Seorang pria tua yang biasanya bergelimang harta, kini duduk di rumah kayu kotor yang jauh dari keramaian seperti tikus yang bersembunyi tumpukan sampah yang lembab, kotor dan pengap.Dia tidak bisa lepas dari cerutu dan whisky karena hanya itu yang bisa mengalihkannya dari kebosanan. Dulu dia selalu memegang kendali, namun sekarang dia hanya bisa duduk manis menunggu kabar dari orang yang dia bayar untuk mendapatkan informasi tentang dunia luar, meminjam mata dan tangan orang lain untuk bisa bertindak.Sesekali pria tua itu terbatuk karena kesehatannya yang buruk. Meskipun begitu, kebencian dan dendam dalam dirinya tak berkurang sama sekali, malah semakin bertambah setiap harinya.Douglas mengutuk semua anggota keluarga Jackson dan Hogan yang telah membuat hidupnya menderita, bahkan dia harus meninggalkan rumah yang nyaman dan hangat untuk tinggal di tempat yang tidak layak untuk dijadikan tempat tingga.Dia sama sekali tidak sadar jika apa yang terjadi di dalam hidupnya adalah karen
“Akhirnya kamu pulang juga, Jonas sudah menunggumu dari tadi,” ujar Richard pada Inggrid saat menemani Jonas mengobrol santai. “Aku akan meninggalkan kalian agar kalian bisa bicara berdua,” lanjut Richard yang kemudian beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Inggrid berdua bersama Jonas.Jonas menatap Inggrid dengan senyum lebar. “Bagaimana kabarmu, Inggrid?”“Apa yang kamu lakukan di sini?” Inggrid balik bertanya dan mengabaikan pertanyaan Jonas.Jonas berdiri dan menghampirinya. “Apakah kita bisa keluar untuk mencari udara segar? Kita bisa bicara sambil menikmati pemandangan di sini.”Inggrid mengangguk setuju, lalu membuka pintu rumah mempersilahkan Jonas keluar terlebih dahulu. Dia mengajak Jonas berkeliling peternakan Jackson.“Peternakanmu sangat luas, pemandangan disini juga sangat indah, pantas saja kamu betah di sini. Richard bilang, pekerjaanmu di sini lancar dan kamu disukai oleh pekerjamu,” Jonas memulai percakapan.“Richard terlalu melebih-lebihkan, aku hanya sekedar d
Axton memutuskan untuk menyewa salah satu tenda yang ada di dekat daerah tersebut karena tidak memungkin mengajak Inggrid pulang dengan keadaannya sekarang.“Kamu mengajakku kemana?” tanya Inggrid ketika tahu jika Axton tidak mengajaknya pulang.“Aku menyewa tenda untukmu menginap malam ini. Richard dan Kimberly akan marah jika tahu keadaanmu sekarang, kamu sedang mencari masalah dengan membuat dirimu mabuk,” jawab Axton sambil memasukkan Inggrid ke sebuah tenda besar dengan tempat tidur di dalamnya.“Kamu yang membuatku mabuk,” ujar Inggrid menyalahkan Axton.“Jangan menyalahkan orang lain disaat kamu bersikap bodoh. Sekarang tidurlah! Aku di luar menjagamu.”“Kenapa kamu tidak menjagaku di sini?” pancing Inggrid membuat Axton terdiam sambil menatap wajah wanita itu.“Kamu akan menyesal jika aku menjagamu di sini,” Axton membalas perkataan Inggrid.Inggrid melingkarkan kedua tangannya ke leher Axton dan bergelayut manja di sana. Mata sayunya menatap wajah tampan yang selama ini dikag
Inggrid menggeliat di bawah kendali gairah yang Axton sulutkan, tubuhnya bergerak di atas pangkuan pria itu. Tangan Axton mencengkram pinggang Inggrid, membantunya bergerak dengan irama yang stabil.Udara di sekitar mereka berubah menjadi panas, keringat mulai terlihat di permukaan tubuh Inggrid membuatnya mengkilap dan menggoda.Mata Axton menatap penuh binar, dia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Inggrid dan mengecapnya di sana, menghirup aroma wangi tubuh Inggrid yang bercampur dengan keringat membuat gairah Axton semakin membara.Nafas Inggrid terengah di sela gerakannya, jantungnya berdetak kencang dengan sensasi luar biasa yang membuatnya melayang.Gerakan Inggrid terhenti ketika Axton menahan punggungnya, mendekap dan mendorong tubuhnya hingga keduanya terjatuh ke atas matras tebal dan hangat, tanpa melepaskan penyatuan mereka.Axton menindih Inggrid dan bergerak di atasnya, pinggulnya menari dengan indah di antara kedua kaki wanita itu. Tubuh Inggrid bergerak seirama deng
Inggrid mengusap dada Axton yang ditumbuhi rambut tipis, dia memainkan rambut itu lalu mengecupnya menggoda, membuat Axton mengerang. Axton mengusap punggung Inggrid lalu mengecup puncak kepalanya. “Maafkan aku membuatmu lelah.” “Jangan minta maaf padaku karena kamu tahu jika kita sama-sama menikmatinya.” Axton terkekeh mendengarnya hingga dadanya bergetar dan Inggrid bisa merasakan getaran tersebut. Inggrid kemudian menjauh dari dekapan pria itu lalu bergeser mengambil tas tangannya. Dia mengeluarkan dua cincin kayu yang disimpan di sana. Tanpa berkata apapun, dia menarik tangan Axton dan memakaikan cincin yang telah Axton buang itu, membuat pria itu terbelalak kaget. “Dari mana kamu mendapatkan ini?” tanyanya. “Aku meminta Richard menguras kolam untuk mendapatkannya kembali. Berjanjilah padaku untuk tidak melepas dan membuangnya lagi?” pinta Inggrid. “Maafkan aku. Aku berjanji tidak akan melepas dan membuangnya lagi,” ujar Axton kembali mengecup kening Inggrid. “Aku yakin Rich
“Apa yang kita lakukan di sini?” tanya Inggrid heran ketika Axton membawanya ke kota ke sebuah perkantoran yang ada di sana.“Mendaftarkan pernikahan kita,” jawab Axton sambil menarik Inggrid untuk membawanya masuk ke salah satu gedung yang ada di sana.“Apa ...?” seru Inggrid sambil melepaskan tangannya dari genggaman Axton. “Jangan bercanda!”Axton merengkuh pinggang Inggrid dan mendekatkan wajah tampannya. “Aku tidak akan bercanda untuk hal seperti ini.”Inggrid menatap manik mata pria itu dan tahu jika tatapan Axton penuh keseriusan. “Ini terlalu mendadak untukku, bahkan aku belum menyiapkan semuanya. Benarkah kamu ingin menikahiku dengan pakaian kadang?” ucapnya sambil menatap apa yang dia pakai.“Pakaian kandang yang kamu pakai terlihat bagus, aku menyukainya. Aku lebih suka kamu memakai pakaian ini dibanding dengan gaun indah yang tidak membuatmu nyaman. Penampilanmu sangat menggambarkan tentang apa yang aku sukai dan kehidupanku di peternakan. Jadi tidak ada alasan lagi bagimu
“Bisakah kamu menjaga adikku?” tanya Richard pada Axton ketika mereka bicara berdua.“Kamu bisa mengandalkanku untuk menjaga Inggrid,” jawab Axton menanggapi pertanyaan Richard.“Johana akan membunuhku jika tahu aku mempercayakan putrinya pada orang lain, tetapi Inggrid akan marah padaku jika aku melarangnya pergi,” Richard menceritakan tekanan dan dilema yang sedang dihadapi.“Jangan khawatir, aku yang akan bertanggung jawab penuh atas Inggrid. Sudah saatnya kamu mempercayakan pada orang lain untuk menjaganya.”Bukannya senang mendengar hal tersebut, Richard malah menoleh dan menatap Axton dengan tatapan penuh curiga. “Aku merasa ada hal yang kamu sembunyikan dariku,” celetuk Axton.“Itu hanya perasaanmu saja karena kamu begitu protektif pada adikmu dan aku bisa mengerti perasaanmu karena aku pernah merasakannya juga ketika kamu mendekati adikku,” sindir Axton.“Adikmu sangat berharga bagiku, dia wanita yang sangat istimewa,” puji Richard.“Adikmu juga sangat berharga bagiku,” balas
“Apa yang kamu dapatkan? kenapa sampai sekarang kamu belum membawa Inggrid padaku?” geram Douglas sambil menghisap cerutunya.“Pengamanan Inggrid sangat ketat, saya tidak bisa mendekatinya jika wanita itu terus berada di peternakan,” anak buah Douglas memberi alasan.“Bodoh! Kamu sudah lama mengawasinya, tapi tidak juga mendapatkan celah. Dimana otakmu? Apakah aku yang harus turun tangan sendiri?”“Saya sudah mendapatkan celah. Axton membawa Inggrid ke peternakan milik salah satu temannya yang selama ini bekerja sama mengelola kuda-kuda terbaik yang digunakan sebagai pacuan. Pengamanan di sana tidak seketat saat Inggrid berada di Woodstock.”“Kalau begitu, lakukan pekerjaanmu! Kenapa kamu masih di sini dan bicara omong kosong? Aku tidak butuh semua informasi yang kamu berikan jika itu tidak ada gunakan untuk bisa membawa Inggrid padaku.”Suara Douglas semakin meninggi karena kemarahan yang memuncak, membuat orang yang bicara padanya mengerut takut.Pria tua itu mungkin tidak memiliki
Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”
“Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t
“Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang
Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis
“Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah
Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak