besok datang ke Janitra. Dia memilih-milih baju kerja untuk dipakai besok. Almeta baru menyadari jika dia tidak punya banyak baju ker
Keduanya dalam keadaan canggung sekali. Apalagi baru saja Arlo memeluk Fazila.“Maafkan aku.” Arlo benar merasa tidak enak.“Tidak apa-apa, Kak. Aku yang harusnya minta maaf karena memakai baju Kak Zila, jadi membuat Kak Arlo mengira aku Kak Zila.” Almeta sadar alasan apa yang membuat Arlo memeluknya.Arlo merasa lega karena Almeta tahu alasannya memeluk. “Jadi baju ini yang kamu pinjam?” Arlo langsung mengalihkan pembicaraan.“Iya, aku tidak punya baju kerja, jadi aku meminjam baju Kak Zila. Nanti jika aku gajian, aku akan membeli.” Almeta mencoba memberitahu.“Tidak perlu beli. Pakai saja baju kakakmu. Lagi pula juga sayang jika baju dibiarkan di lemari begitu saja.” Arlo merasa jika lebih baik baju Fazila dipakai Almeta, dibanding Almeta harus membeli.Almeta tidak menyangka jika Arlo akan justru mengizinkannya untuk memakai semua pakaian kakaknya.“Baiklah, nanti aku akan ambil pakaian seperlunya saja.” Almeta tidak mau aji mumpung. Karena itu di akan memakai pakaian seperlunya sa
“Kalian mau ke mana?” tanya salah seorang karyawan senior.“Mau makan di kantin, Kak.” Almeta yang menjawab pertanyaan tersebut.“Kalian urungkan saja. Karena Pak Arlo mengajak kita semua untuk makan bersama. Jadi kalian ikut saja bersama untuk makan di restoran.” Karyawan senior itu memberitahu dengan penuh semangat.“Wah ... lumayan, aku bisa berhemat.” Dani begitu semangat mendengar hal itu.Almeta dan Rafael saling pandang sejenak. Sampai akhirnya Almeta membuang muka.“Kalau begitu ayo.” Karyawan senior itu menarik tangan Almeta.“Ayo, Rafael.” Dani pun menarik tangan Rafael.Almeta dan Rafael tidak punya pilihan. Mereka pun ikut bersama yang lain.Almeta dan teman-temannya pergi ke restoran di dekat kantor. Selang beberapa saat barulah Arlo datang.“Terima kasih, Pak Arlo untuk traktirannya.” Salah satu karyawan menatap Arlo.“Kalian belum makan. Kenapa berterima kasih?” Arlo tersenyum. “Sudah ayo duduk dan pesanlah apa yang kalian inginkan.” Arlo menatap para karyawannya. Terma
“Dasi Kak Arlo mana?” Almeta menadahkan tangannya.“Untuk apa?” tanya Arlo.“Sudah cepat mana?” Almeta terus memaksa.Arlo pun segera merogoh kantung celananya. Kemudian mengeluarkan dasi di dalam kantung celananya.Dengan segera Almeta langsung mengambil dasi yang berada di tangan Arlo. Kemudian melingkarkan ke leher Arlo.Apa yang dilakukan Almeta itu membuat Arlo terkejut.“Aku baru tahu jika Kak Arlo minta Kak Rina membuat simpul dasi. Kenapa tidak meminta padaku saja? Aku pikir selama ini Kak Arlo bisa melakukannya.” Almeta menegakkan kerah kemeja Arlo. Kemudian membuat simpul pada dasi itu.Arlo memandangi Almeta yang sedang sibuk membuat simpul. Karena dia lebih tinggi dibanding Almeta. Jadi dia tinggal menundukkan kepala saja ketika melihat Almeta. Entah debaran apa yang tiba-tiba dirasakannya itu. Dia bingung sendiri.“Aku memang tidak bisa memakai sendiri. Waktu sekolah mama yang memakaikan. Saat kuliah ada Zila. Sampai menikah pun Zila yang melakukannya.” Arlo berusaha tena