"Aaaaa!" pekik Nilam yang begitu shock melihat Kiara dan seorang pria yang tengah bermesraan di atas ranjang."Nilam, ada apa?" ayah Kiara pun seketika itu muncul karena mendengar teriakan Nilam.Nilam gemetaran dan ayah Kiara pun akhirnya ikut menyaksikan sendiri.Kiara sudah berusaha untuk mendorong dada Chandra agar menyingkir dari tubuhnya.Tapi tidak bisa dan sepertinya inilah yang dia tunggu."Kiara!" seru sang ayah penuh kemarahan melihat putrinya membawa laki-laki secara diam-diam masuk ke dalam kamarnya.Saat itu Chandra pun segera bangkit dan membuat Kiara juga segera berdiri."Ayah, ini nggak seperti yang Ayah lihat," kata Kiara dengan cepat.Tapi tatapan mata ayahnya kini tertuju pada Chandra."Chandra?" Farhan merasa mengena siapa pria yang ada di hadapannya.Usia mereka memang sama tapi berbeda dari segi wajah dan penampilan mungkin karena Chandra dari keluarga berada dan terurus.Berbeda jauh dengan Farhan yang tampak tua."Iya," jawab Chandra.Saat itu Kiara yang dibuat
"Om, tolong jelaskan kalau kita tidak ada hubungan," pinta Kiara tidak ada hentinya.Tapi Chandra memilih untuk diam hingga akhirnya keduanya pun dituntut untuk menikah oleh kedua orang tua Kiara.Namun, setelah menikah keduanya tidak lagi boleh menampakkan wajahnya di hadapan Farhan dan Diana.Terutama Diana yang tak lagi ingin mengenal putrinya Kiara.Hubungan mereka seakan berakhir sampai di sini meskipun sebenarnya tidak mungkin hubungan darah bisa diputuskan.Tapi rasa kecewa sudah terlanjur mendalam.Karena tidak mungkin Diana bisa menerima Chandra sebagai menantu setelah dulunya sempat menjalani hubungan spesial.Ini gila!Dan pernikahan pun terjadi di rumah sakit.Tentunya Dion sebagai adik dari Chandra terkejut mengetahui bahwa Kakaknya akan menikah dengan Kiara yang dulunya adalah baby sitter anaknya.Bahkan Nia juga sangat terkejut mendengarnya.Tapi begitulah adanya kini pernikahan pun telah dilaksanakan.Seperti apa yang dikatakan oleh Diana sebelum pernikahan terjadi."C
Chandra melihat Kiara yang masih menangis tanpa hentinya.Membuat perasaan bersalahnya muncul.Apakah dirinya terlalu memaksakan kehendak tanpa berpikir perasaan orang lain?Tapi, semuanya telah terlanjur terjadi.Hingga tatapan mata Kiara pun kini mulai mengarah padanya dengan tajam.Tampak jelas kebencian yang terpancar dari sorot matanya."Puas kamu sekarang?!" geram Kiara.Kiara masih menahan suara agar tidak terlalu keras.Bagaimana pun kini mereka masih berada di rumah sakit yang mana harus menjaga ketenangan pasien.Bahkan ibunya juga harus istirahat di dalam sana.Namun, rasa benci terhadap Chandra tak bisa dia tahan.Apa yang dilakukan oleh pria itu benar-benar sangat diluar akal sehat."Aku minta maaf," kata Chandra dengan raut wajah penuh penyesalan."Kalau maaf mu bisa mengembalikan keadaan menjadi baik-baik saja itu tidak masalah! Tapi, sayangnya maaf mu tidak akan merubah keadaan!""Semuanya sudah hancur berantakan karena fitnah gila mu!" geram Kiara.Apapun alasannya sa
Kiara masih duduk di sudut ruangan sambil menangis karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa telah menikah dengan Chandra, serta tak lagi dianggap anak oleh orang tuanya.Rasa sakitnya terasa mendalam dan entah bagaimana caranya untuk bisa menerima kenyataan pahit ini.Hingga Chandra pun kembali menghampiri Kiara.Dia pun berjongkok agar mengimbangi Kiara."Aku minta maaf," kata Chandra.Sejak beberapa jam berlalu setelah sebelumnya masuk ke dalam kamar Chandra tak bisa tenang karena Kiara masih duduk di lantai sambil menangis.Membuatnya pun segera kembali menghampiri dan membujuk Kiara untuk masuk ke kamar untuk beristirahat.Apa lagi malam semakin larut dan rasa dingin mulai terasa.Tapi saat Chandra berbicara Kiara tak ingin perduli.Kiara memilih untuk melempar tatapannya ke arah lain dari pada melihat wajah yang sangat dibencinya itu."Kiara, aku takut kamu sakit," kata Chandra lagi.Lagi-lagi Kiara tak ingin perduli, karena ucapan Chandra pun menurutnya sangat tidak mungkin da
Pagi harinya mata Kiara begitu sembab karena terlalu lama menangis.Cuaca yang cerah tidak seperti hati Kiara yang mendung.Benar-benar tidak bersemangat untuk menyambut pagi hari ini.Namun, Kiara tetap memiliki untuk pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan ibunya.Semoga saja keadaan Diana sudah lebih baik, itulah harapan yang saat ini tersimpan di hatinya."Kamu mau kemana?" tanya Chandra saat melihat Kiara yang hendak membuka pintu.Kiara pun menoleh dan melihat Chandra dengan malas.Sedangkan Chandra melihat wajah Kiara yang pucat, mata sembab dan rambut acak-acakan."Apa penting kamu tau?" tanya Kiara dengan sinis.Tapi Chandra hanya diam saja."Ah, iya. Aku lupa, kamu suami ku ya?" ejek Kiara.Kemudian Kiara pun menatap Chandra dengan miring."Suami tidak diinginkan!" tambah Kiara.Sesaat kemudian Kiara pun segera pergi dan tak butuh ijin dari Chandra.Tapi Chandra pun segera mengikuti kemanapun perginya Kiara."Kiara, tunggu," Chandra pun menghentikan langkah kaki Kiara yan
Semua biaya pengobatan Diana sudah ditanggung oleh Chandra.Namun, dia memilih diam karena tak ingin menimbulkan kesalahpahaman lagi.Saat pagi tadi dokter yang menangani Diana menghubungi dirinya.Dimana dokter itu adalah temanya sendiri.Kemudian mengatakan bahwa keadaan Diana semakin memburuk dan ditemukan lagi penyakit yang serius.Setelah dipastikan ternyata penyakit tersebut sudah cukup lama diderita, sehingga harus benar-benar ditangani dengan baik.Diberikan pilihan yang terbaik dan Chandra pun memutuskan untuk mengirim ke luar negeri tanpa berbicara pada Kiara.Dia takut Kiara menolak bantuannya sedangkan keadaan Diana sudah begitu buruk.Bahkan Diana dan Farhan sendiri tidak tahu tentang biaya pengobatan karena dokter merahasiakan sesuai dengan keinginan Chandra sendiri.***Hingga akhirnya Kiara pun sampai di kampus.Tidak ada kata yang keluar dari mulutnya sama sekali.Setelah turun dari mobil Chandra pun langsung melenggang pergi.Kiara sedang mencari keberadaan dia teman
"Kok tidur?" tanya Dinda melihat Kiara yang benar-benar tidak bersemangat sama sekali."Males banget liat wajah dia!" gerutu Kiara.Orang yang dia maksud adalah dosennya sendiri, Chandra."Nggak boleh gitu, nggak baik tau," Dinda pun memperingati Kiara agar tidak bersikap demikian."Perasaan kamu belain dia mulu, deh. Sebenarnya sahabat kamu aku tau dia sih?""Kiara, kamu kok ngomongnya begitu? Dia juga udah berusaha untuk membiayai pengobatan Ibu kamu," bisik Dinda agar suaranya tak sampai didengar oleh yang lainnya."Siapa suruh? Aku nggak minta!" jawab Kiara.Membuat Dinda hanya bisa menarik napas frustasi mendengar jawaban Kiara.Bagaimana pun saat ini tentunya kekecewaan masih begitu besar tersimpan dalam hatinya.Tapi paling tidak Dinda telah berusaha untuk meredam emosi Kiara.Sedangkan Chandra tahu Kiara pastinya tak ingin melihatnya hingga memilih untuk tidur di kursinya.Lain halnya dengan Moza yang mendadak senyum-senyum sendiri sambil melihat ponselnya."Kamu kenapa?" tany
"Yang bikin Moza," Moza pun menunjuk perutnya."Kamu tanya sama Nyonya Dinda?""Iya, malah katanya dia juga sering ngemut eskrim itu. Bikin Moza tampah pusing aja," gerutu Moza.Sedangkan Hilman terkekeh geli sambil geleng-geleng kepala melihat wajah polos Moza."Kok Kakak, senyum-senyum sendiri?""Lupain aja pertanyaannya, kita makan apa?" Hilman pun memilih untuk tak lagi membahasnya.Karena Moza hanya membuatnya menjadi tertawa terbahak-bahak karena kepolosannya."Makan siput gimana?""Baiklah."Hilman pun setuju dan segera membawa Moza sesuai dengan keinginannya.Benar-benar tidak tanggung-tanggung.Moza memakannya dengan begitu lahap sampai mulutnya begitu belepotan."Dasar anak kecil, makan pelan-pelan," kata Hilman.Moza pun melihat ke arah Hilman dan berpikir sejenak.Kemudian dia pun berbicara, "Seharusnya, Kakak lap pakai tisu, yang kayak di film-film itu lho, Kak," jawab Moza dengan wajah polosnya."Ahahahhaha," Hilman kembali tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Moza.
Kadang kala mendengar kebagian orang lain kita juga ingin merasakan seperti mereka. Namun, saat bahagia itu tiba tentu saja ada perjalanan yang penuh kerikil yang harus dilewati. Begitu pun juga dengan Dinda, awalnya dia juga menolak pernikahan paksa ini. Tapi takdir tetap saja membawanya untuk menjalaninya. Pernikahan yang tidak dia inginkan itu pula yang membawanya bertemu pada kedua orang tuanya. Hingga sadar bahwa dia tak lagi sendirian melewati semuanya. Belum lagi cinta dan kasih sayang yang diberikan oleh Dimas begitu besar. Meskipun perbedaan usia yang terbilang cukup jauh tapi bukan menjadi masalah untuk hidup terus berdampingan. Hingga kini mereka memiliki anak kembar yang lucu dan menggemaskan. Meskipun Dinda adalah ibu tiri untuk sahabatnya sendiri, tapi tidak membuat kedua merasa canggung. Moza yang awalnya menentang pernikahan ayahnya dan sahabatnya memilih untuk berdamai dengan keadaan. Apa lagi kenyataan pahit yang harus dia terima, bukan anak kan
Tuuut!!! Terdengar suara kentut yang cukup keras dan berasal dari Dinda. Membuat baby twins D seketika terjaga dan menangis keras. Padahal sudah payah Dinda menidurkan kedua bayinya itu. Tapi karena perkara kentut yang tak bisa dikondisikan malah membuat kedua bayi itu terusik. "Sayang," Dimas yang telah menunggunya sejak tadi di kamar pun memilih untuk segera menyusul ke kamar anaknya. Ternyata kedua anaknya tengah menangis keras. "Ada apa? Apa anak-anak rewel?" tanya Dimas. "Ini gara-gara kentut, tadi mereka udah tidur. Tapi Dinda malah kentut, mana suaranya keras banget. Bikin anak-anak kebangun," kesal Dinda. "Ahahahhaha," Dinda pun tertawa lucu mendengar ucapan Dinda, "kamu ini ada-ada saja, ayo tidurkan anak-anak dengan cepat, apa iya kita kalah sama pengantin baru itu," ujar Dimas. "Pengantin anak itu?" Dinda sepertinya bingung dengan maksud Dimas. "Sahabat mu itu dan Chandra, itu saja tidak tau!" "O, kirain tadi siapa. Ya, biarin aja mereka kan udah lam
"Baiklah, kamu tidur duluan, Mas mandi dulu, gerah," kata Chandra. Kiara mendengar suara gemerincing air dari kamar mandi. Saat itu Kiara pun segera keluar dari kamar. Dia pun pergi ke kamar Ibunya yang bersebelahan dengan kamarnya. "Ada apa?" tanya Diana. Awalnya Diana mengira jika saja Kiara sudah tidur. Ataupun mungkin saja terjadi hubungan antara suami dan istri dan rasanya itu sangat wajar. "Apa Mikayla rewel, Bu?" tanya Kiara yang hanya ingin membuat sebuah pertanyaan asal. Padahal dia sudah melihat sendiri jika saat ini anaknya tengah begitu terlelap dalam tidur di atas ranjang dengan Farhan yang juga berbaring di sampingnya. "Cucu Ibu baik-baik saja, kamu mendingan balik ke kamar mu, biasanya juga cucu Ibu tidurnya sama, Ibu," ujarnya. Karena Mikayla tidak minum asi, sehingga tidak sulit jika pun terus bersama dengan dirinya. "Oh," Kiara bingung harus beralasan apa lagi agar tetap berada di sana. Tapi jika bisa dia ingin tidur di kamar ini saja bersama
Kiara pun kini sudah berada di dalam kamar setelah pesta selesai. Malam ini semua keluarga menginap di hotel milik keluarga Chandra. Dimana pesta pun dilangsungkan di hotel tersebut. Kiara tidak tau apa yang terjadi padanya hari ini akan membawa kebahagiaan atau tidak nantinya Dia hanya sedang berjuang untuk putrinya, untuk terus bersama. Kini dia sedang berada di dalam kamar mandi, setelah selesai segera keluar dengan memakai piyama dan handuk putih yang membalut rambutnya. Saat itu matanya pun tertuju pada sebuah kado milik Dinda yang ada di sudut kamar. Dia sudah penasaran sejak tadi, apa lagi kini hanya sendiri saja di kamar. Membuatnya pun segera mengambilnya dan membawanya ke atas ranjang agar dia bisa duduk dengan nyaman. Tangan Kiara tampak bergerak melepaskan pita kado, kemudian bergerak membuka kotaknya. Mata Kiara pun melebar sempurna setelah melihat apa yang ada di hadapannya. "Tisu ajaib?!" tanya Kiara yang bingung. Meskipun sebelumnya sudah pernah
"Kamu masih ragu?" "Aku nggak tau, soalnya kamu aneh." "Kenapa begitu?" "Entahlah, tapi Mas boleh ngomong langsung ke Ibu dan Ayah. Kalau mereka setuju, Kiara juga setuju." *** Seperti yang dikatakan oleh Kiara, Chandra pun langsung berbicara pada kedua orang tua Kiara mengenai keinginan untuk rujuk kembali dengan Kiara. Dengan cara baik-baik tanpa ada beban yang tersimpan. "Diana, Farhan, terlepas dari masa lalu kita. Kini Kiara adalah ibu dari anak ku. Aku ingin anak ku dibesarkan di lingkungan yang baik-baik, memiliki orang tua yang lengkap." "Untuk itu aku mohon dengan sangat untuk mengijinkan aku dan Kiara menikah lagi, aku pun akan membahagiakannya," pinta Chandra. Farhan dan Diana pun tidak dapat lagi berkata-kata, sebab sudah menyaksikan sendiri seperti apa menderitanya Kiara selama beberapa bulan ini hamil tanpa suami. Mana mungkin dia kembali membiarkan putrinya kehilangan bayinya yang dibawa oleh Chandra. Sebab, kembali bersama adalah cara satu-satunya untuk men
"Boleh saya masuk?" tanya Chandra yang kini berdiri di depan pintu kamar. Kiara pun bingung harus menjawab apa. Iya atau tidak? Apa lagi kini keduanya hanya orang asing, bagaimana mungkin hanya berdua saja di dalam kamar tersebut. "Masuk saja," sahut Diana yang muncul dari arah belakang dan kini dia telah masuk terlebih dahulu dengan membawa makanan hangat untuk putrinya, Kiara. Sesaat kemudian Diana pun segera keluar dan kini Chandra pun mulai melangkah masuk. Kedua tangannya tampak memegang paper bag berisi perlengkapan bayi. Mulai dari susu, diapers, tisu, pakaian bayi dan lainnya. Kiara juga merasa tidak mampu untuk membeli susu formula dengan harga yang begitu mahal. Karena anaknya tidak tidak bisa minum susu formula sembarangan. Selain untuk perkembangan juga karena alergi. Kiara semakin stres memikirkan uang untuk bisa membeli susu formula untuk anaknya sendiri. "Boleh saya menggendongnya?" tanya Chandra lagi. Kiara pun perlahan memberikan pada Chandra
"Hay," Dinda dan Moza pun menjenguk Kiara dan bayinya yang sudah dibawa pulang ke rumah. Tentunya perasaan Kiara kini begitu bahagia melihat wajah bayi mungilnya yang sangat menggemaskan. "Kamu kapan hamilnya?" tanya Moza yang begitu penasaran. "Tau-tau udah lahiran aja," Dinda pun ikut menimpali. Kiara pun tersenyum mendengar ucapan kedua sahabatnya itu. Dia juga menyadarinya tapi selama hamil dia hanya di rumah saja menikmati kesendiriannya. Sedangkan dua sahabatnya juga sibuk dengan mengurus bayi mereka, bahkan sambil kuliah juga. Kegiatan yang begitu padat membuat mereka benar-benar hanya fokus pada kesibukan masing-masing. Berbeda dengan Kiara yang hanya di rumah saja hingga mereka tidak pernah bertemu. Apa lagi rumah mereka yang cukup berjauhan. "Pantesan waktu aku lahiran kamu gemukan, taunya isi," Moza pun mengingatkan kembali saat itu. Begitu juga dengan Dinda yang tidak lupa saat itu sempat berkomentar tentang penampilan Kiara dan bentuk tubuh yang berbed
Chandra tidak lagi peduli akan status perceraian mereka berdua. Kini dia harus melihat keadaan putrinya, menjaganya hingga nanti akhirnya dokter mengatakan sudah bisa dibawa pulang. Bahkan Chandra pun tidak peduli pada Diana dan Farhan yang selama ini menentang hubungan antara dirinya dan juga Kiara. Sebab, Chandra sudah terlalu merasa bersalah pada bayinya. Bayi yang lucu itu dia beri nama Mikayla Chandra Winata. Bahkan Chandra tidak mempertanyakan sama sekali kebenaran tentang dirinya yang ayah kandung bayi itu atau bukan. Karena Chandra bisa melihat wajahnya dalam wajah bayi itu. Jika pun Kiara yang tiba-tiba mengatakan bahwa itu bukan bayinya nanti, justru Chandra yang tidak percaya. "Kiara, biarkan bayi itu bersama ku saja, aku yang akan merawatnya, dan membesarkannya," pinta Chandra. Chandra akan melakukan segala cara untuk bisa menebus kesalahannya terhadap bayinya. Sebab, baru mengetahui saat bayi itu lahir. Bahkan setiap kali melihat bayi Mikayla seketik
Chandra tidak ingin banyak bertanya untuk apa uang yang diminta oleh Kiara. Bahkan dia juga cukup terkejut melihat nama Kiara yang muncul dilayar ponselnya. Awalnya Chandra tak percaya, tapi begitulah adanya. Bahkan saat sedang rapat pun dia tetap menerima panggilan telepon. Mungkin jika bukan Kiara yang menghubungi dia tak akan menjawab karena masih dalam rapat penting. Dan untuk mendengar suara Kiara saja rasanya sangat dirindukannya. Walaupun hanya sebentar saja mendengarnya. Bahkan dia langsung mengirimkan uang tanpa tau sebenarnya berapa banyak uang yang dibutuhkan oleh Kiara. Apakah uang itu cukup atau tidak. Chandra tidak tau. Hingga akhirnya kini Chandra selesai rapat. Dia duduk di ruangannya dengan perasaan yang penuh tanya. Dia ingin menghubungi Kiara kembali, tetapi ragu. Akhirnya dia pun hanya diam sambil terus memikirkan tentang Kiara. Bahkan kini sudah malam tapi dia masih saja berada di kantor dengan perasaan yang tidak tenang tanpa sebab yang