Tuan Brown menjauh dari istrinya yang gemuk dan menepi di sudut ruangan.Dia merasa gerah dan jengkel beberapa rekan bisnisnya mengejeknya budak istrinya yang mengerikan serta memanjat status keluarga istrinya demi menjadi pengusaha JK Group.Ini penghinaan bagi harga dirinya. Meski Tuan Brown sering mendengarnya selama dua puluh tahun, dia tidak bisa menahannya lagi. Masa mudanya dihabiskan untuk melayani istrinya yang gemuk dan mengerikan.Dia merindukan seorang wanita muda yang cantik dan menggairahkan untuk menggantikan istrinya yang mengerikan.Tuan Brown melonggarkan kerah kemejanya dan mengambil gelas sampanye dari seorang pelayan yang lewat.Dia meneguk dalam sekali teguk untuk melampiaskan kejengkelannya. Untunglah tidak ada yang memperhatikannya dan istrinya tidak mencari membuat Tuan Brown merasa bebas saat sendirian.Saat dia menyambil sampanye lagi dari seorang pelayan dan memandang ke sekeliling aula, mengamati para tamu pesta.Seorang wanita bertumbuh sintal dengan gaun
“Tentu saja urusanku karena aku ayah si kembar. Aku tidak suka ibu dari anak-anakku berdansa dengan pria lain. Anak-anak tidak akan suka,” desis Dario cemberut.Aria mendengus.“Jangan menggunakan anak-anak untuk mengaturku.”Dario berbalik menghadapnya dan meraih bahunya.“Apa sebenarnya kamu ingin dekat dengan Kevin Derrick?” “Aku dan Kevin ada urusan bisnis, mengapa suka mencampuri urusanku.” Aria menepis tangan Dario dari bahunya. “Apa kamu lupa bagaimana perlakuannya padamu dulu? Dan kamu masih membiarkannya terus mendekatimu,” kata Dario menuntut.“Ya, dan aku memaafkannya karena dia tahu bagaimana meminta maaf. Tidak seperti seseorang bahkan tidak pernah meminta maaf ataupun merasa bersalah.” Aria menatapnya dingin dan berjalan meninggalkannya.Baru setengah jalan dia tiba-tiba merasa pusing dan langkahnya menjadi goyah hampir jatuh. Seorang pelayan menabraknya dan membuat gelas Wine tumpah di gaunnya.“Maafkan aku Nona!” Pelayan itu meminta maaf dengan panik melihat gaun bir
“Melissa? Kalian juga membiusku dengan obat perangsang?!” Dia mendesis marah saat diseret dengan cepat di lorong kamar hotel.Tenaganya melemah akibat obat perangsang hingga tidak bisa melawan pelayan itu.“Benar,” kata pelayan itu sebelum tersenyum melepaskan Aria.“Kita sudah sampai.”Mereka berhenti di depan pintu kamar hotel nomor A 1845.Meski Aria dibius dengan obat perangsang, dia tidak mabuk dan pikirannya masih sedikit jernih.Telinga cukup tajam untuk mendengar suara aneh dari dalam. Seperti suara terengah-engah seorang pria.“Apa yang kamu lakukan membawaku ke sini?” dia berkata waspada dan berjalan mundur menjauhi kamar itu.Punggungnya menabrak seseorang di belakangnya.“Nona Melissa, saya sudah melaksanakan perintah Anda,” kata pelayan itu berbicara dengan orang di belakang Aria.“Saya permisi.” Pelayan itu dengan cepat pergi meninggalkan mereka.Aria cepat berbalik dan menyipit marah.“Melissa, ini semua perbuatanmu?” desisnya menahan amarah.Di depannya sosok Melissa m
Teriakan dan geraman buas dari dalam terdengar teredam di balik pintu tertutup.Kaki Aria melemas dan dia jatuh ke lantai. Tubuhnya gemetar. Dia memegang kepalanya yang pusing. Panas di tubuhnya naik drastis.Desahan suara berat dari dalam kamar hotelnya membuatnya merinding dan merindukan sebuah sentuhan pria di tubuhnya.Napas Aria terengah-engah. Tangannya tanpa sadar bergerak mengusap payudaranya. Putingnya mengeras dari balik gaunnya.“Tidak ....” Aria terengah-engah sambil menggelengkan kepalanya mencoba berpikir jernih.Dia berdiri dan meninggalkan kamar itu dengan langkah sempoyongan. Namun efek obat bius mulai tidak terkendali.Aria berhenti dan bersandar di dinding dengan terengah-engah. Wajahnya memerah padam. Tangannya mengusap gaunnya gerah. Dia ingin melepaskan gaunnya dari tubuhnya. Dia merasa sangat panas dan gerah.“Aria. Apa yang terjadi padamu?”Seseorang memanggil namanya dan menghentikan pikiran liar Aria untuk melepaskan gaunnya.Orang itu memegang bahu Aria tela
Dario menekan tubuh Aria ke atas tempat tidur. wanita itu terus mengerang dengan suara sensual yang membutakan akal sehatnya.Dario melepaskan cumbuannya di leher wanita itu dengan napas terengah-engah. Matanya berkabut nafsu memandang wanita di bawah tubuhnya.Rambutnya tersebar di seprei putih. Wajah Aria memerah dan berkeringat. Bibirnya bengkak dan memar akibat ciuman mereka beberapa saat yang lalu.Aria menatapnya dengan mata berkaca-kaca dengan nafsu yang sangat jelas di matanya.Dario merasakan kejantanannya mengeras hanya pandangan wanita itu.“Kamu sangat cantik,” bisiknya serak membelai pipi Aria.Aria mendesah menggosok pipinya ke telapak tangannya besar seperti anak kucing.“Sentuh aku ... kumohon ....” Dia meraih telapak tangan Dario di pipinya dan menggenggamnya untuk meremas payudaranya di balik gaun.Dario memandang telapak tangannya di payudara Aria namun tidak bergerak untuk meremasnya seperti permintaan wanita itu.Aria Kesadaran Aria sangat kabur. Panas di tubuhnya
Setengah jam kemudian Aria tertidur lelap di tempat tidur.Sementara itu Dario masuk ke kamar mandi air dingin untuk meredakan ketegangan di tubuhnya.Selama beberapa saat dalam keheningan kamar, Aria perlahan membuka matanya. Dia mengerjap menatap kosong langit-langit kamar hotel.Dia memegang kepalanya dan mengerang merasakan kepalanya seperti dihantam palu godam. Dia perlahan bangun. Dia mengerang merasakan tubuhnya lengket dan kelelahan seolah dia habis melakukan lari maraton. Terutama bagian intimnya terasa lembap. Terasa sisa-sisa sensasi aneh di bagian intimnya yang membuat Aria memerah.Dia dengan cepat melirik ke bawah dan mendesah lega melihat gaunnya masih utuh. Namun celana dalamnya hilang entah ke mana dan bagian bawahnya terasa dingin.Otaknya perlahan memproses semua kejadian sebelum dia kehilangan akal sehatnya.Melissa dan Tuan Brown lalu ....Wajah Aria berubah dari merah ke pucat ketika ingatan saat dia melemparkan dirinya ke pelukannya Dario membanjiri kepalanya. d
Suasana menjadi hening di antara mereka. Aria masih di tempat tidur sementara Dario bersandar di meja dengan tangan menyilang di depan dada menatap wanita itu.“Apa yang terjadi padamu? Siapa yang membiusmu dengan obat perangsang?”Pertanyaan Dario mengingat apa yang diperbuat Melissa pada dirinya.“Melissa ....” Dia menggertakkan gigi marah.Jika rencana Melissa berhasil, dia akan berakhir dengan mengerikan dengan Tuan Brown.Namun nasibnya masih harus terjebak dengan obat perangsang dan pria yang sangat ingin dia jauhi.“Melissa Crowen? Tampaknya adik tirimu tidak bisa hidup dengan tenang barang sedikit pun. Selalu menargetkanmu untuk membalas kebenciannya,” komentar Dario melirik Aria.Dia mengingat laporan dari bawahannya yang diperintahkan untuk mengawasi Aria dan anak-anaknya selama dia tidak ada di Capital. Aria dan Melissa terlibat dengan perseteruan di mal dan mempermalukan Melissa dengan brutal.Aria tersenyum dingin.Sedari kecil Melissa selalu menggangungnya dan tidak akan
Di aula pesta, Emily mengamati para tamu pesta gelisah. Matanya terus melirik ponsel yang digenggamnya. Sudah saru jam, dia belum menerima kabar Melissa.“Nyonya Crowen, mengapa kamu begitu gelisah? Apa pesta keluargaku membuatmu tidak senang?” Seorang wanita paruh baya bertanya dengan nada sinis pada Emily.Dia adalah Kate, Nyonya Derrick sekaligus Ibu Kevin.Sejak terbongkar Melissa menjebak putranya, hubungan Kate dan Emily memburuk. Kedatangan Emily di pestanya membuat Kate tidak senang. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa Emily dijamin oleh Tuan Muda Carter.Para Nyonya di sekitar menoleh mendengar pertanyaan Nyonya Derrick dan menatap Emily yang sedari tadi diam.“Benar, Nyonya Crowen tidak biasanya kamu diam. Apa terjadi sesuatu?” Seorang Nyonya bertanya sok.Emily menegang kemudian tersenyum palsu.“Tidak, sedang menunggu panggilan putriku.”“Oh, Melissa? Aku tidak melihatnya di pesta. Ke mana dia pergi?” tanya salah satu Nyonya menatap ke sekeliling.“Tuan Muda Carter masih