Tubuh Lavender terdiam kaku, dia tidak menoleh atau pun merespon ucapan yang di lontarkan Reynold."Kak Lavender, pasti sakit hati kalo Papah memperlakukan dia seperti itu. semua orang juga tau kalo Kak Lavender di jual kedua orang tuanya." jelas Reynold mengungkit kembali kenangan masa lalu Lavender.Jantung Lavender berdebar kencang, kilasan masa lalu yang sudah dia kubur dengan susah payah kembali menerobos masuk.Diam-diam Reynold menarik sudut bibirnya ke atas, dia menikmati saat Lavender terpuruk seperti ini. 'Ha... dia benar-benar imut.' batin Reynold.Jasmine jengah dengan keadaan di ruang makan itu, dia berdiri dari kursinya lalu menghampiri Lavender.Dia merangkul pundak Lavender hangat. "Sayang, nggak usah dengerin ucapan Reynold. lebih baik kita pergi menemui suami mu."Tanpa menjawab Lavender mengangguk, dia mengikuti Jasmine tanpa banyak kata. selepas kepergian mereka, kini hanya ada tiga orang tersisa di dalam ruang makan tersebut."Bagus, Rey. memang harusnya dari awa
Hari berganti hari dan bulan berganti tahun, tanpa terasa dua bulan sudah Lavender kembali ke masa lalu. selama itu juga banyak perubahan dalam hidupnya, termasuk hubungannya dengan Elios.Namun hingga hari berlalu, Elios belum juga memberitahukan pada istrinya kalau Maya sudah bekerja di kantornya. Elios terus menerus menunda-nunda mengatakan hal itu hanya karena alasan sepele yaitu dia tidak ingin istrinya sakit hati, namun dia lupa kalau istrinya bisa lebih sakit hati jika tau Elios menyembunyikan keberadaan Maya.Pagi ini, kediaman Greyson tampak ramai dengan celotehan Ezra. dia sedang duduk di pangkuan Lavender sembari memakan makanan dari sang mamah.Elios memperhatikan anak dan istrinya secara bergantian, senyum hangat tak bisa dia sembunyikan lagi. dia bahagia bahkan lebih bahagia dari yang dia bayangkan selama ini."Lav, lusa kamu mau hadir di acara ulang tahun perusahaan kita, kan?" tanya Elios setelah selesai memakan sarapannya.Lavender yang tadinya sibuk melihat tingkah E
Sinar matahari mulai menyingsing tinggi, di dalam kamarnya Lavender sedang bersiap-siap untuk pergi.Ezra masih asik duduk di atas ranjang dengan mainan di tangan kanannya.Tap. Tap. Tap."Sayang, selama Mamah pergi jangan nakal di rumah yah." pesan Lavender saat mendekat ke arah Ezra.Ezra mendongak. "Ya, Mah.""Anak pintar, kita turun temui omah yuk." ajaknya seraya mengulurkan kedua tangannya.Dengan senang hati, Ezra meraih tangan Lavender. dalam sekejap Ezra sudah berada di dalam gendongannya, mereka berdua turun menuju lantai satu tempat Jasmine menunggu mereka.Tap. Tap. Tap.Dari arah tangga, Lavender bisa melihat ibu mertuanya sedang tersenyum dari arah ruang keluarga."Ibu, udah lama?" tanya Lavender begitu sampai di hadapan Jasmine."Belum, Nak. baru saja ibu duduk." netra Jasmine tertuju pada cucu kesayangannya."Duh cucu omah udah mandi nih." ujarnya tersenyum lembut. Ezra mengangguk kecil, dia mendongak ke arah Lavender. "Mamah, jangan pelgi lama-lama.""Tentu, Mamah cu
Ruangan dengan cahaya remang-remang menjadi tempat penyekapan orang yang mengkhianati organisasi Lavender. Bau anyir tercium sangat jelas hingga membuat perut mereka sedikit bergejolak."Luca, apa ruangan ini nggak pernah di bersihkan?" "Pernah kok, dulu satu tahun yang lalu kalo nggak salah." sahut Luca enteng.Mendengar hal itu, wajah Lavender berubah miris. dia sebagai leader bahkan tidak memperhatikan kondisi markasnya, dia sibuk merenung dan meratapi nasibnya yang menurutnya sangat buruk.Kedua netra Lavender, menelisik ruangan itu. dia menghela nafas berat melihat betapa kotornya ruang tersebut."Besok suruh anak-anak bersihin ruangan ini, nanti saya kasih mereka hadiah." ujarnya pada Luca."Tumben kamu minta mereka membersihkan markas? memangnya mau ada apa, Lav?"Luca bertanya begitu karena tidak biasanya Lavender meminta berbenah, setahun yang lalu terjadi hal seperti ini dan Lavender membawa satu orang musuhnya lalu mengeksekusi di dalam ruangan itu."Nggak ada, memangnya k
Lavender mengusap wajahnya dengan kasar, ingatan tentang pertemuannya dengan Bara masih terasa sangat jelas. namun sampai akhir dia tidak memberikan jawaban yang pasti padanya."Ck mereka sangat menyusahkan, terutama Baskara." gumamnya.Tak ingin membuang waktu lebih lama, Lavender mulai mencatat rencana yang akan dia susun bersama Luca. dia sudah terlalu lama bersantai-santai hingga Baskara bisa seenaknya sendiri."Sepertinya lebih bagus, kalau aku kerjakan hal ini meletakan bolpoin di dagunya, dia mengetuk-ngetuk bolpoin itu secara perlahan pada dagunya.Pikiran sedikit bimbang, jika dia bergerak bisa saja Jasmine juga terkena imbasnya. namun satu sisi dia tidak bisa membiarkan Baskara terus mengintainya seperti makanan."Apakah ada cara lain yang nggak membahayakan ibu?" Di tengah-tengah pikirannya yang bimbang, bunyi ponsel dari sakunya membuat perhatian Lavender teralihkan. Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat pesan dari Elios, yang menanyakan keberadaannya saat ini.Lavender
Menit demi menit telah berlalu, tanpa terasa siang pun sudah berganti malam. namun hingga pukul 20.00 malam Lavender belum juga pulang, Elios semakin uring-uringan terlebih ponsel istrinya tidak aktif sejak terakhir kali mereka berkomunikasi."Lav, kamu dimana sih?" gumam Elios sembari mondar mandir di depan pintu rumahnya.Dia kembali menghubungi nomor istrinya, namun hasilnya tetap sama. merasa ada yang tidak beres Elios berbalik menuju kamar Lavender, di sana dia melihat Ezra sedang bermain di temani dua pelayan."Bi, tolong jaga Ezra sebentar saya ada perlu di luar." Ujar Elios."Baik, Tuan." sahut mereka berdua serempak.Sebelum pergi, Elios menyempatkan diri mengecup singkat kening putranya."Sayang, jangan nakal di rumah yah, Papah mau pergi dulu sebentar." pamitnya pada Ezra.Ezra menganggukan kepalanya pelan, dia melambaikan tangannya saat Elios melangkah menjauhi kamar itu.Selang beberapa menit, Elios tiba di garasi dia lalu membuka pintu mobil dan bergegas mengeluarkannya
Suasana terasa mencekam di dalam ruangan remang-remang yang menjadi tempat Lavender di sekap, Lavender menyilangkan kedua tangannya di depan dada. sorot matanya tampak datar dan dingin, meski senjata mengarah padanya namun dia tampak biasa saja."Ayo, katanya kalian mau membunuhku?" tantang Lavender."Nyonya, kami harap kerjasamanya dengan anda! kami tidak akan melukai anda kalau anda menurut." sahut bodyguard tersebut.Lavender terkekeh pelan. "Sayangnya dalam hidup pantang untuk tunduk pada perintah orang yang lebih rendah dari manusia.""Jaga mulut anda, Nyonya! kami tidak segan-segan menyakiti anda kalau anda terus memancing amarah kami."Sudut bibir Lavender terangkat, dia kembali berkata. "Yakin? coba saja kalau kalian bisa.""Kurang ajar! serang dia." titah bodyguard itu pada para temannya.Seketika perkelahian tak bisa terelakan, Lavender melawan para bodyguard menggunakan tangan kosong. mereka benar-benar menghajar Lavender tanpa ampun, seandainya Lavender tak memiliki ilmu b
Hari yang di tunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya tiba, hari ini merupakan hari perayaan ulang tahun perusahaan Greyson. Sejak kepulangan Lavender yang babak belur, Elios sebagai suami semakin memperhatikannya bahkan dia terus menempel Pada Lavender layaknya perangko.Seperti pagi ini, Lavender yang berniat ke salon menjadi kesal sendiri karena Elios terus merengek ingin ikut dengannya."Lav, ayolah aku harus pastiin kamu baik-baik aja." ucap Elios yang berdiri di belakang tubuh Lavender.Mereka sedang berada di dapur, Lavender sedang sibuk menyiapkan makanan untuk putra kecilnya."Aku bukan anak kecil, El. lagi pula kamu perlu mengecek ulang persiapan untuk nanti malam, Kan?" sahut Lavender tanpa menoleh sedikit pun."Itu bisa nanti, aku takut kejadian seperti kemarin terulang lagi, Lav."Melihat suaminya terus merengek, Lavender menjadi jengah. dia berbalik lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada."El, meski pun kamu ikut belum tentu juga kamu bisa melindungiku. Musuh yan
Dua hari kemudian, Lavender dan juga Ezra serta Jasmine sudah kembali ke mansion Greyson. di sana juga sudah ada sang kakek yang sedang duduk di sofa. mereka semua menunggu pertanyaan yang akan di berikan tetua keluarga Greyson tersebut. "Jelaskan maksud dari berkas yang Kakek terima, El!" pinta Kakek Elios. Elios menghela nafas berat, dia sudah membaca isi map itu tempo hari. begitu juga dengan Lavender, mereka berdua juga sudah berdiskusi mengenai hal yang akan mereka lakukan setelah mendapat pertanyaan itu. "Maaf, kami sudah membohongi kalian semua." ujar Elios membuka pembicaraan. Kening Jasmine mengkerut, dia tidak memahami maksud ucapan putranya. "Ada apa, Nak? kenapa kamu meminta maaf?" "Kami.... sudah melakukan pernikahan kontrak, Bu." sahut Lavender. Sontak kedua pupil Jasmine membulat sempurna, dia tak menyangka putra dan juga menantunya akan melakukan hal itu. "Kalian bohong, kan? nggak mungkin kalian cuma nikah kontrak?" ujar Jasmine masih menolak fakta itu.
Lavender mengendap-endap menghampiri para pria tersebut, dia mengambil balok kayu yang tergeletak di sisi salah satu pria tersebut. untungnya mereka semua tengah mabuk berat, hal itu membantu Lavender untuk menyelematkan Ezra dan juga Jasmin. Lavender mengambil ancang-ancang, dia mengangkat balok tersebut dan mengarahkan pada leher salah satu pria di sana. Buugh. Sontak rekan-rekan pria itu menoleh begitu melihat teman mereka tersungkur di lantai. mereka mengernyit heran saat melihat wanita berpakaian seksi berada di depan mereka. "Wah, sepertinya si bos mengirimkan wanita pada kita haha." ujar salah orang tersebut. "Bos memang yang terbaik." sahut rekan pria itu. Tak ingin membuang waktu lebih lama, Lavender kembali melayangkan pukulan pada pria-pria itu. selang beberapa saat Lavender telah berhasil membuat mereka semua pingsan, dia menghela nafas kasar. Lavender turun memasuki area dalam kapal tersebut, dia bisa melihat Jasmine sedang duduk di lantai sambil memeluk Ezra.
Di sisi lain, Elios baru saja selesai mendapat pengobatan. dia keluar dari ruang rawat, begitu dia sampai di depan pintu dia melihat Luca sedang duduk di bangku sembari menundukkan kepalanya. Elios menepuk pelan pundak pemuda tersebut, Luca mendongak dia segera berdiri dan menanyakan kondisi Elios."Bagaimana kondisi anda, Tuan?" ujar Luca."Saya baik-baik saja, kemana istri dan anakku? apa mereka sudah pulang duluan?" Luca meneguk ludahnya kasar, dia bingung apa yang harus dia katakan saat ini. terlebih posisi Lavender dalam bahaya, Luca takut kalo Elios panik. Elios memperhatikan gelagat Luca yang aneh, dia merasakan firasat buruk sedang menimpa istri dan anaknya."Dimana Lavender? jawab, Luc, jangan membuatku bertanya dua kali." Tegas Elios, sorot matanya sangat tajam, seperti belati yang siap menancap di tubuh Luca jika dia berbohong. "Nona Lavender sedang mencari Tuan muda Ezra, Tuan." jawab Luca setengah bimbang.Sontak Elios langsung melotot, dia mencengkeram kedua pundak Luc
Di sisi lain, lebih tepatnya di sebuah dermaga. terlihat seorang pria sedang berdiskusi dengan beberapa orang. Namun di tengah percakapan mereka, salah satu bodyguard yang berjaga datang dengan tergopoh-gopoh, keringat nampak jelas di kening bodyguard tersebut."Hosh... hosh... T-Tuan gawat." ujar bodyguard itu terengah-engah."Ada apa?" sahut pria tersebut."Di depan, a-ada seorang wanita! dia mencari anda."Kening pria itu berkerut, dia tidak merasa memiliki janji dengan siapa pun di jam selarut ini. terlebih tidak ada yang tau bahwa dia berada di sana.Merasa ada yang tak beres, pria itu bergegas menuju tempat yang di sebut oleh bodyguardnya.Tap.Tap.Tap.Dari kejauhan, pria itu melihat siluet yang tak asing meski orng tersebut sedang memunggunginya. semakin dia mendekat tiba-tiba perempuan itu berbalik menatap ke arahnya, begitu wajah perempuan itu terlihat jelas pria tersebut langsung membeku di tempat."Bagaimana kabarmu..... Bara?" sapa Lavender seraya tersenyum smirk."L-Lav
Ucapan Lavender bukan sekedar gertakan, karena tak berselang lama muncul para polisi dari pintu depan. Mereka mulai mengepung ballroom itu sambil menodongkan senjata ke arah para bawahan Reynold.Lavender menarik sudut bibirnya ke atas, sebuah seringai muncul di wajah perempuan itu. Dia sudah bertekad untuk menghancurkan Reynold dan juga seluruh orang yang terlibat menyakiti dirinya."Tangkap pemuda itu! bawa juga pria bernama Baskaran dan istri keduanya. Semua berkas bukti kejahatan mereka sudah saya berikan ada asisten saya, dia akan menyusul ke kantor polisi nanti." Ucap Lavender memberi perintah.Para polisi mengangguk patuh, mereka menangkap Reynold, Baskara dan juga istrinya. lalu mereka di bawa keluar dari ballroom menuju kantor polisi untuk di mintai keterangan.Saat semua orang sudah pergi, Lavender pun berniat menyusul Elios menuju rumah sakit. namun baru saja dia keluar dari pintu, ponselnya tiba-tiba berdering menandakan adanya panggilan masuk.Lavender mengeluarkan ponsel
Lavender tak percaya dengan tindakan suaminya barusan, dia rela menjadi tameng menggantikan dirinya terkena tusukan belati."ELIOS." Teriak Lavender panik.Dia menghampiri suaminya, dia menunduk melihat darah yang keluar dari balik baju Elios."El, kita kerumah sakit sekarang." ujar Lavender.Elios mengangguk, bibirnya mulai terlihat pucat dan itu membuat Lavender semakin panik.Namun baru saja Lavender ingin memapah Elios dan membawanya keluar, tangan Reynold langsung menarik pergelangan tangan Lavender hingga membuat tubuhnya limbung dan melepas tubuh Elios hingga terjatuh ke lantai."Elios." Lavender hendak berlari namun tangannya masih di pegang oleh Reynold."Kamu mau kemana, Lav? sudah biarkan saja suamimu mati di sini." Ujar Reynold tanpa beban.Seketika amarah Lavender naik, dia berbalik menatap ke arah Reynold. "Lancang sekali mulutmu berbicara! kalau memang harus ada yang mati, itu bukan suami ku tapi kamu bajingan!"Degh.Raut terkejut nampak jelas di wajah Reynold, baru ka
Reynold mengernyitkan kedua alisnya, dia menunggu kejutan apa yang akan di berikan oleh wanita cantik di depannya."Apa kamu sedang menunggu kejutan dariku, Rey?" ujar Lavender setelah beberapa diam dan saling pandang.Sudut bibir Reynold naik, dia melangkah maju ke arah Lavender hingga jarak di antara mereka terkikis. Reynold berhenti tepat di depan Lavender, senyum tipis dia berikan pada Lavender."Tentu saja, aku sangat penasaran seperti apa kejutan yang akan kamu berikan." sahut Reynold enteng."Bagus, karena ini akan menjadi kejutan terakhir bagimu." Jawaban Lavender membuat Reynold kebingungan, namun belum sempat dia kembali bertanya tiba-tiba dari arah pintu belakang muncul beberapa orang berpakaian serba hitam dan satu orang pemuda yang memimpin orang-orang itu."Hay Reynold." sapa Luca yang berdiri di samping Lavender."Kalian siapa?" raut bingung terlihat jelas di wajah Reynold."Kamu nggak perlu tau siapa kami, yang perlu kamu tau cuma jangan belagu! itu aja cukup." sahut
Suasana ballroom yang tadinya ramai, seketika berubah sepi setelah kedatangan pria paruh baya sekaligus pemilik utama Greyson Group. pria itu bernama Jonathan Greyson, kakek Elios sekaligus ayah Baskara.Semua para tamu yang hadir di acara itu, berdiri dan bertepuk tangan saat Jonathan mulai menaiki podium. suara jepretan kamera terdengar memenuhi ruangan tersebut.Lavender terdiam membisu melihat sosok Jonathan yang baru pertama kali dia temui."El, apa itu kakekmu?" bisik Lavender sedikit mendekatkan wajahnya."Ya, dia kakekku. kenapa kamu terlihat sangat terkejut melihatnya, Lav?" heran Elios.Dia merasa aneh dengan respon Lavender, seolah-olah Lavender sudah pernah bertemu dengan kakeknya sebelumnya."Nggak, aku hanya tidak percaya bahwa dia kakekmu."Elios menaikan satu alisnya. "Kenapa?"Lavender menoleh, dia hanya tersenyum tipis tanpa memberi jawaban pada pertanyaan suaminya.Selang beberapa menit, Lavender serta para tamu mendengarkan beberapa kata sambutan dari Jonathan. hin
Hari yang di tunggu-tunggu oleh semua orang akhirnya tiba, hari ini merupakan hari perayaan ulang tahun perusahaan Greyson. Sejak kepulangan Lavender yang babak belur, Elios sebagai suami semakin memperhatikannya bahkan dia terus menempel Pada Lavender layaknya perangko.Seperti pagi ini, Lavender yang berniat ke salon menjadi kesal sendiri karena Elios terus merengek ingin ikut dengannya."Lav, ayolah aku harus pastiin kamu baik-baik aja." ucap Elios yang berdiri di belakang tubuh Lavender.Mereka sedang berada di dapur, Lavender sedang sibuk menyiapkan makanan untuk putra kecilnya."Aku bukan anak kecil, El. lagi pula kamu perlu mengecek ulang persiapan untuk nanti malam, Kan?" sahut Lavender tanpa menoleh sedikit pun."Itu bisa nanti, aku takut kejadian seperti kemarin terulang lagi, Lav."Melihat suaminya terus merengek, Lavender menjadi jengah. dia berbalik lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada."El, meski pun kamu ikut belum tentu juga kamu bisa melindungiku. Musuh yan