“Apakah kamu ingin bicara denganku?” tanya Inggrid mendekati kakaknya yang sedang bersantai di ruang keluarga di kediaman Jackson.“Bagaimana keadaanmu? apakah kamu masih demam?” Richard balik bertanya.“Sudah jauh lebih baik, aku sudah tidak demam lagi,” jawab Inggrid.“Kemarilah! Aku ingin memperlihatkan sesuatu padamu,” ujar Richard yang kemudian beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati sebuah lemari kaca yang ada di ujung ruangan, Inggrid pun mengikuti kepergian kakaknya itu.Setelah keduanya berdiri di depan lemari tersebut, terlihatlah sebuah peta yang terpasang di sana. “Bukankah itu peta Woodstock?” Inggrid memastikan apa yang dia lihat.“Benar sekali. Secara garis besar, Woodstock terbagi menjadi empat bagian. Bagian pertama yang paling luas adalah peternakan keluarga Hogan yang sekarang dikelola oleh kakak Kimberly, Axton Hogan. Bagian kedua yang luasnya hampir sama adalah peternakan milik keluarga kita, keluarga Jackson.”Richard memberi jeda pada perkataannya d
Inggrid meremas jari tangannya mendengar rencana Kimberly yang sedang menjodohkan kakaknya dengan Marilyn. Ada perasaan tidak rela jika wanita itu tinggal dan menginap di rumah Axton.Bagaimana jika mereka terjebak dalam satu keadaan yang membuat mereka tidur bersama? Tetapi bukankah Kimberly memang mengharapkan hal itu terjadi?Inggrid terlihat gelisah dan cemas akan hal itu, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa berdiam membeku dengan mulut bungkam.“Kenapa Marilyn harus menjadi tanggung jawabku? Bukankah dia tamumu? Jika tahu kamar di sini tidak cukup, seharusnya kamu tidak mengajaknya,” sanggah Axton yang keberatan dengan permintaan Kimberly.Tidak ingin menanggapi Axton dengan perdebatan, Kimberly memasang wajah memelas. “Maafkan aku, aku yang salah. Sekarang aku harus mencari jalan keluar dari kesalahanku. Tidak mungkin aku membiarkan tamuku tidur di sofa. Jadi tolonglah aku Axton, please!” pinta Kimberly.“Marilyn bisa berbagi kamar denganku,” ucap Inggrid menawar
Axton memegangi keningnya sambil menatap pembukuan peternakan yang tidak menghasilkan apapun, padahal dia harus membayar cicilan bank yang menggunung akibat gagal panen, dampak dari kemarau panjang.Saat ini masalahnya sudah banyak, dia tidak ingin menambahnya lagi dengan memikirkan Inggrid. Hubungan mereka sudah kandas, seharusnya dia tidak perlu mempedulikan wanita itu lagi atau keadaan akan menjadi semakin rumit.Dia tidak ingin kehilangan peternakannya hanya karena pikirannya teralihkan dengan masalah yang seharusnya sudah dia kubur lima tahun yang lalu.“Apakah kamu sibuk?” suara Marilyn membuat Axton mengalihkan tatapannya dari pembukuan peternakan yang buruk, dia menegakkan wajah menatap wanita yang menyapanya.“Ya, ada apa?” ujar Axton menanggapi pertanyaan Marilyn.“Apakah kamu baik-baik saja? wajahmu terlihat tidak segar dan tampak lelah.” Marilyn kemudian berjalan mendekati Axton karena merasa jika pria itu sedang dalam masalah.“Hanya masalah peternakan. Aku belum bisa mem
“Sepertinya itu tempat yang bagus,” seru Marilyn saat berkuda masuk ke hutan dan melihat bukit tempat dimana dulu Axton dan Inggrid sering menghabiskan waktu bersama.“Itu terlalu jauh, lagi pula di sana pemandangannya sama saja,” balas Axton yang tidak ingin tempat kesukaannya bersama Inggrid diketahui orang lain.“Tapi aku penasaran dengan tempat itu, kenapa kita tidak kesana saja? lagi pula ini masih terlalu pagi untuk kembali ke peternakan.”“Sebaiknya kita pulang saja,” tolak Axton kesal.“Kalau begitu, aku akan kesana sendiri,” Marilyn tetap pada pendiriannya dan memacu kudanya untuk pergi ke tempat yang dia inginkan.Axton mengumpat geram merespon sikap Marilyn, tetapi dia tidak bisa meninggalkan wanita itu begitu saja karena khawatir Marilyn akan tersesat. Dengan terpaksa, dia memacu kudanya dan mengikuti kepergian wanita itu.Axton yang awalnya tertinggal, akhirnya bisa mengejar Marilyn dan sampai ke atas bukit bersamaan. Mereka terkejut melihat seorang wanita sedang duduk di
Seorang pria tua yang biasanya bergelimang harta, kini duduk di rumah kayu kotor yang jauh dari keramaian seperti tikus yang bersembunyi tumpukan sampah yang lembab, kotor dan pengap.Dia tidak bisa lepas dari cerutu dan whisky karena hanya itu yang bisa mengalihkannya dari kebosanan. Dulu dia selalu memegang kendali, namun sekarang dia hanya bisa duduk manis menunggu kabar dari orang yang dia bayar untuk mendapatkan informasi tentang dunia luar, meminjam mata dan tangan orang lain untuk bisa bertindak.Sesekali pria tua itu terbatuk karena kesehatannya yang buruk. Meskipun begitu, kebencian dan dendam dalam dirinya tak berkurang sama sekali, malah semakin bertambah setiap harinya.Douglas mengutuk semua anggota keluarga Jackson dan Hogan yang telah membuat hidupnya menderita, bahkan dia harus meninggalkan rumah yang nyaman dan hangat untuk tinggal di tempat yang tidak layak untuk dijadikan tempat tingga.Dia sama sekali tidak sadar jika apa yang terjadi di dalam hidupnya adalah karen
“Akhirnya kamu pulang juga, Jonas sudah menunggumu dari tadi,” ujar Richard pada Inggrid saat menemani Jonas mengobrol santai. “Aku akan meninggalkan kalian agar kalian bisa bicara berdua,” lanjut Richard yang kemudian beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Inggrid berdua bersama Jonas.Jonas menatap Inggrid dengan senyum lebar. “Bagaimana kabarmu, Inggrid?”“Apa yang kamu lakukan di sini?” Inggrid balik bertanya dan mengabaikan pertanyaan Jonas.Jonas berdiri dan menghampirinya. “Apakah kita bisa keluar untuk mencari udara segar? Kita bisa bicara sambil menikmati pemandangan di sini.”Inggrid mengangguk setuju, lalu membuka pintu rumah mempersilahkan Jonas keluar terlebih dahulu. Dia mengajak Jonas berkeliling peternakan Jackson.“Peternakanmu sangat luas, pemandangan disini juga sangat indah, pantas saja kamu betah di sini. Richard bilang, pekerjaanmu di sini lancar dan kamu disukai oleh pekerjamu,” Jonas memulai percakapan.“Richard terlalu melebih-lebihkan, aku hanya sekedar d
Axton memutuskan untuk menyewa salah satu tenda yang ada di dekat daerah tersebut karena tidak memungkin mengajak Inggrid pulang dengan keadaannya sekarang.“Kamu mengajakku kemana?” tanya Inggrid ketika tahu jika Axton tidak mengajaknya pulang.“Aku menyewa tenda untukmu menginap malam ini. Richard dan Kimberly akan marah jika tahu keadaanmu sekarang, kamu sedang mencari masalah dengan membuat dirimu mabuk,” jawab Axton sambil memasukkan Inggrid ke sebuah tenda besar dengan tempat tidur di dalamnya.“Kamu yang membuatku mabuk,” ujar Inggrid menyalahkan Axton.“Jangan menyalahkan orang lain disaat kamu bersikap bodoh. Sekarang tidurlah! Aku di luar menjagamu.”“Kenapa kamu tidak menjagaku di sini?” pancing Inggrid membuat Axton terdiam sambil menatap wajah wanita itu.“Kamu akan menyesal jika aku menjagamu di sini,” Axton membalas perkataan Inggrid.Inggrid melingkarkan kedua tangannya ke leher Axton dan bergelayut manja di sana. Mata sayunya menatap wajah tampan yang selama ini dikag
Inggrid menggeliat di bawah kendali gairah yang Axton sulutkan, tubuhnya bergerak di atas pangkuan pria itu. Tangan Axton mencengkram pinggang Inggrid, membantunya bergerak dengan irama yang stabil.Udara di sekitar mereka berubah menjadi panas, keringat mulai terlihat di permukaan tubuh Inggrid membuatnya mengkilap dan menggoda.Mata Axton menatap penuh binar, dia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Inggrid dan mengecapnya di sana, menghirup aroma wangi tubuh Inggrid yang bercampur dengan keringat membuat gairah Axton semakin membara.Nafas Inggrid terengah di sela gerakannya, jantungnya berdetak kencang dengan sensasi luar biasa yang membuatnya melayang.Gerakan Inggrid terhenti ketika Axton menahan punggungnya, mendekap dan mendorong tubuhnya hingga keduanya terjatuh ke atas matras tebal dan hangat, tanpa melepaskan penyatuan mereka.Axton menindih Inggrid dan bergerak di atasnya, pinggulnya menari dengan indah di antara kedua kaki wanita itu. Tubuh Inggrid bergerak seirama deng
Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”
“Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t
“Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang
Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis
“Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah
Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak