Anggota keluarga Garrett yang lain membisu, dan menatap Dario dengan berbagai macam pandangan yang tidak ramah.Dario tak berkutik, tidak bisa mencari jawaban dari pertanyaan kritis Joseph dan pandangan tidak ramah dari anggota keluarga Garrett“Papaa!!!”Panggilan itu mengalihkan semua orang dan menyelamatkan Dario dari intimidasi Joseph.Seorang pria berpenampilan flamboyan menggendong Delin dalam pelukannya, sementara tangannya yang lain menggandeng Dixon menghampiri mereka.Mata Dario berkedip cerah melihat anak-anaknya yang sudah lama tidak ditemuinya.Mata Dixon dan Delin melebar melihat Dario.Delin memaksa turun dari gendongan James dan berlari ke arah Dario dengan tangan terentang. Dixon mengikutinya di belakang“Papaaa ....”Dario berjongkok membuka tangannya menyambut si kembar dalam pelukan erat.“Delin, Dixon ....” Dia mencium pipi Delin dan kening Dixon kuat-kuat sambil memeluk mereka erat menandakan kerinduannya pada anak-anaknya.“Ayah tidak sakit lagi, kan?” kata Dixo
Tubuh Dario menegang. Dia sontak berdiri ingin membuka pintu ruang operasi untuk melihat keadaan Aria.“Apa yang kamu lakukan?” Seth menghentikannya sebelum Dario menerobos masuk ke ruang operasi.“Tentu saja melihat Aria! Dia berteriak kesakitan. Apa saja yang dilakukan dokter membuatnya berteriak kesakitan!” Dario memelototinya.Seth mendengus. Bibirnya terangkat membentuk senyum miring yang terlihat mengejek di mata Dario. “Apa-apaan ekspresi wajahmu?” Dario menatapnya tersinggung.“Aria sepupumu, namun kamu terlihat begitu santai saat dia berteriak kesakitan? Kamu sungguh tidak berperasaan,” desisnya dingin.Seth mundur sambil menyilangkan tangannya di depan dada menatap Dario masih dengan senyum miring di wajah.“Aria sedang melahirkan, tentu dia akan kesakitan sama seperti saat dia melahirkan si kembar. Kamu seolah tidak tahu rasa sakit orang yang melahirkan,” balasnya acuh tak acuh.Dario membuka mulutnya ingin membalasnya, namun tidak menemukan kata-kata yang tetap untuk memb
Dario dan Seth masih berdiri di luar ruang operasi dengan sikap bermusuhan.James berdiri di depan Seth dan Dario, memandang mereka dengan ekspresi tertarik. Dia tidak pernah melihat sepupunya, Seth tampak begitu bermusuhan dengan seseorang. Apalagi pria yang bernama Dario terlihat agak menarik.James kurang mengetahui masalah pribadi Aria seperti keluarga Garrett yang lain. Dia jarang menghabiskan waktunya jauh dari rumah dan berkeliaran di sana sini.“Apa kamu sungguh ayah kandung si kembar? Jika dia lihat-lihat kamu sangat mirip dengan Dixon,” katanya meliriknya keponakannya yang berdiri sebelah Dario.Dixon membuang muka dengan bibir mengerucut cemberut.Bahkan ekspresi masamnya sama dengan ayahnya.Dario menoleh mendengar pertanyaannya.“Iya.” Dia mencoba terlihat tenang dan sopan menjawab pertanyaan James.Tak peduli sekesal apa dia pada Seth, dia tidak ingin semakin memperburuk citranya dengan bersikap tidak ramah pada anggota keluarga Garrett yang lain.James melirik penampila
Seth menunduk dan mengelus rambut Dixon menenangkannya.“Jangan khawatir. Ibu akan baik-baik saja.”“Tapi berteriak kesakitan,” protes Dixon.“Ibumu pernah kesakitan seperti ini ketika dia melahirkan kamu dan Delin,” balas Seth tenang.Dixon mengerutkan keningnya menatap pamannya.“Melahirkan kami? Paman apa artinya itu?” tanya polos.“Ibu sedang melahirkan adik kalian.” Dario yang menjawab tidak ingin memberi Seth kesempatan untuk memberitahu anak-anaknya.Seth menatapnya dengan ekspresi tenang. Namun sudut bibirnya melengkung membentuk seringai miring.“Adik?” Delin memiringkan kepalanya menatap wajah ayahnya.“Jadi Delin akan punya adik?”Dario tersenyum mencium pipi Delin.“Ya, Delin dan Dixon akan punya adik. Kalian harus menjaga adik kalian dengan baik.”Mata Delin justru berkaca-kaca.“Delin tidak mau punya adik.” Dia tiba-tiba menangis.“Ibu dan Papa tidak mau Delin lagi. Apa karena adik, Ibu dan Papa tinggalin Delin. Delin tidak mau adik!” Dia menangis meronta dalam pelukan D
Mira mengelus rambutnya dengan penuh sayang dan menggenggam tangan satunya.Joseph melirik Dario untuk terakhirnya kalinya.Dario tampak tegang.“Kita akan membicarakan ini setelah Aria selesai melahirkan.”Setelah mengatakan itu dia pergi meninggalkan tempat itu menyusul Evelyn dengan diikuti Dixon dan Mira.“Tampaknya, perjuanganmu untuk mendapatkan putri keluarga kita akan sulit.” James menepuk-nepuk pundak Dario berpura-pura prihatin.Dario menepis tangannya dengan ekspresi muram.Sayup-sayup suara teriakan Aria berhenti. Tak lama kemudian pintu ruang operasi tiba-tiba terbuka dan seorang pria mengenakan operasi keluar.Semua orang langsung menoleh. Dario dengan cepat meraih kerah jas dokter itu.“Bagaimana dengan Aria? Apa dia baik-baik saja?”“Posisi bayi sungsang. Kami mencoba memutar posisi bayi, tapi karena kelelahan dan kesakitan Nona Aria kehilangan kesadaran. Proses persalinan jadi sulit. Jika kita menggunakan Caesar akan lebih berisiko pendarahan dan infeksi pada sang ibu
“Baiklah, kalau begitu Tuan ikut dengan saya ke ruang operasi. Mungkin dengan kehadiran Anda sebagai suami atau calon suami akan membuat Nyonya Aria sadar dan berjuang untuk melahirkan. Ada kemungkinan anak dan ibu akan selamat,” ujar sang dokter.Dario langsung mendongak dengan ekspresi penuh harapan.“Baik, aku akan masuk.”Dokter itu kemudian menuntun Dario masuk ke ruang operasi, meninggalkan Seth dan James di luar.James melirik sepupunya yang memandang pintu ruang operasi yang tertutup.“Sepertinya akan lama,” komentarnya melirik sepupunya dari ujung mata.“Apa kamu ingin tetap di sini menunggu Aria atau ikut pulang ke rumah menunggu kabar?”Seth mengalihkan pandangannya dengan ekspresi acuh tak acuh.“Aku akan menunggu di sini. Jika kamu ingin pulang, pulanglah.”James menghela napas menepuk pundaknya.“Aku sungguh kasihan padamu. Kamu yang merawat dan menjaga Aria serta anak-anaknya selama tujuh tahun. Tapi siapa sangka, Aria tetap kembali ke pria itu.”Dia bukan tidak tahu pe
“Namun dampak dari melahirkan dengan normal bisa berbahaya pada bayi.”“Karena ini saya ingin Anda membuat pilihan antara ibu atau bayi.”Dario merasakan dadanya terimpit membuatnya sesak. Dia melirik ke arah ranjang Aria.Ini adalah salahnya. Dia seharusnya tidak membawa Aria naik pesawat ke Meksiko.“Apa tidak ada cara lain?” bisiknya lemah.Dokter menggelengkan kepalanya dengan tatapan penuh permintaan maaf.Dario terdiam menghela napas berat.“Aaaaaa ....”Teriakan kesakitan Aria membuatnya menoleh. Dia mengepalkan tangannya.“Aku tidak peduli dengan bayi lagi.” Dia melirik dokter itu tajam dengan tatapan mengancam.“Pastikan kalian mengutamakan keselamatan sang ibu. Jika sesuatu terjadi padanya, kamu dan dokter lain akan menanggung konsekuensinya,” desisnya dingin.Dokter itu menelan ludah dan mengangguk dengan ekspresi gugup.Dario kemudian meninggalkannya dan berdiri di sebelah Aria. Dia menggenggam tangan wanita itu erat sambil mengecup keningnya yang berkeringat banyak.Aria
Pintu ruang operasi terbuka dan menampilkan sosok Dario yang tengah berjalan dengan kepala yang tertunduk lesu.Seth yang menunggu di luar ruang operasi langsung menghampirinya.“Bagaimana kabar Aria sekarang?”Dario meliriknya namun tidak berkata apa-apa. Tak lama kemudian seorang dokter keluar.Seth meninggalkan Dario dan bertanya pada dokter itu.“Bagaimana kabar Aria?”Dokter menggelengkan kepalanya.“Nyonya Aria baik-baik saja. Hanya saja kami tidak bisa menyelamatkan bayinya.”“Para perawat tengah membersihkannya, sebentar lagi dia akan dipindahkan." Setelah mengatakan itu, dokter pun meninggalkan mereka.Seth terdiam dan melirik punggung Dario.Mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun selama beberap saat.Seth menenangkan dirinya.“Aria selamat, itu lebih baik.”Dario langsung berbalik dengan tatapan tajam.“Sialan!”Dia meninjunya untuk melampiaskan kemarahan dan rasa sakit di hatinya.Kata-kata Seth tanpa perasaan tidak bersimpati pada bayinya yang hilang. Akan lebih baik ti