Regina tersenyum mengerti dan tidak mengucapkan sepatah kata pun ke ruang keluarga.“Bibi, ambilkan obat sakit kepalaku.” Terdengar suara Georgina turun dari tangga.“Baik Nyonya.” Bibi Jane meninggalkan koper Regina di lantai ruang tamu dan ke dapur untuk mengambil obat Georgina.Regina dengan cepat menoleh melihat ke arah ibunya yang turun dari lantai dua. Dia mengepalkan tangannya mencoba senyum lebar di wajahnya. Dia sangat merindukan ibunya.“Ibu, bagaimana kabarmu?”Georgina berhenti di undakan terakhir anak tangga dan bertatapan dengan wajah putri keduanya. Dia sesaat membeku.Regina tersenyum berharap ibunya memeluknya untuk menyambutnya.“Ibu, aku pulang.”Ekspresi di wajah Georgina berubah kecewa.“Oh, ternyata kamu. Ibu pikir Freya yang pulang. Wajah kalian mirip,” ujarnya memijat pangkal hidung.Regina menggigit bibir bawahnya dan mencoba tersenyum meski hatinya serasa berdenyut.“Kak Freya masih belum pulang?”Georgina menghela napas melewati Regina dan duduk si sofa samb
Harion pulang lebih awal sore itu dan meminta Regina menemuinya di ruang tamu.Ketika Regina turun dari ruang tamu dia melihat ayahnya duduk di sofa sambil melepaskan dasinya. Georgina duduk di seberangnya.“Ayah, kamu mencariku?” Regina menuruni tangga menemui Harion di ruang tamu.Harion menoleh dan mengerutkan keningnya menatap penampilannya dengan tatapan tidak setuju melihat dia hanya mengenakan celana pendek dan tank top yang ditutupi jaket sweater.“Kamu baru bangun tidur?”Regina mengangguk dan duduk di salah satu sofa dan menyapa ibunya di sofa lain.Georgina membuat ekspresi yang sama seperti Harion ketika melihat penampilannya.“Aku ingat kakakmu selalu berpakaian sopan bahkan jika dia rumah. Jangan biarkan kebiasaanmu di luar negeri mempengaruhi gaya berpakaianmu. Kamu itu dari keluarga kaya yang terdidik, bukan dari keluarga biasa. Berpakaian sopan ketika bertemu ayahmu,” Georgina berkata dingin menegur Regina.Harion mengangguk setuju dengan teguran istrinya.“Benar, apa
“Aku tidak mau tahu, kamu harus mengurus Regina. Jika dia sampai muncul di pesta dengan penampilan kacau, aku akan membuat perhitungan denganmu.” Setelah mengatakan itu dia berdiri dan meninggalkan ruang tamu dengan kesal.Regina memperhatikan hubungan orang tuanya tampak tidak harmonis lagi. Ayahnya selalu memasang tampang masam, sementara Georgina selalu acuh tak acuh. Sejak kepergian Freya, keluarga Hadley sudah tidak harmonis seperti dulu.Georgina mengumpat dengan marah dan mengalihkan pandangannya pada Regina.“Sudah berapa umurmu masih harus diurus oleh orang tua?! Kenapa kamu tidak bisa mandiri seperti kakakmu!” Geramnya kesal sebelum berdiri dari sofa.“Pergi urus dirimu sendiri. Aku akan memberimu kartu kredit belanja sendiri. Temui aku di butik Blossoms nanti jam 6.” Dia mengambil dompetnya dan melemparkan kartu kredit di atas meja, sebelum mengambil tasnya dan berjalan meninggalkan rumah dengan acuh tak acuh.Regina menarik napas dalam dengan ekspresi muram. Saat ada Freya
Harion terlihat bangga melihat perhatian para tamu tertuju pada mereka. Dia menggandeng istri dan putranya menghampiri rekan-rekannya. Rekan-rekan bisnis menyapanya dan menanyakan Regina karena ini pertama kalinya Regina muncul di pesta eselon kelas atas. Biasanya hanya Freya yang selalu diajak ke pesta dansa hingga keberadaan nona muda kedua dari keluarga Hadley hampir dilupakan.Regina harus menahan malu dan perasaan tidak nyaman ketika beberapa pasang mata menatap dada dan punggung dengan pandangan bernafsu. Harion dengan bangga memperkenalkan Regina dan tanpa basa-basi memberitahu tujuannya membawa putrinya ke pesta untuk mencari calon suami yang potensial.Para pria muda yang tertarik pada Regina, merasa sangat sayang tidak memiliki minat untuk menjadikannya calon istri. Bagaimana pun keluarga Hadley hanya keluarga kaya biasa dan perusahaannya hampir tenggelam.Tujuan Harion jelas untuk menjual putrinya untuk mendapat investasi untuk menyelamatkan perusahaan Hadley Corporation ya
Tuan Smith menatap Regina dengan pandangan berkilau di matanya. Matanya berlama-lama di belahan dadanya yang terbuka. Senyumnya tampak mesum ketika dia menyambut uluran tangan Regina.“Ah, terima kasih. Kamu sangat cantik seperti kakakmu. Tidak heran Harion menyembunyikan permata seperti kamu.” Dia mengedipkan sebelah matanya pada Harion sambil meremas tangan Regina. Dia sedikit meremas dan mengusap punggung tangannya yang halus.Regina merasa merinding dan jijik. Dia ingin menarik menariknya, namun Tuan Smith mencengkeram tangannya erat sambil tersenyum mesum.Perasaan mual mengancam keluar. Regina mengepalkan tangan satunya menahan rasa jijiknya.Harion tersenyum bangga, sementara Georgina terlihat cemberut ketika nama putri kesayangannya disebutkan oleh pria tua mesum itu.“Tuan Smith, putriku sangat lajang dan dia memasuki usia yang tetap untuk menikah. Sayang aku belum menemukan pasangan yang cocok dengannya.” Harion dengan sengaja membahas ini di depan Tuan Smith berharap pria i
“Jangan memberontak dan mempermalukan aku, atau aku akan membuat orang tuamu membayar harganya.”Regina mengepalkan tangannya tidak berdaya. Dia melihat ke sekeliling mencari orang tuanya, namun dia justru mendapat tatapan menghina dari pada tamu ketika Tuan Smith memeluk pinggangnya.Tatapannya tanpa sengaja jatuh pada sosok pria di sudut aula. Pria itu sangat menarik dengan wajah tampannya yang dingin.Dixon Clark. Mantan calon kakak iparnya dan orang yang melanggarnya satu tahun yang lalu.Pandangan mereka bertemu. Pria itu menatapnya acuh tak acuh, sudut bibirnya tertarik dengan seringai mencemooh sebelum mengalihkan pandangannya pada saudara perempuannya.Regina menundukkan kepalanya menahan air mata yang mengancam jatuh. Dia merasa sangat terhina dan tidak memiliki harga diri. Terutama di depan pria yang sudah menghancurkan kepolosannya.Ketika seorang pelayan membawa nampan berisi minuman lewat. Regina berpura-pura menginjak gaun merahnya dan jatuh ke samping menabrak pelayan m
Regina membuka keran wastafel dan memuntah cairan dari perutnya. Air mata mengalir di pipinya. Dia merasa jijik dan tidak berdaya.Mengapa hidupnya begitu menyedihkan?Dia mengambil air mencuci wajahnya dengan kasar dan terisak tidak peduli akan menghancurkan riasan wajahnya. Matanya terpejam. Gambar ayahnya yang begitu tidak berperasaan mengopernya ke sana kemari untuk menjualnya dan ibu yang acuh tak acuh dan sangat dingin terseliweran di kepalanya. tamu pesta yang menatapnya mencemooh dan kasihan, Tuan Smith yang menjijikkan menatapnya penuh nafsu.Gelombang mual kembali memukul perutnya. Dia menunduk muntah di wastafel, air mata mengalir di pipinya. Regina terisak mencengkeram dadanya.Beruntung tidak ada yang berada di kamar mandi hingga Regina menangis dengan puas.Setalah beberapa saat menangis, Regina menatap bayangannya di cermin. Matanya bengkak dan riasan wajahnya berantakan.Dia dengan marah mencuci wajahnya dengan kasar berharap bisa menghapus riasan wajahnya. Dia tidak i
“Dengar, aku sudah memperingatkan kamu untuk tidak pernah muncul di depanku dengan wajah ini. Mengapa kamu kembali ke Capital?” desisnya dengan salah satu jarinya mengelus pipi Regina.Sudut bibir Regina terangkat dengan senyum menyedihkan. Matanya masih memerah dan sembab karena menangis di kamar mandi, menatap Dixon gentar. Entah mengapa Dixon merasa terganggu.“Aku juga tidak ingin kembali ke Capital,” bisiknya dengan suara lirih.Dia lebih suka hidup kesepian di Inggris daripada menghadapi iblis yang meninggalkan trauma di hatinya.Dia menatap Dixon dengan mata memerah yang bersinar penuh kebencian.“Aku membencimu. Kamu menghancurkan hidupku.” Setelah mengatakan itu dia menarik tangan pria itu dan menggigitnya dengan kuat.Dixon tersentak dan mundur untuk menarik tangannya dari mulut gadis itu. Namun gadis itu tidak melepaskannya sampai dia merasakan darah di lidahnya. Dia dengan puas melihat hasil karyanya di lengan Dixon .“Beraninya kamu—“ Dixon menatap gadis itu dan ingin ke