Beranda / Pernikahan / Istri Tuli Yang Kau Buang / Bab 3 Sakitnya diabaikan

Share

Bab 3 Sakitnya diabaikan

Penulis: Fidia Haya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 3 Sakitnya diabaikan

Malam itu, di kamar kostnya yang sempit. Bening mencoba tidur. Seharian Evan rewel dan sedikit menyusu. Sembari menggendong Evan, ia sandarkan punggungnya ke tembok. Matanya terkantuk – kantuk, sedangkan mulutnya menyanyikan lagu penghantar tidur. Nadanya semakin lama semakin lirih dan terdengar seperti orang yang sedang mengigau.

Nina bobo, oh nina bobo.

Kalau tidak bobo. Digigit nyamuk.

Baru saja ia tertidur, dia bermimpi ada api yang menjilat badannya dengan beringas. Sontak wanita itu terjaga, ketika lengannya bersentuhan dengan kulit Evan. Badan Evan panas seperti bara api!

Bayinya panas tinggi! Muka bayinya merah, seperti udang rebus dan tampak sangat lemas “Ya Allah, Evan, kamu kenapa, Nak?” Buru – buru dia menyusuinya, bayi itu menolak.

Bening berdiri dan dengan kepanikan tinggi dia mencari obat penurun panas! Wanita itu kesal, obat Evan pasti tertinggal di rumah mamanya.

Buru – buru ia menuangkan air hangat dari termos di atas sapu tangan katun dan menempelkannya di kening Evan. Dengan hati pedih, Bening menunggu beberapa saat di samping putranya.

Tiap lima menit, tangan wanita itu menyentuh kening Evan. Panasnya belum turun! Bening semakin panik. Dia tak mau menunggu lebih lama dan bergegas mengambil tas dan kunci mobil. Kemudian melarikan bayinya ke rumah sakit seperti orang gila.

Sesampainya di Rumah Sakit Bunda. Bening seperti orang linglung, dia bergegas ke UGD dan menyerahkan bayinya ke seorang perawat yang berjaga.

Dokter wanita, berparas manis menyapanya.

“Anaknya keluhannya apa, Bu?” tanya Dokter yang bernama Tisya. Dia memiliki lesung pipi yang manis.

Bening tidak mendengar apapun! Wanita itu menunduk sedih. Betapa cerobohnya dia meninggalkan alat bantu dengarnya di kos. Ia lalu mengetik cepat di layar ponsel dan memberikannya pada Dokter itu.

Maaf saya tuli. Tolong bantu saya, bayi saya panas. Saya tidak tahu kenapa…

Dokter Tisya tertegun beberapa saat. Setelah itu dia memeriksa Evan, wajah manisnya berubah tegang. Kemudian terjadi kehebohan ketika Dokter Tisya melakukan PCR pada Evan. Semua perawat berlari membawa peralatan dan meminta Bening mundur. Salah satu perawat lalu menutup tirai berwarna hijau tersebut.

Ketakutan kehilangan anaknya menjalari tubuh Bening. Sendirian dan menyaksikan bayinya sekarat di rumah sakit membuat batinnya rapuh. Dia menekan dadanya kuat -kuat dan berusaha untuk tetap berdiri. “Jangan pergi, Nak. Jangan tinggalkan Mama sendirian.” ratapnya nelangsa. Seribu penyesalan menghantam dirinya. Kenapa ia dilahirkan tuli, sehingga dia tidak tahu apa yang terjadi dengan anaknya sekarang.

Dokter Tisya membuka tirai dan mengetik sesuatu. Setelah itu memberikannya pada Bening.

Apakah ada keluarga Ibu Bening yang bisa kami hubungi

Bening mengangguk. Dia lalu memberikan nomor mamanya. Wajah perempuan itu pucat pasi seperti mayat, tatapannya kosong menatap tirai hijau di depannya. “Evan… Evan…”

Seorang perawat perempuan mendekatinya. Dia memberikan minuman pada Bening dan memberinya tempat duduk.

Sejam kemudian. Bening dipeluk dari belakang.

Bening menoleh, dan melihat kedua orang tuanya datang bersama Elang adiknya.

“Bening anakku! Mana Evan? Kenapa bisa jadi begini?” Iswati menangis sesenggukan memeluk anaknya.

Tangis Bening tumpah ruah. “Ma….” Perempuan itu kemudian pingsan.

***

Dua hari kemudian. Setelah mengambil alat bantu dengarnya. Dengan hati mendidih, Bening mendatangi Ibra di kantornya. Tanpa mengucap salam pada staf resepsionis, wanita itu langsung naik ke lantai dua, di mana ruangan CEO berada.

“Maaf, Bu… Pak Ibra sedang ada meeting,” cegah Ela. Dia mencoba mengejar Bening ke tangga.

“Ini keadaan darurat. Saya mau menemui suami saya!” kata Bening ketus dan terus melangkahkan kakinya menuju ruangan Ibra.

“Saya mengerti, Bu, tolong tunggu sebentar, biar saya menghubungi Ibu Intan dulu.”

“Tidak perlu! Saya mau bertemu suami saya sekarang. Anak saya sakit keras di rumah sakit!” teriak Bening emosi.

Intan yang berada di dalam mendengar suara Bening. Wanita itu keluar dan tercengang saat melihat penampilan Bening.

Rambutnya berantakan, ntah berapa hari tidak tersentuh sisir, lingkaran hitam menghiasi wajahnya dan kemeja yang ia pakai bau anyir ASI.

“Apa kamu mau mempermalukan Pak Ibra di depan tamunya? Pak Ibra sedang meeting! Dan lihat penampilan itu, sangat menjijikkan!” kata Intan. Kedua tangannya bersilang di depan dada.

“Ela! Cepat panggilkan satpam dan usir wanita ini!”

“Tapi, Bu. Ibu Bening istri Pak Ibra…” Ela menjadi serba salah. Intan adalah orang kepercayaan Ibra dan Bening adalah istri bosnya.

Mata Bening berkaca – kaca diusir oleh sahabat yang ia tolong dulu. “Evan sakit keras, ijinkan aku bertemu dengan Mas Ibra sebentar. Dia harus melihat anaknya.” Ia mengiba – iba.

Intan mengibaskan tangan Bening. “Ela, cepat lakukan apa yang saya perintahkan! Atau saya minta Pak Ibra memecat kamu!”

Bersamaan dengan itu, pintu kantor Ibra terbuka, seorang lelaki keluar dan Ibra berada di belakangnya.

Bening langsung bereaksi menghampiri Ibra tapi seorang satpam membekuknya.

“Maaf pak Ibra, ada orang gila masuk ke sini, saya mencoba mencegahnya, tapi dia terlalu gesit,” tukas Intan. Matanya mencibir pada Bening. “Tolong bawa keluar wanita itu, Pak!” perintahnya.

Bening berontak, kakinya menerjang ke mana – mana.

“Mas Ibra, Evan kritis di rumah sakit. Tolong jenguk dia, Mas. Siapa tahu dia sembuh!” teriak Bening lantang. Ia tak peduli meski Intan melotot kepadanya.

Ibra sama sekali tak memedulikan Bening, ia hanya melihat wanita itu sekilas.

“Siapa wanita itu Pak Ibra?” tanya Kama, tamunya Ibra.

“Saya tidak tahu, Pak. Mari, saya antarkan ke depan.”

Bening menelan rasa sakit hati diabaikan oleh suaminyaa. Dia, tetap berteriak hingga urat – uratnya menonjol keluar. ”Mas, tolong kasihani Evan, dia anakmu dan sekarang dia butuh uang banyak.” Akalnya berpikir bagaimana melepaskan tangannya dari cengkraman sang satpam.

Kemudian…

“Aww!” jerit sang satpam. Dia melepaskan tangannya setelah Bening melakukan atraksi dan menggigit tangannya.

Bening belari mencari Ibra. Pikirannya hanya satu, ia mau berbicara dengan Ibra empat mata. Di pelataran gedung, mata Bening jelalatan mencari Ibra. Kemana lelaki itu? keluhnya sedih.

Ibra tiba – tiba berada di samping Bening. Dengan kasar dia menarik lengan perempuan itu ke sebuah gang buntu tak jauh dari kantor Ibra.

Dengan bengis, lelaki itu menampar Bening berkali – kali hingga Bening terhuyun. “Rasakan! Ini akibat kamu telah mempermalukan aku di depan tamuku!”

“Ampun, Mas… ampun! Aku hanya mau memberitahumu Evan sakit!” mata Bening bersimbah air mata, ia berusaha menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Lantas, kedua tangan Ibra memegang kepala Bening dan mendekatkan wajahnya.

“Aku tidak peduli meski bayi setan dan kamu mati!” Ibra meludahi muka Bening. CUH!

Selanjutnya dia menarik alat bantu dengar yang terpasang di telinga wanita itu, kemudian menginjaknya hingga hancur.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fidia Haya
Halo apapun komennya, terima kasih. have a good day.
goodnovel comment avatar
amymende
makin kesini makin bego bacanya eh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 4 Sebuah keputusan

    Bab 4 Sebuah keputusanBening membuka mata, dan terkejut saat ia benar - benar sadar, dirinya berada di ranjang rumah sakit, dengan jarum infus menancap di pergelangan tangan kirinya. Bagaimana aku bisa sampai di sini? Disusul ingatannya pada Evan, bayinya!Secepat kilat Bening bangun. Tangannya menarik paksa selang infus di pergelangan tangannya yang membuat darah segar keluar dari bekas infus. Ia tidak peduli! Buru – buru ia membuka pintu kamar dan melihat wajah lelaki yang tak ia kenal muncul di depan pintu.“Kamu mau ke mana?” tanya pemuda manis itu. Tangannya membawa tas kain berwarna hitam.Bening mundur beberapa langkah dan mencoba mencerna perkataan lelaki itu dari mimik bibirnya.“Evan… bayiku!” Bening lalu menerobos lelaki itu dan berlari sekencang – kencangnya. Ia mau melihat bayinya.“Hey… tunggu!” Lelaki itu mengejar Bening dan berhasil menangkapnya di lorong rumah sakit. Ia memeluknya kuat – kuat.“Lepaskan! Lepaskan!” Bening memberontak, mencoba melepaskan pelukan lelak

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 5 Aku Mau Kamu Menderita

    Bab 5 Aku Mau Kamu MenderitaSiang itu, sinar matahari begitu terik. Setelah memarkir motornya, Bening bergegas menuju lobbi Hotel Frangipani. Siang itu dia ada janji meeting dengan client.Tiba – tiba, mata Bening tersangkut pada lelaki yang tengah berjalan menuju mobil HRV berwarna putih. Mata perempuan itu menyipit. Ibra!! Perempuan itu lalu membelokkan langkah dan bersembunyi di belakang mobil tersebut,Saat Ibra hendak membuka pintu. Cepat – cepat kaki Bening menahannya.“Mau apa kamu di sini, Heh!” tanya Ibra kaku. Matanya seperti melihat setan saat melihat istrinya.“Aku mau kita bercerai dan tolong tinggalkan rumahku segera!” kata Bening tegas. Ego wanita itu tersulut. Semua urat sarafnya menegang. Mukanya merah menahan amarah yang siap meledak setelah tiga bulan ia bisa menemui Ibra secara tak sengaja di pelataran hotel.Ibra berupaya mengimbangi energy Bening yang marah. Ia mengusap – usap dagunya pelan, dan tersenyum sinis. Tatapannya menantang bahkan terkesan mengejek. “Ba

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 6 Bertemu dengan sang penolong

    Bab 6 Bertemu dengan sang penolongSementara Bening, tergopoh – gopoh masuk ke Café Amour yang berada di dalam Hotel Frangipani.“Stop Bening!” kata Kama dengan suara berat.Bening berhenti dan kaget ada yang memanggil namanya. Perempuan itu menoleh ke belakang dan melihat lelaki yang menolongnya barusan berdiri satu meter di belakangnya.“Bagaimana bisa kamu menjatuhkan portfoliomu? Padahal kamu butuh presentasi pada Ibu Tita Maheswara.” Kama memberikan portfolio itu pada Bening.“Maaf, saya mungkin menjatuhkannya tadi sewaktu berdebat dengan suami saya?” kata Beming sambil menunduk. “Tapi, bagaimana Anda tahu saya mau bertemu dengan Ibu Tita Mahewara?” tanyanya curiga.Lelaki itu melempar senyuman manis. Dia memberikan kartu namanya. “Saya Kama, adik kandung Ibu Tita, client yang rencananya bertemu dengan Anda hari ini.” Dia lalu mengajak Bening masuk ke Café Amour dan mengambil tempat duduk di hadapan Bening. “Kakak saya masih terjebak macet.”Bening tidak serta merta menjawab. Ia

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 7 Tuduhan membabi buta

    Bab 7 Tuduhan membabi butaSementara itu Bening, waspada, matanya tak lepas dari kaca spion. Ia tahu, Ibra mengikutinya semenjak keluar Hotel Frangipani. Setelah merasa aman, barulah dia memutar motornya menuju Joli Flower.Jam waktu itu menjelang magrib, Ismail dan Tanto sedang memasukkan bunga – bunga segar ke dalam toko. Hari ini, toko mereka tidak begitu sibuk. Ada 10 orderan rangkaian bunga dan sudah dikirim siang tadi.“Malam…” sapa Bening, dia lalu masuk ke dalam kantornya yang tak begitu luas.“Malam, Mba Bening. Kami mau pulang dulu, ya,” pamit Tanto, setelah selesai memasukkan semua bunga ke dalam. Lelaki kemayu itu memakai kuteks berwarna merah.“Silahkan, saya mau di sini sebentar.” Bening melihat Tanto dan Ismail. “Awal bulan depan, Joli Flower menangani pernikahan anak Ibu Tieta Maheswara. Dia salah satu anak konglomerat dan pertanda baik bagi kita. Saya berjanji mau memberikan bonus dua kali lipat gaji pada kalian, tiap kita mendapatkan order besar, asal kalian giat bek

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 8 Bangkrut

    Bab 8 BangkrutIbra bangun dan melihat Kama Maheswara sedang membantu Bening.“Pak Kama? Ini masalah saya, Anda jangan turut campur!” bentak Ibra gusar. Ia tak habis pikir, kenapa laki – laki itu selalu ada dan membela Bening.Alih – alih menjawab pertanyaan Ibra, Kama justru bertanya pada Bening. “Apakah kamu baik – baik saja!”Bening mengangguk.Merasa diabaikan Ibra semakin galak. “Pak Kama, saya bertanya pada Anda, kenapa Anda di sini!! Apakah Anda menguntit istri saya!”Sejurus kemudian Kama mengangkat alisnya ke atas. “Saya mau melindungi wanita yang disakiti suaminya. Anda sudah memukulinya berkali – kali, kan. Termasuk di gang dekat kantor Anda. Saya melihatnya dan itu salah satu penyebab, kenapa saya tidak mau bekerja sama dengan Anda!”Kama memandang Ibra dengan tatapan sinis. “Saya melihat partner itu dari bagaimana mereka memperlakukan orang sekitarnya, terutama keluarganya.”Ibra tercengang. Mukanya merah menahan malu. Ia berbalik dan melangkah pergi.“Hei, kembalikan dul

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 9 Kejutan di pagi hari

    Bab 9 Kejutan di pagi hariBening menggigit bibir bawahnya, getir. Diakuinya asumsi Elang beralasan.Iswati bergeming, ia lalu duduk di samping suaminya. “Pa, apa benar begitu?” Ia tak dapat menyembunyikan garis – garis ketegangan di wajahnya kentara sekali.Gatot yang mulai tadi mendengarkan percakapan anak dan istrinya menjawab dengan suara gamang. “Ngomong – ngomong, di mana sertifikat rumahmu?”JRENGBening terkesiap! Lidahnya mendadak kelu. Tangannya mulai berkeringat, membayangkan hal buruk yang akan terjadi. Ia sama sekali tidak kepikiran untuk membawa atau mengambilnya. “Ada di brangkas rumah.”Tubuh Iswati semakin menegang. Ketakutan mulai merayap di dadanya, mengingat, ia tahu, bagaimana pengorbanan Bening untuk membeli rumah tersebut. “Apa Ibra tahu password brankasnya?” Pertanyaan konyol yang ia tanyakan. Ibra dan Bening pernah serumah dan status mereka suami istri. Tapi tetap saja ia menginginkan jawaban yang berbeda dari anaknya.Bening mengangguk lemah. “Di sana juga ad

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 10 Tanda tangan palsu

    Bab 10 Tanda tangan palsu“Jangan asal ngomong kamu ya, ini rumah saya, enak sekali kamu mengaku – ngaku rumah orang!” protes si ibu berdaster itu.Pak Alwi menautkan kedua alisnya. “Tolong jangan ribut. Jika kalian terus ribut, kita tak bisa mengetahui duduk perkaranya. Sebaiknya kita duduk dan membicarakan masalah ini baik – baik,” pintanya bijakKe lima orang itu lalu duduk di ruang tamu.“Coba jelaskan Pak Rahman, bagaimana Anda bisa menuduh Ibu Bening dan adiknya pencuri di sini?”Pak Rahman – pria bersarung itu menceritakan kronologisnya. “Jadi begitu ceritanya, Pak.”Pak Alwi manggut – manggut. Dia melihat ke Bening yang tampak cemas. “Sekarang, tolong gantian Ibu Bening yang bercerita, biar saya tidak salah paham.”Bening menarik napas dalam – dalam sebelum bicara. “Rumah ini adalah rumah saya, Pak RT. Saya membelinya saat masih lajang, sebelum menikah dengan Mas Ibra. Beberapa bulan lalu, perkawinan kami diterpa badai. Mas Ibra dan selingkuhannya, Intan mengusir saya bersama

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 11 Melabrak Besan

    Bab 11 Melabrak Besan“Lho, kok nanya saya, memangnya situ tidak punya anak, tanya dong sama Bening, kok jauh – jauh datang ke sini menanyakan di mana anak lanang saya?” Tangan Herni merapikan rambutnya. “Ibu Besan, jangan asal menuduh anak saya, menjual rumah Bening dengan tanda tangan palsu. Buktinya mana? Apa Ibu Besan tidak takut saya melaporkan Ibu Besan karena mencemarkan nama baik keluarga terpandang saya.”Iswati gemas sekali dengan jawaban besannya. “Untuk apa saya jauh – jauh datang ke sini, kalau Bening tahu di mana Ibra? Apa Ibu tahu apa yang dilakukan Ibra? Apa Ibu pernah kepikiran untuk menengok Evan? Ini sudah 6 bulan lho, saya belum pernah lihat Ibu datang menengoknya.”Iswati menarik napas panjang, sebelum melanjutkan kalimatnya. “Oh ya, saya lupa, Ibu Besan sibuk sekali shopping dan jalan – jalan ke Luar Negeri bersama teman – teman sosialita, menghabiskan uang anak dan menantunya. Hingga tidak tahu Ibra selingkuh dengan Intan asistennya! Asal Ibu tahu, Ibra telah me

Bab terbaru

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 121 Last episode - Immortality

    Bab 121 Last episode - Immortality “Cukup, Kak, cukup. Stop mentololkan keluarga saya!” Sesabar – sabarnya Bening, hatinya panas mendengar Tita menyebut keluarganya bodoh. Kebencian kakak iparnya itu kian menjadi, setelah tahu Dinda berniat bunuh diri, kemudian memutuskan hengkang dari rumah Tita, dan memilih tinggal bersama kakeknya di Gunung Gajah. Sementara Arum lebih suka tinggal bersama Kama dan Bening. “Kenapa? Ini mulut saya dan saya bebas mengatakan apa yang saya mau. Keluarga kamu memang tolol, dan mau pansos pada keluarga kami. Puas!!” Sorot mata Tita penuh kebencian saat mereka mau ON AIR di salah satu stasiun televisi. Sekonyong – konyong, tangan Tita mengambil gunting dari balik bajunya, dan secepat kilat merobek gaun Bening. Saat Bening belum sepenuhnya sadar, perempuan itu lalu menarik rambut panjang Bening, kemudian dengan bengis memotongnya sangat pendek. “Ya ampun!” teriak beberapa kru yang melihat setengah rambut Bening terlempar lepas ke lantai. Mereka tidak

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 120 Morning call

    Bab 120 Morning call“Kak… aku mau menikahi Dinda.”Sontak donat yang ada dalam mulut Bening muncrat keluar. Dia menoleh dan menatap bola mata adiknya tak percaya. “Kejutan apa lagi ini, Lang?” tanyanya kaget.Wanita itu ingat, saat Andini meninggalkan Elang, lelaki itu terpuruk dan berpikir tidak mau menikah lagi. Eh, sekarang tiba – tiba dia bilang mau menikahi keponakan Kama. Hatinya dag – dig – dug. Ketakutan yang selama ia simpan, terjadi juga.Elang duduk dengan santai di kursinya.“Salah satu alasannya adalah Kanaya, dia butuh sosok Ibu. Walaupun aku tahu, Mama dan Kakak sangat sayang kepadanya. Tapi, Kanaya butuh real mom, dan aku pikir Dinda adalah wanita tepat untuk Kanaya. Dia sangat sayang pada Kanaya.”“Apa kamu sudah memberitahu Mama soal ini?” tanya Bening. Donat bedak kesukaannya tak lagi membuatnya bergairah.Elang tersenyun nakal. Sifat isengnya mulai tumbuh. “Justru karena itu, aku bilang sama Kakak, supaya Kakak mau membantuku bilang sama Mama. Please… hanya Kakak

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 119 Forgiving

    Bab 119 Forgiving“When a deep injury is done to us, we never recover until we forgive.” – Alan Paton“Aku benci Ibra! Aku muak melihat laki – laki itu!” Bening meremas – remas tangannya. “Tolong jangan pinta aku untuk menemuinya!” Bening benar – benar marah saat Kama tiba – tiba mengajaknya ke rumah sakit untuk menjenguk mantan suaminya itu.Bening masuk ke dalam kamar, dan menenggelamkan mukanya di bantal. Air matanya tumpah teringat dengan semua yang dilakukan Ibra.Kama menarik napas panjang, kemudian duduk di tepi ranjang, sembari mengelus kepala Bening.“Sayang, aku paham dengan kemarahanmu. Tapi Ibra menunggumu, aku tidak tega melihat dia selalu memanggil namamu.”Bening bangun dan duduk di sebelah Ibra. Air matanya meluncur deras. “Hatiku sakit Kama! Ibra sangat jahat kepadaku dan Evan, biarkan saja dia menanggung karmanya!”Kama memeluk dan mengecup kening Bening. “Aku mengerti sayang. Hanya saja, tak ada salahnya memafkan orang yang telah menyakiti hati kita. Ibra sudah mend

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 118 The last wish

    Bab 118 The last wish “Tolong beritahu Kak Bening, Mas Ibra sekarat dan ingin sekali bertemu dengannya.” Intan memegang kedua lengan Atun dengan kuat. Setelah dia menceritakan semua yang terjadi. Atun menggeleng. “Maaf Jeng, aku tak bisa. Aku takut Ibu Bening marah kepadaku. Kamu tahu kan, apa yang telah kakakmu lakukan pada Ibu Bening?” Dia khawatir, permintaan itu akan memporak – porandakan kebahagiaan Bening. Ajeng tidak mau perjalanannya sia - sia. “Aku tahu Mba, kakakku memang brengsek, dia telah menghancurkan hidup Kak Bening, tapi tolong Mba Atun, beritahu Kak Bening, bahwasannya kakakku mau meninggal dengan tenang. Aku tahu, selama ini dia menunggu Kak Bening. Mungkin dia mau meminta maaf sama Kak Bening langsung.” Terburu – buru Ajeng mengambil ponsel yang disembunyikan di dalam kantung celananya bagian dalam. “Kalau tidak percaya, lihatlah, lihatlah video ini.” Ajeng memutar video tentang kakaknya. Atun tercekat melihat kondisi Ibra yang sangat mengenaskan. Timbul rasa

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 117 A sweet kiss

    Bab 117 A sweet kiss“Sial!!” Suara gedoran pintu itu membuyarkan kenikmatan Kama yang hampir mencapai puncak nirvana. Dia menghentikan gerakannya.“Buka dulu sayang, siapa tahu penting,” kata Bening, mengusap peluh di kening Kama yang berada di atasnya.Muka Kama cemberut, kelihatan kesal sekali dengan gangguan yang ditimbulkan pagi itu. “Biarkan saja. Kita lanjutkan saja permainan kita. Tanggung!” Tangannya menarik selimut dan menutupi tubuhnya dan Bening.Laki – laki itu kemudian memagut bibir Bening, mengulumnya dengan lembut, kemudian melakukan gerakan lamban naik – turun tapi dengan intense, seirama dengan alunan instrument piano yang mengalun lembut. “Kama… kama apa kamu ada di dalam? Tolong buka pintunya sebentar. Kakak mau bicara.” Dengan tak sabar, Tita menggedor – gedor pintu kamar Kama.“Ibu Tita, maaf, tolong jangan ganggu Bapak dan Ibu dulu, mereka mungkin masih tidur,” kata Atun. “Ibu silahkan tunggu dan duduk dulu di situ.”“Hey… diam kamu!” bentak Tita kasar. “Saya i

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 116 A slice of life

    Bab 116 A slice of life“Oh my God! Meskipun kamu sudah menjadi istri sah Kama, saya tidak sudi dekat – dekat dengan kamu!” ucap Tita songong, saat Bening menyambangi rumahnya siang itu dengan membawa makanan.Kebencian perempuan itu pada Bening telah membuatnya menjadi perempuan buruk, hingga melupakan etika sebagai tuan rumah, dan membiarkan Bening berdiri dari 10 menit lalu.Telinga Anggi yang mendengarnya turut panas, ekor matanya melirik Bening yang berdiri dengan tegar dan tatapan teduh.“Tidak apa – apa, Kak, saya mengerti. Tujuan saya ke sini, selain untuk menjenguk Kakak, saya mau mengajak Kakak untuk menemui Ibu Irina, pekan ini. Beliau ingin sekali bertemu dengan Kakak ipar saya, sekaligus ingin mengajak Kakak bergabung dalam paguyuban Empowering Woman.” Intonasi suara Bening sangat tenang, dan tampak sangat professional menguasai emosinya. “Email resminya, nanti akan dikirim oleh Meli Sudrajat – sekretaris beliau.”Dagu Tita mendongak, sedang tangannya melipat ke depan dad

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 115 A perfect wedding

    Bab 115 A perfect wedding “Tidak! Tidak! Saya tidak setuju dengan pernikahan mendadak ini!” Iswati melipat kedua tangannya ke depan. Dia memaksa tersenyum. “Saya paham kalian orang kaya dan bisa melakukan semua yang kalian mau, tapi tidak pada anak saya.” Terlihat jelas Iswati melindungi keluarganya. “Halah sok, paling juga menginginkan pernikahan mewah tujuh hari tujuh malam, supaya bisa disombongin ke media sosial,” celetuk Tita dengan mulut mencibir. “Cukup Ibu Tita, saya mendengar apa yang Anda katakan! Saya memang tidak seberuntung kalian, tapi seujung kuku pun, saya tidak berniat pansos kepada Kama!” balik Bening. Dia menatap tajam mata Tita. Tita kaget dengan keberanian Bening menyanggah perkataannya. Wanita yang dianggapnya lemah itu ternyata pemberani. “Stop! Papa minta tolong jaga sikapmu.” Sapto memperingatkan Tita. Dia kemudian menghadap ke Iswati dan Gatot. “Maaf jika sikap saya menyinggung keluarga Pak Gatot. Masalahnya, menurut pendapat saya, lebih baik menyegerak

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 14 Agreement

    Bab 14 Agreement “Sebelum istri saya meninggal, dia telah menyiapkan perhiasan buat istri Kama. Tolong terima ini, sebagai tanda pengikat dari Kama.” Sapto melihat orang tua Bening dengan mata lembut. Asisten Sapto kemudian meletakkan kotak kayu berukir di atas meja, dan membukanya. Kedua mata Gatot dan Iswati terbelalak melihat isi kotak tersebut. Di dalamnya terdapat perhiasan lengkap mulai, cincin hingga kalung bertahtakan berlian. Iswati yang duduk di samping suaminya, menelan ludah yang mendadak kering. Sebagai perempuan tak bisa dipungkiri dia terkesima dengan perhiasan seindah itu. Dalam hati dia menaksir harganya mencapai milyaran. Dia ngeri menbayangkan berapa jumlah kekayaan orang tua Kama, sehingga begitu mudahnya memberikan perhiasan dengan harga fantastic. Sementara Bening, terlihat duduk dengan anggun sambil memangku Evan. Kemilau perhiasan itu sama sekali tidak menggetarkan hatinya. “Maaf, Pak, bukannya saya lancang, tidak menghargai niat baik Bapak Sapto. Tapi,

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 113 Fools

    Bab 113 Fools “Katakan sejujurnya Andini, apa benar Kanaya itu bukan anak kamu dan Elang?” desak Bening saat menemui sahabatnya itu di rumahnya. Ia sengaja datang ke rumah Andini pagi – pagi sekali. Andini yang masih memakai jubah tidurnya, tanpa ragu menuang anggur putih ke dalam kristalnya yang mahal. Kemudian dia duduk di seberang Bening. Mulutnya yang habis di filler menyesap anggur putih itu dengan nikmat. “Iya. Amir meninggalkan aku setelah mengetahui diriku hamil.” Wanita cantik itu membasahi bibir bawahnya. “Saat itu aku panik, aku takut menambah dosa, jika aku menggugurkan Kanaya. Maka, ketika Elang menawarkan pernikahan. Kuanggap itu jalan ninjaku untuk menyelamatkan muka. Dari awal aku berniat meninggalkan Elang setelah Kanaya lahir.” “Lantas, apa kamu bisa menjelaskan tentang Elang yang mengidam itu?” tanya Bening dengan mata berkilat. Ia tahu Elang sempat drop saat awal Andini hamil. “Aku mensugesti Elang, itu saja.” Dengan santai Andini menyesap anggur putihnya, dan

DMCA.com Protection Status