Beranda / Thriller / Istri Tanpa Suami / 97. Amira dan Pantun

Share

97. Amira dan Pantun

Penulis: Diganti Mawaddah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mira, mau sampai kapan tompel palsu ini kamu tempelin di pipi?" tanya Aminarsih, ibu dari Amira. Amira saat ini tengah memberikan air liur di tempelan tompel yang ia beli online, lalu ia tempelkan di pipinya.

"Sampai Mira banyak teman, Bu. Mira gak mau teman -teman di sekolah, dekat sama Mira karena kecantikan atau kekayaan Mira," terang Amira sembari menyisir rambit keriting gimbal miliknya.

"Sini, Ibu bantu!" Aminarsih mengambil sisir, lalu mendekat pada puteri cantiknya yang bermata abu.

"Sayang aja, Bu, gak ada yang jual softlens putih, kalau ada Mira juga mau tutupi bola mata abu Mira pakai soflens putih."

Ami tergelak, lalu mencubit gemas pipi Amira.

"Bukannya cantik kalau bola mata putih semua, hantu itu namanya. Bukan cantik, tapi nyeremin," sahut ibunya masih diiringi tawa.

"Hilih, jin-jin yang main lari-larian di kelas Mira, itu matanya merah, Bu. Ada yang gak ada matanya juga," terang Amira yang kini menga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Carla
hahaha ya ampun amira ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Tanpa Suami   98. Surat Cinta dari Siapa?

    "Duh, kempes lagi!" Amira menatap lemas ban sepeda yang kempes. Padahal ia harus buru-buru sampai di sekolah. Ia berjongkok, sambil membuka standar miring sepedanya. Amira meraba ban sepeda yang benar-benar kempes.Dengan menghela nafas kasar, Amira tak punya pilihan lain, selain mendorong sepedanya untuk mencari bengkel terdekat. Untunglah, dqlam jarak seratus meter dari ia mendorong sepedanya, ada sebuah kios bengkel motor yang sudah buka pada pukul enam lima belas pagi."Bang, mau pompa dong," pintanya pada montir yang sedang menikmati kopinya. Amira menunjukkan keadaan ban belakang sepedanya yang kempes.Sang montir meletakkan gelas kopi di atas meja, lalu berjalan mendekat pada Amira dan juga sepedanya. Lelaki setengah baya itu berjongkok untuk memastikan seperti apa kempes ban sepeda pelangan ABG-nya ini."Ya udah, untuk sementara pakai angin dulu ya. Nanti, kalau ada waktu, Ade bawa ke bengkel sepeda saja. Bannya rusak ini."

  • Istri Tanpa Suami   99. Amira Terluka

    Sekelompok anak sudah duduk manis di dalam kantin. Di depan mereka banyak aneka hidangan snack sebagai menu yang mereka santap di saat jam istirahat seperti ini. Mereka masih mengenakan seragam olah raga, lengkap. Karena jam sebelumnya diisi oleh pelajaran olah raga.Kelas lainnya, baru saja menyerbu kantin. Siswa dan siswi nampak bergerombol memadati setiap lapak jualan yang ada di kantin sekolah mereka. Di dalamnya, sudah ada Amira dan si kembar tiga yang juga ikut mengantre membeli baso."Itu bocahnya yang pakai kunciran," tunjuk salah seorang siswi berseragam olah raga."Ya ampun, rambut sarang tawon itu?" semua yang ada di mejanya menertawakan Amira dari kejauhan."Ada tompelnya juga loh," seorang teman lain menambahkan."Apa? Serius luh? Cewek rambut sarang tawon dan ada tompel itu dikirimi surat sama cowok gue?!" kelima temannya mengangguk serempak. Baso yang hampir masuk ke dalam mulutnya, sampai terpental kembali

  • Istri Tanpa Suami   100. Pakaian Sonya Terbang

    Amira di bawa ke ruang UKS oleh salah seorang petugas keamanan sekolah, yang menggendong sambil berlari. Amira masih menutupi matanya yang sepertinya terluka. Bu Dewi yang melihat Amira digendong dalam keadaan tak biasa, memilih membatalkan niatnya masuk ke dalam kantor, lalu melangkah lebar menyusul Pak Rudi yang tengah menggendong Amira ke ruang UKS."Ada apa ini, Pak?" tanya Bu Dewi saat Amira sudah berada di atas ranjang single."Sepertinya ada anak-anak yang mengerjai Amira, Bu. Anak pemulung di depan itu yang melihatnya," jawab Pak Rudi sambil menoleh ke luar. Masih ada anak lelaki kecil berdiri di dekat pintu dengan karung barang bekas di pundaknya."Sakit, Bu," rintih Amira masih memegangi mata kanannya. Bu Dewi mendekat, lalu menarik pelan tangan Amira."Ya Allah, berdarah. Pak Rudi, Amira harus di bawa ke rumah sakit. Ayo, Pak. Cepat!" Bu Dewi berlari ke dalam kantor untuk mengambil tas, dan melaporkan kejadian yang menimpa Amira pada tema

  • Istri Tanpa Suami   101.Amira Memilih Mengalah

    Amira sudah diperbolehkan pulang, sore itu juga, oleh dokter jaga UGD. Namun, Amira harus kembali besok untuk periksa langsung ke dokter mata. Karena hari ini, dokter mata kebetulan tidak ada yang praktek sore. Bola mata Amira memang terluka karena kena kuku dari pelaku."Pa, itu yang nolongin Mira," tunjuk Amira, saat berjalan keluar menuju lobi rumah sakit, pada seorang anak lelaki kecil yang berjongkok di dekat tempat sampah."Hei, kamu!" panggil Emir, membuat anak pemulung itu setengah kaget, lalu segera berdiri."Tuan panggil saya?""Apa benar kamu yang telah menyelamatkan anak saya?""Mmm ... i-itu ....""Apa yang kamu lakukan di sekolah?""Saya memulung barang-barang di kebun belakang sekolah, setiap dua hari dalam seminggu, Tuan," jawab anak lelaki itu masih tak berani menatap orang dewasa, lawan bicaranya."Kamu tidak sekolah?" tanya Emir lagi, masih memperhatikan anak lelaki di depannya ini."Tidak, Tuan. Tidak

  • Istri Tanpa Suami   102. Surat Cinta Kedua

    Amira masuk ke dalam kelas yang masih lengang. Sudah pukul enam pagi, tetapi belum ada satu pun teman di kelasnya yang hadir. Apakah dia kepagian? Amira melihat jam tangannya. Lalu mengangkat bahu, dan kembali berjalan ke arah mejanya."Assalamualaykum. Kamu, yang lagi ngumpet di balik lemari. Ngapain masih di situ? Sana pergi! Jangan ganggu teman-temanku," usir Amira pada makhluk tak kasat mata yang bersembunyi. Amira yang fokusnya pada meja, kini menoleh pada makhluk yang masih tak bergerak di sana."Ck, masih belum pergi juga! Pergi, gue bilang!" Mira menekan suaranya agar tidak menjadi pusat perhatian lalu-lalang siswa kelas lain saat melewati kelasnya."Tolongin, Mira. Ini, ada buku yasin jatuh. Jadi, saya gak bisa lewat. Kejepit nih!"Amira mencebik. "Udah jelek, nyusahin lagi!" umpat Amira sembari berjalan ke arah lemari. Benar saja, ada satu buah buku yasin jatuh di lantai, tepat di depan makhluk tak kasat mata itu tengah melayang. Ami

  • Istri Tanpa Suami   103. Sonya Masih Berulah

    "Mau apa lu?!" tanya Sonya dengan ketus pada Amira."Kakak mau apa, lempar batu ke dalam kamar mandi?""Bukan urusan lu! Sana pergi!" usir Sonya. Amira memutar bola mata malasnya, lalu berjalan meninggalkan Sonya sendirian di dekat kamar mandi. Suara air kloset kembali terdengar, dan itu membuat Sonya melihat kembali ke dalam toilet."Masuk aja, Kak. Di dalam kamar mandi gak ada siapa-siapa, kok?!" teriak Amira membuat seisi kelas Sonya menoleh padanya. Karena Amira tepat berdiri di depannya.Seketika bulu roma Sonya berdiri, lalu mundur perlahan dengan jantung hampir berlompatan.Blaam!Tak ada angin dan tak ada hujan, pintu kamar mandi tertutup sendiri."SETAAAN!" Sonya lari terbirit-birit masuk ke dalam kelas. Dengan nafas tersengal, Sonya mengusap dadanya, dengan wajah pucat."Hei, ada apa Sonya? Kenapa berteriak?" tanya Pak Guru memandang Sonya dengan tatapan ingin tahu.

  • Istri Tanpa Suami   104. Haruskah Membalas Sonya?

    Sonya sudah berdiri di depan meja kepala sekolah. Di sampingnya ada Amira yang juga sudah berdiri, mengenakan baju olah raga dengan sebagain rok seragam yang basah. Bu Fitriah, selaku kepala sekolah, tentu sudah mendengar persoalan mata Amira yang terluka di sekolah dan ditambah hari ini, cucu pemilik sekolahnya malah terluka kembali di bagian wajah, karena tersiram kuah soto mie.Namun, tak banyak juga yang bisa ia lakukan, karena Sonya adalah cucunya. Bu Fitriah masih menatap kedua muridnya secara bergantian, lalu menghela nafas kasar."Jadi, benar kamu menumpahkan jus di atas mangkuk makanan Amira?" tanya Bu Fitriah pada Sonya."Tidak sengaja, Bu," sahut Sonya santai."Bagaimana bisa tidak sengaja? Memangnya kamu sedang apa?" cecar Bu Fitriah yang juga tak bisa melupakan begitu saja kesalahan Sonya."Sedang minum, jalan di dekat Amira, lalu didorong Kirana. Trus, gak sengaja jatuh deh.""Mari kita lihat CCTV kantin

  • Istri Tanpa Suami   105. Amira Naksir Anak Baru

    Amira sedang dibacakan dongeng oleh papanya malam ini. Sebenarnya, ia sudah sangat mengantuk, tetapi dongeng yang diceritakan papanya begitu seru dan dia enggan buru-buru terlelap. Hal ini selalu dilakukan Emir, saat Amira mengalami susah tidur, jadi tidak setiap malam. Dalam sepekan, papanya akan membacakan cerita atau berdongeng bisa dua atau tiga kali.Tergantung sang papa sempat, dan sedang tidak keluar kota. Sejak kecil, Amira selalu dibacakan cerita oleh Papa Emir sebelum ia tidur malam. Bahkan hingga Amira berusia tiga belas tahun, Amira tak bisa melepas kebiasaan sejak kecilnya.Papa Emir bercerita tentang kisah Cinderella modern yang jatuh cinta pada seorang lelaki biasa. Seketika Amira mengingat sesuatu dan hampir saja ia lupa menanyakannya."Pa, emangnya pacaran itu apa?" tanya Amira yang tadinya berbaring, kini memilih duduk sambil menanti jawaban bijak sang papa."Kenapa tiba-tiba tanya itu?" Emir menutup buku ceri

Bab terbaru

  • Istri Tanpa Suami   142. KEJUTAN (ENDING)

    Acara akad nikah dan resepsi yang diadakan diballroomsebuah hotel mewah, berlangsung lancar dan meriah. Para tamu undangan yang berbondong-bondong memberikan selamat dan juga mendoakan sepasang pengantin yang tengah berbahagia di atas pelaminan sana.Semua bergembira dan tersenyum penuh senang. Amira, si gadis super unik, berjodoh dengan Reza yang tak lain adalah anak majikan sang ibu, saat dahulu kala. Jika ada penulis yang bersedia menceritakan kisah mereka dan memberi judul 'Menikahi Anak Pembantu', pasti sangatlah tepat. Namun itu hanya sepenggal kisah masa lalu yang dilalui Amira dan juga ibunya. Saat ini, mereka bahkan tak tahu berapa banyak aset perusahaan dan juga warisan yang ditinggalkan Uyut Wijaya untuk Amira dan juga ibunya.Buktinya dapat dilihat dari para undangan yang hadir, mulai dari wali kota Jakarta Selatan dan beberapa stafnya. Belum lagi lurah, dan camat setempat. Relasi bisnis sang papa, teman se

  • Istri Tanpa Suami   141. Hari Pernikahan

    Devano menjadi pusat perhatian di dalam rumah besar milik Aminarsih. Lelaki itu tak banyak bicara. Hanya senyuman dan anggukan yang ia berikan, saat Amira atau Emir menanyai dirinya. Lalu bagaimana dengan Aminarsih? Wanita setengah baya itu tak mau mengeluarkan suara apapun untuk Devano. Bahkan ia menganggap lelaki itu sudah lama mati. Ia hanya menghargai Amira sebagai darah daging lelaki kejam seperti Devano.Lelaki itu duduk tepat di samping kiri Amira, sedangkan Emir dan Aminarsih ada di posisi kanan. Yasmin pun tak kalah bingung. Ia memang ingat, saat itu Narsih menggantikannya jadi pengantin Devano, tetapi bukannya mereka langsung berpisah beberapa hari kemudian? Harusnya, usia Amira lebih tua, atau tak beda jauh dari Reza. Namun, kenapa bisa Amira masih sangat muda?Satu hal yang paling menyeramkan dari semua ini adalah penampilan Devano yang telah kehilangan sebagian tangan kirinya. Ada banyak pertanyaan bersarang di kepalanya

  • Istri Tanpa Suami   140. Lamaran

    Langit malam tampak begitu terang benderang. Bintang bertabur di atas sana yang jika kita perhatikan, tampak seperti bentuk kursi. Aminarsih membiarkan jendela kamarnya terbuka. Sambil memijat kaki sang suami, sambil menikmati sinar bintang dan rembulan.Besok adalah hari lamaran Amira. Semua sudah disiapkan dengan begitu sempurna oleh Aminarsih dan juga suaminya. Keputusan sang puteri kesayangan sudah bisa mereka terima dengan lapang dada. Namun masih ada satu yang mengganjal Aminarsih, tetapi ia ragu untuk menanyakan perihal itu pada suaminya."Kenapa, Sayang? Sepertinya sedang memikirkan sesuatu? Apa ada yang belum rapi untuk acara besok?" tanya Emir penasaran, saat tiada suara yang keluar dari bibir sang istri saat memijatnya. Tidak seperti biasanya yang selalu ada saja yang menjadi bahan perbincangan."Pa, Ibu mau tanya. Mm ... tapi Papa jangan tersinggung. Ini soal ....""Devano?" tebak Emir dengan s

  • Istri Tanpa Suami   139. Say Yes!

    Amira, Reza, dan Aminarsih sudah duduk saling berhadapan di sofa ruang tamu. Ketiganya duduk tergugu tanpa mengeluarkan suara. Terutama Amira yang merasa sangat malu bercampur haru. Wajahnya terus saja meron saat lelaki dewasa di depannya tak pernah memutus pandangan untuk menatapnya.Merahnya buah apel di kebunnya, sudah pasti kalah dengan warna pipinya saat ini. Hangat dan begitu bersinar sangat cantik. Bagaimana seorang Reza semakin tidak terpesona dengan gadis seperti Amira? Sungguh berbeda saat bertegur sapa di telepon dan saat ini bertemu langsung. Amira masih saja menunduk malu tanpa suara. Gadis itu sibuk memilin ujung bajunya sambil sesekali menggigit bibirnya."Kita kok jadi diam-diaman gini ya? He he he ...." Aminarsih membuka suara sambil tertawa kecil. Reza pun tersadar dari lamunan, lalu menoleh pada Aminarsih dengan wajah yang merona juga."Bingung mau ngomong apa, Tante. Hati saya terlalu senang saat bertem

  • Istri Tanpa Suami   138. Bertemu

    Tiga tahun kemudian.Banyak sekali hal indah yang dialami Amira selama menjalani masa SMA. Teman yang banyak lagi seru. Guru-guru yang perhatian, namun tetap tegas. Orang tua dan adik-adik yang selalu memperhatikan dan sayang padanya. Pacar yang selalu sabar bila ditinggal tidur, atau ditinggal main olehnya. Benar-benar sempurna. Ditambah lagi teman-teman goib yang tak pernah mengganggunya. Hanya numpang lewat, atau say hello saja. Beda dengan dokter koas yang selalu mengukuti ke mana pun ia pergi.Pagi ini sarapan sedikit berbeda, karena wajah sang papa sedikit asem dan tak bersemangat. Apakah papanya sakit? Amira hendak bertanya, tetapi sungkan. Ia hanya memperhatikan lelaki yang semakin hari semakin dewasa itu tengah menyesap teh manis yang dituangkan istri tercinta ke dalam cangkir ukiran miliknya."Papa sakit?" kali ini Mahesa yang bertanya. Untunglah, mewakili perasaan penasaran dirinya. Emir mengangkat wajahnya, lalu tersenyum tipis.

  • Istri Tanpa Suami   137. Serunya Masa SMA

    Berawal dari kejadian hari pertama di sekolah, Amira menjadi terkenal. Ditambah lagi, semua guru baru mengetahui bahwa Amira adalah cicit pemilik lembaga pembelajaran mereka, sehingga hampir semua guru dan staf sangat menyukai Amira.Saat ini, Amira belajar di kelas XA bersama dengan Andini. Baru sepekan mengikuti kegiatan belajar mengajar, Amira sudah akrab dengan semua teman di kelasnya. Ditambah lagi desas-desus bahwa gadis itu adalah cikal-bakal pemilik lembaga pendidikan ini kelak. Tentulah banyak teman baik laki-laki mau pun perempuan yang dekat dan baik pada Amira. Namun tetap saja, Amira lebih merasa cocok dengan Andini. Si lemot yang menggemaskan."Nomor lima dong," bisik Andini pada Amira. Hari ini mereka ada kuis dari pelajaran matematika yang mengulang materi pembelajaran saat seragam putih biru. Andini dan Amira duduk di barisan tengah, juga saling bersebelahan."Belum. Baru nomor dua," jawab Amira sambil berbisik."Boho

  • Istri Tanpa Suami   136. Hari Pertama SMA

    Dasar Amira! Terbiasa tak punya ponsel, sehingga ia melupakan benda itu. Padahal sudah satu bulan ini ia pakai. Namun, Amira lebih sering mengabaikan ponselnya, karena tak ada akun media sosial apapun di dalam sana. Hanya, WA, musik, dan aplikasi ruang guru.Mulai dari bangun tidur, mandi, salat, kemudian berpakaian, Amira masih tak sadar dengan keberadaan ponselnya. Benda itu jatuh di kolong tempat tidurnya sehingga ia pun tak menyadarinya. Ponsel itu disilent dan saat ini tengah berkelap-kelip, tanda seseorang tengah menghubungi dirinya. Namun sayang, Amira yang sibuk dengan hari pertama mulai masuk sekolah, memilih langsung keluar kamar dengan aneka pernak pernik di tubuhnya.Ranselnya penuh dengan barang persiapan pengenalan lingkungan sekolah. Mulai dari tanah liat, chiki, sampai bola bekel ada di dalam tasnya. Amira tak tahu saja, bahwa kekasih hatinya tengah memendam penasaran karena teleponnya tak kunjung diangkat. Padahal lelaki itu hendak mengucapkan

  • Istri Tanpa Suami   135. Pejuang LDR

    "Mira, mau ke mana?" tanya Aminarsih pada puterinya."Naik ke kamar, Bu. Daah ... makasih Ibu kejutannya," ujar Amira yang baru saja hendak naik ke atas, lalu berbalik badan, mencium pipi ibunya, lalu dengan berlari cepat ala goib, sudah berada di dalam kamar sambil memegang ponsel. Jika yang lain perlu mengatur napas, maka Amira tak perlu karena berlari secepat apapun ia tidak akan terengah-engah."Hallo, Sayang," ucapnya sambil menutup mulut menahan tawa."A-a-apa?" suara terbata Reza di seberang sana."Sayang."Brugh!Brugh"Hallo ... hallo ...."Amira memandang sambungan telepon yang terputus. Apakah sinyalnya jelek? Gadis itu mencoba melakukan panggilan lagi, tetapi tidak tersambung. Ia tak marah atau kecewa, gadis itu malah terus saja tersipu malu, bahkan ia membawa tubuhnya berputar-putar karena rasa senang yang luar biasa. Akhirnya, setelah dua tahun setengah me

  • Istri Tanpa Suami   134. Rindu

    Dua tahun lebih sudah berlalu. Hari ini adalah hari kelulusan Amira dari seragam biru putih. Semua siswa menanti dengan debaran tak bisa dikendalikan. Mereka antre dari pagi untuk membaca penguman kelulusan. Pagar besar sekolah masih terkunci. Karena masih pukul lima lebih lima belas menit. Gerbang sekolah biasa dibuka pukul lima tiga puluh. Antrean semua siswa sudah tak sabar ingin membaca papan pengumaman di kelas mereka masing-masing.Sudah ada Amira yang semakin hari semakin cantik dan mempersona. Begitu juga dengan ketiga teman kembar tiganya. Mereka tumbuh menjadi gadis yang menggemaskan sekaligus cerdas. Jika Amira lebih menonjol pada aktifitas olah raga, berbeda dengan Andrea dan Aleta yang berprestasi di bidang akademis. Keduanya selalu saja mendapat peringkat tiga besar di kelas. Lain lagi Andini, si gadis tidak nyambung itu memiliki suara yang sangat bagus dan masuk ke dalam group paduan suara sekolah."Lu udah sarapan?" tanya Andrea pada Amira

DMCA.com Protection Status