Apa saat dia hamil muda saat tinggal di Capital hamil muda?Tapi Kevin tidak pernah mendengar Aria sudah menikah. Sebuah pikiran aneh melintas di kepala pria itu dia menatap Aria agak rumit. Mulutnya terbuka ingin bertanya tapi kemudian menutup mulutnya.Aria seperti melihat apa yang dipikirkan mantan tunangannya tentang dia dan tidak mencoba untuk menjelaskan. Hanya menatap pria itu dengan tenang menunggu ejekan dan hinaannya.Namun alih-alih menghinanya seperti tujuh tahun yang lalu dia justru tersenyum tulus.“Aku tidak tahu kamu sudah menikah, selamat ya.”Wajah Aria agak kaku. Dia tidak membantah atau mengoreksi ucapan Kevin yang mengira dia sudah menikah.“Ya terima kasih.”Kevin mengalihkan pandangannya pada si kembar sebelum berjongkok di depan mereka sambil tersenyum mengulurkan tangannya di depan Delin.“Halo, aku teman ibumu, siapa nama gadis cantik?”Delin tersipu dipuji oleh seorang paman tampan. Meski tidak setampan ayah dan paman Seth-nya, Kevin adalah orang asing yang
“Omong-omong, keluargaku akan mengadakan pesta untuk perayaan perusahaan dua minggu lagi, apa kamu ingin datang?”“Pesta? Tapi aku tidak mendapat undangannya.”“Aku bisa mengurus itu selama kamu mau datang. Akan kukirimkan undangan padamu.”“Ah, akan aku pikirkan. Aku agak sibuk dengan usaha bisnisku,” balas Aria mengalihkan pandangannya.Sejujurnya dia tidak ingin datang apalagi harus bertemu dengan orang tua Kevin yang dulu dianggap sebagai orang tua kedua baginya. Karena masalah kehamilan Melissa orang tua Kevin mengungkap wajah asli mereka dan menghinanya dengan kejam.Meski Aria ingin melupakan masa lalunya, ada beberapa hal yang tidak bisa dia lupakan. Terutama orang-orang yang dulu sangat dekat dengannya.Aria mengernyit suram mengingat penghinaan dan angkuh orang tua Kevin saat merendahkannya. Sebisa mungkin dia menjauh dari mereka untuk menjauh dari perasaan tidak enak.Kevin tampak tidak mengingat hal itu dan membujuknya untuk datang.“Banyak pengusaha dan rekan bisnisku yan
Melissa tampak terluka melihat ekspresi jijik di mata Kevin.“Meski sudah bertunangan dengan Carter, aku masih belum melupakanmu. Kamu adalah cinta pertamaku yang tidak bisa kulupakan,” ujarnya berpura-pura sedih mendekatinya.Kevin mundur dan mengernyit tidak suka.“Nona Crowen, tolong jaga ucapanmu. Kita semua tahu bagaimana kamu menipuku. Itu membuatku jijik setiap kali mengingatnya,” desis dingin.“Sebaiknya kamu jujur pada Tuan Muda Jones. Jangan menipunya seperti yang kamu lakukan padaku.”Melissa menyingkirkan kepura-puraannya dan menyilangkan tangannya di depan dada tersenyum angkuh.“Bilang saja kamu cemburu pada Carter dan masih memiliki perasaan padaku. Bagaimana pun Carter lebih baik dari pada kamu,” ujarnya tersenyum angkuh.Kevin menatapnya geli dan jijik.“Kamu terlalu berdelusi, tidak semua orang yang termakan rayuan menjijikkanmu menyukaimu dengan tulus,” ujarnya acuh tak acuh.“Lagi pula ....” Kevin melirik Melissa, “Kita tidak tahu apa kamu bisa mempertahankan statu
Seperti yang dikatakan Kevin, beberapa hari kemudian undangan pesta keluarga Derrick dikirimkan ke alamat rumah Aria pada hari minggu. Namun Kevin sendiri yang datang mengantar undangan alih-alih perwakilannya mau pun kurir.“Kamu tidak repot datang sendiri untuk mengantar undangan,” kata Aria mengerutkan keningnya menyambut Kevin di depan rumahnya.Kevin tersenyum.“Kebetulan aku sedang senggang sekalian datang saja. Akan lebih baik aku sendiri yang datang mengantar undangan sebagai bentuk ketulusan sekaligus mengunjungi teman lama,” ujarnya kemudian menyerahkan undangan dan sekeranjang buah.Dia membawa banyak kantong barang bersamanya.“Ah kamu tidak perlu repot-repot ....” kata Aria canggung melihat oleh-oleh yang dibawa Kevin.“Tidak apa-apa, tidak pantas bagiku mengunjungi seorang teman dengan tangan kosong. Tolong diterima,” balas Kevin menatapnya penuh harap.Aria mengusap tengkuknya merasa tidak enak menolak niat tulus Kevin.“Masuklah ....” Aria kemudian menerima barang-bara
Aria mengangguk.“Ya si kembar udah kelas tiga.”“Kelas tiga? Mereka pasti anak-anak yang pintar sampai naik kelas tiga di usai enam tahun.” Kevin menatapnya dengan mulut takjub.Aria tersenyum kecil tampak bangga ada yang memuji anak-anaknya. Dia tidak meragukan kecerdasan Dixon, tapi Delin yang manja dan malas belajar cukup pintar jika dia mau.Anak-anaknya mewarisi kecerdasan ayah mereka Dario Clark. Aria tidak mau mengakui itu.Tidak lama kemudian terdengar suara gaduh dari lantai atas dan suara riang Delin berlari turun dari tangga.“Ibu, Delin dengar ada Paman tampan yang berkunjung!” seorang gadis kecil masih mengenakan piama berlari memeluk Aria sambil memegang boneka beruang kecil.“Delin, kenapa kamu tidak berganti baju,” tegur Aria melihat putrinya masih mengenakan piama.“Maafkan aku Nyonya, Delin berlari ke sini setalah tahu ada tamu yang datang.” Bibi pengasuh menyusul dan meminta maaf pada Aria.Dixon di sebelahnya dengan ekspresi cemberut melirik ke arah Kevin.“Halo a
“Papa!”Tubuh Aria menegang.Dario? kenapa dia di sini? Bukankah Delin bilang dia pergi perjalanan bisnis di luar negeri? Batin Aria bertanya-tanya. Dixon mengerucutkan bibirnya cemberut tidak mengikuti Delin untuk menyambut ayahnya. Dia sebaliknya menatap Kevin dengan tatapan menilai.Sekarang apa yang kamu lakukan di rumahku saat ayahku ada di sini?Dia berharap kedua pria dewasa bertengkar dan membuat marah ibunya.Sudut bibir Dixon melengkung licik. Enak saja mereka mendekati ibunya yang cantik.Kevin mengerutkan keningnya.Papa? Apa yang dia maksud adalah Dario Clark?Kevin menatap Aria dengan tatapan aneh.“Apa dia suamimu?” tanyanya berpura-pura tidak tahu.“Bukan,” balas Aria dingin, kemudian berdiri dan mendekati pintu.Di luar terlihat Dario menggendong Delin yang memeking girang.“Papa, Delin kangen!” gadis kecil itu memeluk leher Dario erat.Dario mencium pipi putrinya dengan penuh sayang.“Papa juga kangen Delin. Papa bawa oleh-oleh dari luar negeri untuk Delin dan Dixon
Namun pria itu tidak memedulikannya dan menatap putrinya dengan senyum miring.“Papa, belum pernah makan di rumah Delin. Apa Delin mau mengajak Papa makan bareng?” dia mengedipkan sebelah matanya pada gadis kecilnya.Delin menyengir sebelum kemudian mengangguk.“Mau, mau, mau. Ibu biarkan Papan makan siang bersama. Delin mau tunjukkan kamar Delin sama Papa.” Dia menatap ibunya dengan tatapan memohon.Aria mencoba tersenyum.“Sayang, papamu harus berangkat kerja. Jangan mengganggunya dan cepat turun dari gendongan papamu. Kamu sudah besar untuk di gendong.”Delin mengerucutkan bibirnya sambil menggelengkan kepala tidak mau turun dari gendongan ayahnya. Dia memeluk leher Dario erat.“Ini hari minggu. Aku tidak ada pekerjaan di hari Minggu,” balas Dario meyakinkannya.Aria menggertakkan giginya menatap dingin.“Aku tidak akan membiarkanmu masuk ke dalam rumahku, bajingan,” desisnya dengan gigi terkatup.Dario mengalihkan pandangannya pada putrinya.“Sayang, ibu menggertak Papa dan tidak
Dario mengatupkan bibirnya dengan ekspresi dingin di wajahnya.“Kamu tidak seharusnya di sini,” desisnya mengancam.Kevin masih tersenyum, terlihat lebih ramah dari sebelumnya.“Mengapa? Memangnya kamu siapanya Aria? Suaminya?” balasnya mencemooh.“Siapa yang kamu bilang? Dia bukan suamiku. Aku tidak pernah menikah.” Aria memasuki ruang tamu dengan ekspresi tenang menatap kedua pria yang saling bersitegang.Dario menatapnya dengan ekspresi tidak senang.“Mengapa dia ada di sini?” desisnya menuntut.“Aku yang mengizinkannya masuk.”“Kamu seharusnya tidak membiarkannya masuk dan berinteraksi dengan anak-anak,” desis Dario menahan amarahnya.“Suruh dia pergi dari rumah ini.”Aria mengernyit menatapnya marah.“Ini rumahku dan Kevin adalah temanku. Urusan aku untuk membiarkannya masuk dan berinteraksi dengan anak-anak.”“Aku ayah Delin dan Dixon. Aku tidak suka pria lain dekat dengan anak-anakku. Apa yang mereka pikirkan melihat ibunya dengan pria yang bukan suaminya.”Aria menyipit menata