“Apakah kamu sedang pergi ke dokter kandungan untuk memeriksakan kandunganmu? Apakah Joseph bersamamu untuk mengantarmu? Kenapa kamu pergi sepagi ini, apakah ada masalah dengan kandunganmu?” Axton mencecar Kimberly dengan berbagai pertanyaan yang membuatnya malah semakin bungkam karena bingung pertanyaan mana yang harus dijawab terlebih dahulu.Kimberly melirik ke arah Richard sambil memikirkan jawaban apa yang akan dia berikan pada kakaknya. Dia menarik selimut untuk menutup ketertelanjangannya hingga ke dada dan duduk bersandar di pinggir ranjang.Awalnya Kimberly ingin berbohong pada Axton dan berkata sedang memeriksakan kandungannya, hal itu tampaknya lebih mudah untuk dikatakan. Namun setelah memikirkannya kembali, akan lebih baik jika dia bicara jujur sehingga masalah yang ada tidak semakin rumit.“Aku tidak sedang memeriksakan kandunganku, kemarin aku sudah ke dokter dan hasilnya baik-baik saja. Dokter mengatakan jika posisi bayiku sudah bagus dan aku sudah siap untuk melahirka
Richard terus menatap istrinya yang sedang membersihkan dan mengobati lukanya. Wanita itu terus diam, namun Richard tahu hati istrinya sedang bergejolak karena meninggalkan kakaknya begitu saja.Dia tidak ingin hati istrinya gusar karena harus memilih antara dirinya atau kakaknya. Ketika tangan Kimberly terulur untuk mengobati luka yang ada di wajahnya, Richard menghentikan tangan istrinya.“Pergilah! bicaralah dengan kakakmu. Aku tahu kamu tidak akan meninggalkanku apalagi mengakhiri pernikahan yang baru saja kita mulai kembali. Kita akan berjuang bersama untuk menghadapi semua tantangan yang menerpa pernikahan kita. Namun saat ini kamu butuh kakakmu karena dialah satu-satunya keluargamu.”“Bagaimana denganmu?” ucap Kimberly.“Aku dan Axton bukanlah pilihan yang harus kamu pilih salah satu. Kita bisa tetap bersama tanpa kamu harus menjauh dari Axton.”Air mata Kimberly seketika menetes mendengar perkataan suaminya. “Aku harus bicara dengan kakakku,” isaknya lirih.“Ya, susullah kakak
Kimberly menggandeng tangan Axton dengan senyum lebar, dia mengajak kakaknya untuk kembali ke tempat tinggalnya. Namun ketika sampai di teras rumah, langkah Axton terhenti melihat Richard yang berdiri di depan rumah untuk menyambut kedatangan istrinya. “Ada apa?” tanya Kimberly heran dengan sikap kakaknya. “Masuklah! aku akan kembali ke peternakan. Aku akan datang lagi nanti,” jawab Axton dengan tatapan tak bersahabat pada Richard. “Aku harap sikapmu pada Richard akan melembut suatu hari nanti,” ujar Kimberly yang tahu apa yang menyebabkan kakaknya enggan masuk ke rumahnya. “Aku hanya butuh waktu,” balas Axton singkat. Berusaha untuk mengerti perasaan kakaknya, Kimberly melepaskan tangan Axton. “Richard mengajakku tinggal bersama, kami akan datang ke peternakan sebelum kami pindah.” Axton mengangguk mengiyakan meskipun ada rasa kehilangan yang dia sembunyikan. “Datanglah ke peternakan sesukamu! Aku akan menunggumu datang.” Kimberly mengangguk lalu berjalan menjauh dari Axton men
“Pergilah temani Kimberly, dia membutuhkanmu,” ucap Johana pada Richard.Richard yang tidak ingin jauh dari istrinya segera pergi untuk menemui dan menemaninya. Kesempatan tersebut digunakan oleh Johana untuk bicara dengan Axton.Dengan tatapan tajam, wanita itu berjalan mendekati Axton. “Berikan cucuku padaku!” ucapnya dingin tak bersahabat.Tidak ingin mencari masalah dengan Johana, Axton menyerahkan keponakannya pada wanita itu. Namun bukan Johana namanya jika dia tidak mengintimidasi orang yang diajaknya bicara.“Sudah aku katakan bukan, aku akan merebut Kimberly darimu, dia akan menjadi milik Richard dan meninggalkanmu. Kegigihanku membuatku mendapatkan semua yang aku inginkan,” ucap Johana menyombongkan diri.Dia membalas dendam atas apa yang pernah Axton lakukan dengan menjauhkan Kimberly dari Richard dan bersikap kasar padanya.“Aku tidak akan kehilangan Kimberly, dia tetap adikku sampai kapan pun juga,” tegas Axton.“Tetap saja dia akan pergi dari rumahmu. Aku bersyukur dia a
Axton yang tidak bisa menolak permintaan Kimberly, memutuskan untuk datang ke acara yang diadakan oleh adiknya. Sesampainya di rumah Kimberly, suasana sudah ramai hingga membuat dirinya ragu untuk masuk.Dia hanya berdiri bersandar pada mobilnya menatap rumah megah dan indah yang Richard rancang untuk keluarga kecilnya. Hal itu cukup melegakan hatinya karena mengetahui jika Kimberly mendapat kehidupan yang baik.“Axton! Kamu sudah datang? Kenapa tidak segera masuk?” tegur Kimberly yang keluar dari pintu utama rumah mewah tersebut.“Di dalam sudah banyak orang, aku rasa aku tidak dibutuhkan lagi di sini,” balas Axton.Bibir Kimberly mengerucut kesal mendengar hal itu. “Aku sudah menunggumu dari tadi, aku kira kamu tidak menepati janjimu dan sengaja tidak datang ke pestaku. Acaraku tidak akan lengkap tanpamu.”“Apakah kamu bahagia, Kimberly?” tanya Axton memastikan keadaan adiknya.Senyum lebar langsung terkembang di bibir wanita itu. “Aku sangat bahagia, Richard memanjakanku dan member
Malam hari setelah pesta selesai, Axton memutuskan untuk langsung pulang, meskipun Kimberly telah melarangnya karena perjalanan jauh yang harus ditempuh.Axton berkeras dengan keputusannya karena dia tidak tahan lagi satu atap dengan keluarga Jackson terutama Johana yang terlihat mendiskriminasi dirinya. Dia menyakinkan Kimberly jika dirinya akan mencari penginapan jika mengantuk di perjalanan, membuat Kimberly akhirnya mengalah dan mengizinkannya pulang ke Woodstock.Padahal jika mau jujur, tubuhnya sudah sangat lelah dan rasanya sangat berbahaya untuk menempuh perjalanan yang cukup jauh.Kini setelah empat jam mengendarai mobilnya dan rasa lelah dan kantuk menyerang, dia menyesali keputusannya. Seharusnya dia menginap di tempat Kimberly atau mencari penginapan. Sekarang sudah hampir dini hari dan dirinya terjebak di jalan yang sepi, jauh dari jalan raya apalagi penginapan.“Aku tidak mungkin berhenti di sini, akan sangat berbahaya tidur di mobil dengan keadaan sepi dan gelap,” gumam
Axton terbangun di atas ranjang besar dan empuk, sprei putih menjadi alas dengan selimut tebal yang membuat tidurnya nyaman.Dia mengerjapkan mata beberapa kali dan baru menyadari jika dirinya tidak tidur di kamarnya sendiri, ingatannya mulai kembali ke malam dimana akhirnya dia bisa sampai di tempat ini.“Inggrid ...” gumam Axton mengingat nama wanita yang memberinya tumpangan.Sadar jika dirinya berada di rumah orang, Axton segera menyibak selimutnya dan turun dari ranjang. Dia berjalan mendekati jendela dan baru tahu jika matahari sudah cukup tinggi. Rasa lelah karena perjalanan jauh membuatnya tidur nyenyak dan kesiangan.Baru saja dirinya ingin beranjak ke kamar mandi, terlihat seorang wanita berjongkok di bawah terik matahari, mengisi pot-pot bunga dengan tanah dan menanam pohon ke dalamnya. Hal itu membuat Axton berdiri membeku dengan mata yang terus mengamati kegiatan wanita itu.Selama hidupnya, ratusan wanita cantik pernah dia lihat, beberapa juga pernah menjadi kekasihnya,
“Generatornya cukup rumit dan sedikit tua, akan kesulitan jika kamu tidak terbiasa memperbaikinya. Aku akan membantumu,” ujar Inggrid yang sudah terbiasa dengan generator tersebut.“Baiklah, tunjukkan di mana letak generatornya,” balas Axton sambil menyalakan flash ponsel sebagai penerang.Keduanya memutuskan untuk memeriksa generator itu bersama. Sesampainya di sana, asap putih terlihat mengepul di luar ruang generator.“Celaka, sepertinya generatornya terbakar,” seru Inggrid sambil berlari membuka pintu ruangan di mana generator itu berada dan terlihat apa yang dia katakan memang benar.“Apakah kamu memiliki cadangan?” tanya Axton yang melihat jika generator tersebut rusak parah.Inggrid menggeleng menjawab pertanyaan Axton.“Aku akan coba memeriksanya, siapa tahu aku bisa memperbaikinya,” ujar Axton yang kemudian masuk ke ruang generator dan Inggrid membantunya memberi pencahayaan serta mengambilkan alat yang Axton butuhkan.“Bagaimana? Apakah kamu bisa diperbaiki atau paling tidak
Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”
“Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t
“Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang
Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis
“Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah
Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak