Pagi yang tadinya penuh dengan kebahagiaan, berubah menjadi hari yang menyebalkan bagi Kimberly. Setelah sarapan, dia bersama Richard tergesa-gesa pergi ke rumah sakit untuk menjemput Carra dan mengantarkan wanita itu untuk pulang ke Woodstock.Lebih menyebalkan lagi ketika Carra terus menempel pada Richard dan Richard yang tidak ingin trauma Carra bertambah parah, tidak berusaha menjauh dari wanita itu.Kimberly yang melihat kedekatan Carra dan suaminya, memilih menyingkir dari kamar rawat Carra dan menunggu Axton menyelesaikan administrasi pengobatan adiknya di kafe rumah sakit.“Kamu ada disini? Aku mencarimu ke mana-mana. Richard dan Carra sudah ada di mobil dan aku sudah menyelesaikan administrasi rumah sakit, kita bisa berangkat sekarang,” ucap Axton yang tiba-tiba muncul di hadapan Kimberly.“Bukankah kemarin kamu berjanji padaku akan menjauhkan Carra dengan Richard? Kenapa kamu mengganggu kami pagi ini?” geram Kimberly tak menanggapi perkataan Axton sebelumnya.“Maafkan aku, s
Kimberly gelisah sepanjang hari karena Richard tak kunjung pulang. Saat malam menjelang, dia mondar-mandir di kamar tidak bisa tidur. Mungkinkah malam ini Richard memilih untuk menemani Carra seperti saat suaminya menemani wanita itu di rumah sakit? yang membuatnya harus menginap di rumah mertuanya.Air mata Kimberly meleleh tak kunjung berhenti, dadanya terasa sesak hingga rasanya sulit untuk bernafas. Dia memukul dadanya beberapa kali, berharap hal itu bisa melegakan nafasnya, namun percuma saja, apapun yang dia lakukan tidak berpengaruh terhadap keadaan dirinya.Lelah terus berdiri dan mondar-mandir tanpa tujuan yang jelas, Kimberly merangkak naik ke atas ranjang lalu bergelung memeluk lututnya. Untuk beberapa saat, dia masih menangis terisak hingga lelah dan akhirnya tertidur.Hampir tengah malam, Richard baru saja pulang. Carra sulit sekali untuk ditinggalkan sehingga dia mencari banyak alasan untuk bisa pulang dan menemui istrinya.Matanya menatap nanar ke arah Kimberly yang tid
Kimberly menatap rumahnya yang kosong tanpa keberadaan Richard. Dia merasa kesal karena suaminya selalu datang jika Carra memanggilnya. Wanita itu kini terang-terangan ingin mengambil hati Richard, dia memanfaatkan kenangan masa kecilnya untuk menjerat dan menahan suaminya, mengganggu pernikahannya.Merasa bosan di rumah sendirian, Kimberly mengambil pakaian hangat lalu pergi mencari udara segar dan menikmati pemandangan di sekitar rumah.Hal itu ternyata berhasil mengalihkan perhatiannya dan membuat hatinya sedikit lebih tenang. Terlalu asyik dengan apa yang dilihatnya, tanpa sadar dia telah berjalan di perbatasan peternakan milik keluarga Hogan.Entah kenapa jika dirinya sedang gelisah dan galau, dia selalu berjalan menuju peternakan Hogan, peternakan itu seperti memiliki magnet yang menariknya untuk mendekat, seolah mengajaknya pulang.Kimberly tersadar telah memasuki peternakan Hogan ketika melihat Axton sedang berkuda.Matanya menatap pria itu, rasanya akan sangat menyenangkan ji
Senyum Kimberly merekah setelah dirinya selesai berkuda. Sudah lama dia tidak melakukannya dan ada kebahagiaan tersendiri setelah akhirnya dia bisa berkuda, melepas kerinduannya selama ini.Senyumannya lenyap ketika dirinya membuka pintu rumah dan mendapati tatapan tajam dari suaminya.“Dari mana saja kamu?” tanya Richard dingin.“Aku pergi berkuda bersama Axton,” jawab Kimberly jujur.“Kenapa kamu terlihat sangat dekat dengan pria itu? ada hubungan apa di antara kalian?” pertanyaan Richard terdengar seperti tuduhan bagi Kimberly.“Sama sepertimu yang tidak melakukan hal yang tidak pantas bersama Carra, aku pun tidak melakukan hal yang tidak pantas bersama Axton.”“Tapi Axton menyentuhmu, dia mengangkat tubuhmu dan mendudukkanmu ke atas kuda. Aku tidak suka ada pria lain yang menyentuhmu seperti itu,” tuntut Richard.“Aku juga tidak suka kamu pergi dengan wanita lain apalagi bersama Carra, cinta pertamamu itu. Jika kamu tidak suka ada yang menyentuhku dan mengajakku berkuda, kenapa bu
Kimberly tertawa senang ketika Richard mengajaknya berkuda setelah percintaan panas mereka pagi itu. Keduanya masuk ke hutan lindung yang dekat dengan peternakan, menyusuri sungai dan menjelajahi hutan dengan kuda milik peternakan Jackson.“Aku baru tahu jika kamu pintar berkuda,” puji Richard penuh kekaguman.“Kamu harus banyak berinteraksi denganku agar mengenalku, selama ini kita hanya rajin berinteraksi di atas ranjang,” sindir Kimberly yang membuat Richard terkekeh.Pria itu kemudian mengajak Kimberly turun dari kuda dan duduk di bukit kecil yang ada di tengah hutan, menikmati pemandangan indah di seberang barat hutan, sekalian menunggu matahari yang mulai turun untuk beristirahat setelah seharian menyinari dunia.“Apa yang belum aku ketahui darimu?” tanya Richard sambil merangkul Kimberly.“Aku suka berkuda, papa dan mama memasukkanku ke klub berkuda saat tahu kesukaanku,” jawab Kimberly.“Pantas saja kamu mahir berkuda ternyata kamu masuk sebuah klub berkuda. Aku juga tidak men
Kimberly masuk kembali ke rumah, berjalan menuju meja makan dan menatap masakan yang tersaji di sana yang sudah mulai dingin dengan tatapan nanar. Masakan spesial yang dia buat dengan penuh cinta, kini terasa sia-sia saja, bahkan Richard tidak sempat memakannya.Mendengar ultimatum dari Richard, tidak mungkin dia kembali ke kota seorang diri karena itu berarti dia tidak menghormati dan menghargai Richard sebagai suaminya. Dia pun memutuskan untuk mengalah dan menunggu Richard pulang untuk bicara.Tidak ingin tenggelam dalam kekecewaan dan kegelisahan yang melanda hatinya, dia memutuskan untuk jalan-jalan keluar rumah, menikmati pemandangan indah di Woodstock sambil menenangkan diri sehingga nanti bisa menghadapi Richard dengan kepala dingin.Langkahnya terhenti ketika dia tiba di tepi jembatan yang melintas di atas sungai besar yang mengalir di tanah peternakan Hogan dan Jackson. Matanya menatap dua peternakan yang saling berhadapan, tampak ada persaingan di sana, mungkinkah itu yang
“Tuan ... Tuan ... !” seseorang menggedor pintu rumah Axton dengan keras.Axton yang sedang sibuk menghitung pembukuan peternakan, menutup laptop dan membuka pintu untuk orang itu. Terlihat seorang pemuda, salah satu pekerjanya di ladang datang dengan nafas terengah.“Ada apa? apakah ada masalah dengan peternakan?” tanya Axton memastikan kondisi hewan ternaknya.“Peternakan Anda baik-baik saja, tetapi Joseph sedang terlibat masalah besar,” ujar pemuda itu.“Masalah apa lagi? senang sekali dia membuat masalah,” geram Axton.“Dia menemukan seorang wanita yang hanyut di sungai dan merawatnya di rumah tanpa memberitahukan kepada petugas berwenang. Lalu ada orang asing yang tidak dikenal mencari ciri-ciri wanita yang sama persis dengan wanita yang ditolongnya. Joseph khawatir jika pria itu seorang polisi dan dia takut dituduh menculik wanita itu dan dipenjara. Jadi dia menyembunyikan wanita itu,” terang pemuda itu.“Bagaimana keadaaan wanita itu sekarang? bawa saja dia ke kantor polisi dan
“Benarkah ini kamu, Carra?” ucap Axton sambil memeluk erat tubuh Kimberly.Kini dia merasakan keterikatan dengan Kimberly, hal yang tidak dia dapatkan dari wanita yang selama ini mengaku sebagai Carra.“Bagaimana keadaan papa dan mama? Aku melihat tubuh mereka penuh dengan darah,” tanya Kimberly dengan ingatan yang masih bercampur sehingga belum sadar jika orang tuanya sudah meninggal.Axton melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Kimberly. Matanya menatap wanita itu dengan tatapan sendu. “Papa dan mama sudah meninggal puluhan tahun yang lalu dan kamu menghilang untuk waktu yang sangat lama.”Tubuh Kimberly seketika gemetar, tangisannya pecah mengingat semua kecelakaan yang menimpa dirinya dan orang tuanya.“Tenangkan dirimu! aku akan memanggil dokter. Kamu sudah tidur terlalu lama,” ucap Axton hendak pergi, namun Kimberly menahan kepergiannya.“Jangan tinggalkan aku sendiri, aku takut.”“Kamu aman di sini. Tidak ada yang akan melukaimu,” Axton berusaha menyakinkan Kimberly, namun K
Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”
“Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t
“Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang
Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Allie menghentikan kegiatan memasak ketika ada yang mengetuk pintu rumah. Dia membersihkan tangan dengan serbet lalu pergi untuk membuka pintu bagi tamunya.Keningnya berkerut heran ketika melihat seorang wanita cantik setengah baya dengan kacamata hitam dan pakaian elegan berdiri di depannya.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allie sopan.Wanita itu membuka kacamata dan tersenyum ramah. “Apakah kamu bernama Allie?” wanita itu ganti bertanya.“Benar Nyonya, apakah aku mengenalmu?” Allie semakin heran dengan identitas tamunya.Wanita itu kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. “Namaku Kimberly Jackson, istri dari Richard Jackson, mama Arlo. Senang bertemu denganmu, Allie. Sudah lama aku ingin melihat wajahmu.”Wajah Allie seketika memucat mengetahui siapa yang berdiri di depannya, tubuhnya menegang merasa terancam oleh kedatangan wanita itu. Dia teringat bagaimana papa Arlo mengusir dan menyuruhnya pergi menjauh dari putranya.“Arlo sedang berada di rumah Britne, kamu bis
“Aku mengambil resiko besar dengan kembali membiarkanmu menyentuhku lagi,” ujar Allie sambil mengusap dagu Arlo yang ditumbuhi rambut-rambut kecil kasar, menelusuri dengan jari lentiknya.Mata Arlo terpejam menikmati sentuhan yang mengalirkan sengatan listrik kecil, lalu mengerang merespon. Saat pria itu membuka mata, Allie bisa melihat tatapan yang menggelap penuh gairah.“Fokuslah padaku saja! Abaikan semua hal yang menjadi penghalang hubungan kita,” pinta Arlo dengan tatapan penuh komitmen akan hubungan kita.“Berjanjilah kamu tidak akan mengambil Barnes dariku!”“Aku berjanji. Tak sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk memisahkanmu dengan putra kita. Dia akan tetap bersamamu, bersama kita.”“Kita …?” gumam Allie lirih.Arlo merendahkan kepala lalu mendekatkan bibir di telinga Allie. “Ya, kita. Kita akan menjadi keluarga yang utuh. Jangan sampai karena keegoisan, Barnes kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan.”Bisikan Arlo seperti mantra yang meluluhkan hati. Desah
Saat matahari sudah tinggi, Allie terbangun dari tidurnya dan terkejut karena dia bangun terlalu siang. Hal ini karena dirinya baru saja tidur beberapa menit sebelum matahari terbit.Dia segera membersihkan diri dan pergi ke kamar Barnes untuk memeriksa keadaan putranya. Lagi-lagi dia dikejutkan dengan keberadaan Arlo yang ada disana. Ada warna gelap di kantung mata pria itu, membuatnya sadar jika Arlo tidak tidur semalaman.“Apakah kamu tidak tidur?” tanya Allie.“Aku tidak bisa tidur, hujan dan petirnya baru berhenti dini hari dan mungkin juga karena aku terlalu senang bisa menghabiskan malam bersama putraku. Tapi jangan khawatir, semalam Barnes bisa tidur dengan nyenyak dan aku tidak mengganggunya,” jawab Arlo tidak ingin Allie salah paham padanya.“Bersihkan dirimu! aku akan membuat sarapan. Setelah kamu makan, kamu bisa tidur lalu pulang ke New City,” tegas Allie masih memasang dinding tebal terhadap Arlo.Selesai sarapan, Allie mengizinkan Arlo untuk tidur di kamarnya. Dia tidak