“Saat kamu keluar untuk menelepon, aku bicara dengan dokter yang menangani lukaku dan dia bilang kita sudah bisa ...” Kimberly sengaja memotong perkataannya dan melanjutkannya dengan menggerakkan tangan mengusap dada suaminya, memberi kode jika mereka bisa bercinta dengan aman.Mata Richard berbinar senang mengetahuinya, dia langsung mengangkat tubuh Kimberly dan mendudukkannya di atas rak pakaian. “Aku rindu berada di dalammu, rasa hangat dan lembut itu menjadi candu bagiku.”Jantung Kimberly seketika berdetak kencang menunggu suaminya menyatukan miliknya, memenuhinya dengan kenikmatan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.“Aku juga rindu bagaimana milikmu membuat milikku mengetat dan berdenyut di dalam sana,” goda Kimberly menanggapi perkataan suaminya, membuat Richard mengerang membayangkan bagaimana milik istrinya meremas miliknya dan membuatnya meledak.Tangan Richard mengusap leher Kimberly dengan perlahan, membuat tenggorokannya terasa kering. Kimberly berusaha menelan lu
Pernyataan cinta Richard dan Kimberly menggantung begitu saja. Kimberly masih belum yakin akan apa yang Richard katakan padanya, dia menganggap jika perkataan itu keluar karena pengaruh percintaan panas mereka dan tidak benar-benar keluar dari hati.Saat Kimberly ingin memastikannya, Richard menarik tubuhnya dan memeluknya erat. “Tidurlah! Aku tahu kamu sangat lelah. Maafkan aku karena aku lepas kendali,” ucap pria itu yang kemudian memejamkan mata dan tertidur sambil mendekap dirinya ke dadanya.Kimberly masih terjaga untuk beberapa saat, merasakan dekapan hangat dan detak jantung Richard yang begitu menenangkan. Tak lama kemudian, matanya terasa berat, rasa kantuk pun menyerang dan kesadarannya mulai menghilang, berganti mimpi indah bersama pria yang dicintainya.Keesokan paginya, Kimberly bangun terlebih dahulu. Wajahnya merona merah menatap wajah polos Richard yang sudah berganti tidur di belahan dadanya. Entah sejak kapan posisi mereka berganti, namun bibir Richard yang menyentuh
Setelah Johana datang ke penthouse dan mendengar cerita Kimberly yang hanya sepotong, dia pun mencari informasi yang lebih rinci dari orang kepercayaannya dan mendapati keberadaan Richard di salah satu rumah sakit terbesar di kota itu.“Aku akan ke rumah sakit untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi,” ucap Johana kepada Kimberly.“Aku ikut,” balas Kimberly cepat.“Apakah kamu yakin? Richard akan marah jika kamu pergi denganku.”“Aku tidak peduli dengan kemarahan Richard, bahkan dia pergi tanpa menjelaskan apa-apa padaku.”Tak bisa melarang menantunya, mereka akhirnya pergi ke rumah sakit untuk menemui Richard dan mencari tahu tentang wanita yang mengaku bernama Carra.Sesampainya di rumah sakit, Kimberly berdiri membeku melihat Richard duduk di samping ranjang Carra dan saling bergandengan tangan. Suaminya itu menatap Carra penuh dengan pesona sedangkan Carra yang sudah sadar dari pingsan terlihat asyik menceritakan sesuatu.Menyadari kedatangan Johana bersama Kimberly, Carra seketi
“Kenapa kamu selalu mencurigai Douglas untuk apa yang Richard lakukan? Richard sudah dewasa, dia seharusnya tahu mana yang benar dan mana yang salah, semua yang dia lakukan adalah tanggung jawabnya. Aku akan menegur anak itu, tetapi jangan pernah lagi menyeret dan menyalahkan Douglas atas apa yang Richard lakukan,” suara Issac meninggi saat Johana mengungkit nama Douglas dan menyalahkan pria itu.“Kenapa kamu selalu tidak percaya padaku Issac? dia seperti duri di dalam daging yang membuat keluarga kita tidak pernah merasa damai,” geram Johana.“Semua tuduhanmu itu tanpa dasar, pikiranmu terlalu berlebihan dan kebencian di hatimu itu seharusnya buang jauh-jauh,” balas Issac.Kimberly yang hendak mengambil air ke dapur, mengurungkan niat saat mendengar pertengkaran mertuanya. Kini dia mengerti posisi Johana yang tidak pernah dipercaya oleh suaminya sendiri dan dibenci oleh putra tirinya. Lalu bagaimana dengan nasibnya?Sambil menggenggam gelas kosong, dia kembali ke kamar yang terasa as
Sesampainya mereka di penthouse, bukannya membicarakan banyak hal seperti apa yang Richard katakan sebelumnya, pria itu malah menghimpitnya ke dinding sesaat setelah menutup pintu penthouse.“Kamu hanya milikku, Kimberly. Aku tidak akan membiarkanmu tersentuh oleh pria manapun,” geram Richard dengan tangan yang menelusup masuk ke balik pakaian Kimberly dan meremas dadanya, membuatnya terpekik dengan mata terbelalak lebar.Tak ingin kalah dengan perlakuan suaminya, Kimberly menarik kasar kemeja yang Richard pakai hingga kancing kemeja itu berhamburan di lantai penthouse.“Kamu juga milikku, Richard. Aku tidak akan membiarkan wanita manapun memilikimu,” balas Kimberly.Nafas keduanya mendengus kasar karena rasa marah, cemburu dan gairah yang bercampur menjadi satu. Richard mencengkram rahang Kimberly lalu melumat bibir wanita itu dengan kasar dan intens, yang dibalas dengan gigitan kecil Kimberly ke bibir suaminya.Richard mengerang karena perlawanan Kimberly, dia pun merobek pakaian is
Pagi yang tadinya penuh dengan kebahagiaan, berubah menjadi hari yang menyebalkan bagi Kimberly. Setelah sarapan, dia bersama Richard tergesa-gesa pergi ke rumah sakit untuk menjemput Carra dan mengantarkan wanita itu untuk pulang ke Woodstock.Lebih menyebalkan lagi ketika Carra terus menempel pada Richard dan Richard yang tidak ingin trauma Carra bertambah parah, tidak berusaha menjauh dari wanita itu.Kimberly yang melihat kedekatan Carra dan suaminya, memilih menyingkir dari kamar rawat Carra dan menunggu Axton menyelesaikan administrasi pengobatan adiknya di kafe rumah sakit.“Kamu ada disini? Aku mencarimu ke mana-mana. Richard dan Carra sudah ada di mobil dan aku sudah menyelesaikan administrasi rumah sakit, kita bisa berangkat sekarang,” ucap Axton yang tiba-tiba muncul di hadapan Kimberly.“Bukankah kemarin kamu berjanji padaku akan menjauhkan Carra dengan Richard? Kenapa kamu mengganggu kami pagi ini?” geram Kimberly tak menanggapi perkataan Axton sebelumnya.“Maafkan aku, s
Kimberly gelisah sepanjang hari karena Richard tak kunjung pulang. Saat malam menjelang, dia mondar-mandir di kamar tidak bisa tidur. Mungkinkah malam ini Richard memilih untuk menemani Carra seperti saat suaminya menemani wanita itu di rumah sakit? yang membuatnya harus menginap di rumah mertuanya.Air mata Kimberly meleleh tak kunjung berhenti, dadanya terasa sesak hingga rasanya sulit untuk bernafas. Dia memukul dadanya beberapa kali, berharap hal itu bisa melegakan nafasnya, namun percuma saja, apapun yang dia lakukan tidak berpengaruh terhadap keadaan dirinya.Lelah terus berdiri dan mondar-mandir tanpa tujuan yang jelas, Kimberly merangkak naik ke atas ranjang lalu bergelung memeluk lututnya. Untuk beberapa saat, dia masih menangis terisak hingga lelah dan akhirnya tertidur.Hampir tengah malam, Richard baru saja pulang. Carra sulit sekali untuk ditinggalkan sehingga dia mencari banyak alasan untuk bisa pulang dan menemui istrinya.Matanya menatap nanar ke arah Kimberly yang tid
Kimberly menatap rumahnya yang kosong tanpa keberadaan Richard. Dia merasa kesal karena suaminya selalu datang jika Carra memanggilnya. Wanita itu kini terang-terangan ingin mengambil hati Richard, dia memanfaatkan kenangan masa kecilnya untuk menjerat dan menahan suaminya, mengganggu pernikahannya.Merasa bosan di rumah sendirian, Kimberly mengambil pakaian hangat lalu pergi mencari udara segar dan menikmati pemandangan di sekitar rumah.Hal itu ternyata berhasil mengalihkan perhatiannya dan membuat hatinya sedikit lebih tenang. Terlalu asyik dengan apa yang dilihatnya, tanpa sadar dia telah berjalan di perbatasan peternakan milik keluarga Hogan.Entah kenapa jika dirinya sedang gelisah dan galau, dia selalu berjalan menuju peternakan Hogan, peternakan itu seperti memiliki magnet yang menariknya untuk mendekat, seolah mengajaknya pulang.Kimberly tersadar telah memasuki peternakan Hogan ketika melihat Axton sedang berkuda.Matanya menatap pria itu, rasanya akan sangat menyenangkan ji
Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”
“Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t
“Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang
Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis
“Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah
Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak