“Apa yang kita lakukan di sini?” tanya Inggrid heran ketika Axton membawanya ke kota ke sebuah perkantoran yang ada di sana.“Mendaftarkan pernikahan kita,” jawab Axton sambil menarik Inggrid untuk membawanya masuk ke salah satu gedung yang ada di sana.“Apa ...?” seru Inggrid sambil melepaskan tangannya dari genggaman Axton. “Jangan bercanda!”Axton merengkuh pinggang Inggrid dan mendekatkan wajah tampannya. “Aku tidak akan bercanda untuk hal seperti ini.”Inggrid menatap manik mata pria itu dan tahu jika tatapan Axton penuh keseriusan. “Ini terlalu mendadak untukku, bahkan aku belum menyiapkan semuanya. Benarkah kamu ingin menikahiku dengan pakaian kadang?” ucapnya sambil menatap apa yang dia pakai.“Pakaian kandang yang kamu pakai terlihat bagus, aku menyukainya. Aku lebih suka kamu memakai pakaian ini dibanding dengan gaun indah yang tidak membuatmu nyaman. Penampilanmu sangat menggambarkan tentang apa yang aku sukai dan kehidupanku di peternakan. Jadi tidak ada alasan lagi bagimu
“Bisakah kamu menjaga adikku?” tanya Richard pada Axton ketika mereka bicara berdua.“Kamu bisa mengandalkanku untuk menjaga Inggrid,” jawab Axton menanggapi pertanyaan Richard.“Johana akan membunuhku jika tahu aku mempercayakan putrinya pada orang lain, tetapi Inggrid akan marah padaku jika aku melarangnya pergi,” Richard menceritakan tekanan dan dilema yang sedang dihadapi.“Jangan khawatir, aku yang akan bertanggung jawab penuh atas Inggrid. Sudah saatnya kamu mempercayakan pada orang lain untuk menjaganya.”Bukannya senang mendengar hal tersebut, Richard malah menoleh dan menatap Axton dengan tatapan penuh curiga. “Aku merasa ada hal yang kamu sembunyikan dariku,” celetuk Axton.“Itu hanya perasaanmu saja karena kamu begitu protektif pada adikmu dan aku bisa mengerti perasaanmu karena aku pernah merasakannya juga ketika kamu mendekati adikku,” sindir Axton.“Adikmu sangat berharga bagiku, dia wanita yang sangat istimewa,” puji Richard.“Adikmu juga sangat berharga bagiku,” balas
“Apa yang kamu dapatkan? kenapa sampai sekarang kamu belum membawa Inggrid padaku?” geram Douglas sambil menghisap cerutunya.“Pengamanan Inggrid sangat ketat, saya tidak bisa mendekatinya jika wanita itu terus berada di peternakan,” anak buah Douglas memberi alasan.“Bodoh! Kamu sudah lama mengawasinya, tapi tidak juga mendapatkan celah. Dimana otakmu? Apakah aku yang harus turun tangan sendiri?”“Saya sudah mendapatkan celah. Axton membawa Inggrid ke peternakan milik salah satu temannya yang selama ini bekerja sama mengelola kuda-kuda terbaik yang digunakan sebagai pacuan. Pengamanan di sana tidak seketat saat Inggrid berada di Woodstock.”“Kalau begitu, lakukan pekerjaanmu! Kenapa kamu masih di sini dan bicara omong kosong? Aku tidak butuh semua informasi yang kamu berikan jika itu tidak ada gunakan untuk bisa membawa Inggrid padaku.”Suara Douglas semakin meninggi karena kemarahan yang memuncak, membuat orang yang bicara padanya mengerut takut.Pria tua itu mungkin tidak memiliki
“Richard semalam menelepon, dia menanyakan kapan kita pulang,” ujar Inggrid yang masih bergelung malas di pelukan suaminya.“Pria itu memang tidak pernah membuatku tenang, sudah beruntung aku mengizinkan dia menikahi adikku, sekarang dia mengganggu kesenanganku,” geram Axton menanggapi sikap protektif Richard.Inggrid memukul dada telanjang Axton sambil menatap tajam suaminya itu. “Kamu juga menikahi adik Richard, posisi kalian satu sama jadi hilangkan perseturuan kalian selama ini.”Axton menggenggam tangan Inggrid lalu mengecupnya. “Mungkin keluarga Hogan dan Jackson memang sudah ditakdirkan untuk selalu bersama. Perselisihan yang terjadi selama ini bukannya membuat saling menjauh tetapi malah membuat keluarga kita semakin dekat.”“Kalau sudah takdir, kita hanya bisa mengikutinya saja,” balas Inggrid. “Jadi kapan kita akan pulang?” Inggrid kembali ke tema awal pembicaraan mereka.“Aku akan memilih kuda terlebih dahulu bersama William, untuk pengiriman bulan depan. Apakah kamu mau ik
Inggrid terbangun dengan kepala berdenyut dan rasa mual kembali menghantam perutnya. Pandangannya kabur sehingga dia tidak bisa melihat dengan jelas dimana dirinya berada. Dia mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha menjernihkan pandangannya.Dengan susah payah dia berusaha bangun, namun usahanya sia-sia. Dia ingin menggerakkan tangan dan kakinya yang terasa kaku, tetapi tidak bisa. Hal tersebut barulah membuat dia sadar jika tangan dan kakinya dalam keadaan terikat.Rasa panik langsung menyerangnya, dia mengedarkan pandangan dan melihat dinding kayu reyot mengelilinginya serta lantai kamar yang kotor menjadi pijakannya. Bahkan dia melihat tikus yang berlarian di sekelilingnya saking kotornya.Inggrid berteriak histeris dan ketakutan. Dia berseru meminta tolong, berharap ada yang mendengar teriakannya dan menolongnya.Tak lama kemudian pintu kamar terbuka, memberi harapan baru padanya. “Tolong aku! aku harus keluar dari tempat ini, suamiku akan mencariku dan dia akan membunuh siapap
Sadar jika percuma saja mengejar orang yang telah lari jauh tanpa tahu kemana perginya, Axton memutuskan untuk kembali ke tempat tinggal penculik itu.Dia memeriksa setiap sudut rumah dan ruangan yang ada di sana, membuka setiap lemari dan laci serta memeriksa tumpukan buku dan kertas yang berceceran berantakan dan kotor.Mencari sesuatu yang dia sendiri tidak tahu apa yang dicari, Axton hanya berharap mendapatkan sebuah petunjuk.Di tengah pencarian, mata elang Axton menangkap sobekan kertas yang ada di tempat sampah. Dia mengambilnya dan seringai pun terkembang di bibir, tampak jika Axton telah mendapatkan sebuah petunjuk.Sambil menggenggam sobekan kertas tersebut, Axton menemui orang kepercayaan Richard yang telah menunggunya.“Apakah Anda mendapatkan petunjuk?” tanya orang itu ketika melihat Axton keluar dari rumah.“Ya, aku mendapatkannya. Panggil pihak berwenang dan hubungi Richard untuk menyelidiki tempat ini. Aku tidak memiliki waktu menunggu Richard bertindak lebih lanjut, ”
Johana menangis histeris ketika mendapat kiriman kedua dari orang tidak dikenal yang berisi foto Inggrid yang tidak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka. “Aku tidak bisa menyelamatkan putriku,” serunya menyayat hati.“Hentikan tangisanmu, Johana! Belum tentu Inggrid sudah mati. Kita harus berpikir jernih disaat keadaan seperti ini,” tegur Richard yang melampiaskan kemarahannya karena sikap cengeng Johana. Wanita yang selalu tegar itu kini seperti kehilangan kekuatannya.Tak lama setelahnya, anak buah Richard datang untuk memberikan informasi. “Kita menemukan mayat, tetapi belum diketahui identitasnya karena masih dalam proses penyelidikan.”Johana yang mendengar informasi tersebut, langsung menghampiri orang kepercayaan Richard. “Apa dia Inggrid?” tanyanya dengan suara bergetar.Orang itu menggeleng, menjawab pertanyaan Johana. “Bukan Nyonya, mayatnya seorang pria dan kemungkinan dia ...” Perkataannya terputus ketika Kimberly ganti yang berlari mendapatkannya. “Apakah dia kakakku?”
Di tengah keputusasaan, harapan Axton muncul ketika melihat sebuah bayangan di balik asap yang mengepul pekat dan api yang berkobar di sekelilingnya.“Tolong …!” teriaknya berharap dirinya dan Inggrid ditemukan.“Aku ada disini …!” teriaknya lagi untuk memastikan jika orang yang ada di balik asap pekat itu mendengar teriakannya.Tak lama kemudian, seseorang muncul dari asap pekat itu dan perasaan lega seketika menyelimuti dirinya melihat orang tersebut adalah Richard.“Axton …!” seru Richard menerjang api yang mulai membumbung tinggi. Dia terkejut melihat keadaan Axton yang penuh luka. “Apa yang terjadi?” tanya Richard cemas.“Syukurlah kamu datang, tolong selamatkan Inggrid!” ujar Axton tak menanggapi perkataan Richard karena mereka tidak memiliki banyak waktu.Richard dengan cepat membawa Inggrid ke dalam gendongannya untuk menyelamatkan wanita itu. “Bagaimana denganmu? Apakah kamu bisa berdiri agar aku bisa membantumu keluar dari sini?”Axton berusaha untuk berdiri tetapi kembali t
Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”
“Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t
“Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang
Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis
“Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah
Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak