Leo mendengar apa yang terjadi pada Lea hari ini, ia marah dengan apa yang suami Lea telah lakukan.
Dengan kecepatan sedang ia mengendarai mobilnya menuju rumah kontrakan Lea, ia ingin melihat keadaan wanita yang di tolongnya itu.
Tiba di depan rumah sederhana, Leo segera mengetuk pintu rumah. Tak lama Lea muncul dengan mata sembab nya.
“Kak Leo?” kagetnya.
Leo tak menyahutinya, ia menerobos masuk kedalam rumah yang hanya memiliki minim ruangan. Matanya tertuju pada satu koper yang sudah terbuka isinya.
“Mau kemana?” tanya nya penuh selidik.
Lea gelagapan mendapat pertanyaan itu, matanya menatap sekeliling rumah guna menghindari tatapan Leo.
Bagi Lea, Leo sudah seperti kakak yang tak pernah di milikinya. Tak pernah ia mendapat kasih sayang juga perhatian dari saudara seperti yang Leo berikan padanya.
“Kak-
“Mau kemana?”
Terus didesak membuat Lea menceritakan niat awalnya u
Pukul 08.00 malam, Sekar tiba di rumah bersama Rania. Di depan pintu sudah ada Lio yang menunggu kepulangan mereka.“Apa kalian sudah makan?”Itulah pertanyaan yang pertama kali dilontarkan Lio pada dua wanita di depannya. Lio bisa melihat jelas raut kesedihan di wajah ibunya, sedang kakaknya nampak cuek seperti biasa.“Masuklah, Mom. Segeralah istirahat.”Rania masih berdiam diri didepan pintu, ia menatap ibunya masuk ke dalam rumah dengan begitu lesu.“Masuklah, Kak. Kau juga butuh istirahat.”Dengan penuh perhatian Lio merangkul bahu Rania dan membawanya masuk ke dalam rumah.Sebenarnya, apa yang terjadi hari ini sudah Lio ketahui dari anak buahnya. Kejadian tentang Lius mengamuk di rumah, bukan tentang apa yang sudah Lius lakukan pada Lea.Hari sudah mulai larut saat Lio masih berkutat dengan berkas-berkas kerja, ia meneguk kopi untuk menghilangkan rasa kantuk.Ia bekerja begitu ke
Lea berjalan di tengah derasnya hujan, menelusuri jalan setapak yang masih terasa asing baginya.Kakinya terus melangkah, tak menghiraukan tubuhnya yang basah terkena air hujan.Air matanya kembali mengalir, mengingat sosok suami yang begitu di rindukannya namun begituenggan di temui pula.Lea bimbang, antara bertahan atau merelakan. Ia tak bisa melepaskan Lius begitu saja, namun terlalu lelah baginya terus berjuang seorang diri.Lea berteriak ditengah deru hujan, tak ada yang perduli dan tak ada yang tahu air mata Lea.“Bagaimana bisa hatiku berdebar melihat laki-laki itu, bagaimana bisa wajah itu mengingatkan ku padanya.” Ucapnya.Benar, laki-laki yang sempat di sangka suami Lea ternyata adalah Lio. Hatinya bergeter saat pertama kali menatap langsung manik mata teduh itu, Lea di buat terpesona pada pandangan pertama.Namun setelah mengetahui jika itu bukanlah suaminya, hatinya sakit. Ia merasa terlalu merindukan sosok la
Lisa tak bisa berhenti memandangi Lius, laki-laki yang sudah tiga hari tak datang menemuinya. Ia begitu merindukan laki-lakinya tersebut.“Darimana kau dapat alamat rumahku?”Lisa nampak kecewa, bukan pertanyaan itu yang ia harapkan keluar dari mulut kekasihnya. Ia hanya diam, menatap Lius dengan tatapan tak percaya.“Kenapa? Apa ada yang salah?”“Kau tak merindukanku? Kenapa malah menanyakan hal itu?”Rasa rindu kini berubah menjadi rasa cemburu, dengan gamblangnya Lius menceritakan hari-harinya yang disibukkan dengan pencarian Lea.Lisa cemburu, ia marah dengan apa yang baru saja di dengarnya. Bagaimana bisa laki-laki yang sangat di rindukannya itu malah menceritakan tentang istrinya.“Kau tak memikirkan perasaanku?”Lius nampak frustasi dengan sikap Lisa kali ini, laki-laki itu menjambak rambutnya dengan begitu kuat.“Kau yang bertanya, aku hanya menjawa. Dan sekar
Semua orang panik, Lea segera di larikan ke rumah sakit. Brangkar yang membawa Lea di dorong dengan begitu tergesa-gesa.Lio nampak gusar, menunggu tanpa kepastian di depan ruang UGD. Sudah hampir satu jam lamanya, namun taka da tanda-tanda pintu akan terbuka.“Maafkan aku, aku menyesal. “ sesal Sania.Roger memeluk istrinya, ia juga menyesal dengan apa yang sudah terjadi hari ini. Ia terlalu menikmati pekerjaannya hingga tak memperhatikan sekitarnya.Lio hanya diam, menatap pintu dengan begitu cemas.“Please, jangan sampai terjadi sesuatu pada mereka.” Batin Lio.Lio terus berdoa, ia memohon untuk keselamatan Lea juga bayinya. Tak ada yang diinginkannya saat ini, kecuali keselamatan wanita yang dicintainya itu.Pintu terbuka, seorang dokter keluar.“Dok, bagaimana keadaannya?”“Siapa suami pasien?”“Saya.”Semua orang diam menatap sumber suara, Lio maju dengan begitu yakin mendekati dokter.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” tak ada keraguan sama sekali saat menyebut Lea sebagai i
Sudah dua hari sejak kejadian Lea tertimpa lampu, ia kini hanya duduk diam menatap tiga orang tengah bekerja di depan rumahnya.Leo berniat mengunjungi Lea, namun ia terkejut saat melihat tiga orang di depan rumah.“Lio? Kenapa dia ada disini?” gumamnya.Leo begitu terkejut mendapati Lio ada bersama Lea, ia menahan diri untuk tak menemui Lea.Lio hanya diam di balik bangunan rumah warga, menatap tiga orang yang tengah gotong royong.“Apa yang sedang mereka kerjakan itu?”Leo ingin sekali mendekat, melihat dari jarak dekat apa yang sedang ketiganya lakukan. Namun ia tak bisa mengambil resiko untuk rasa penasarannya itu.“Sial! Kenapa bisa begini!”Leo melampiaskan rasa kesal dengan memukul mukul tembok tempatnya bersandar.“Kalau Lio ada disini, bisa berantakan semuanya.”“Kalian sudah bekerja terlalu keras, mari minum dulu.”Lea kelua
Leo menatap senang saat matanya melihat tawa di wajah Lea, namun hatinya terasa mengganjal saat melihat Lio lah alasan di balik tawa itu.Banyak pembeli yang saat ini mendatangi rumah Lea, sebagian dari mereka terlihat tengah menikmati santapan di area yang sudah di sediakan.“Harusnya aku yang disana, membantumu Lea. Maafkan aku,” gumamnya.Leo hanya bisa menatap dari kejauhan, matanya terus terpaku pada sosok manis yang tengah tersenyum pada pembelinya.“Meja makan ada disebalah selatan, nona.”Sania nampak mengarahkan pembeli yang hendak makan ditempat, ia menatap suaminya yang saat ini juga di gerumbuli pembeli wanita.“Dasar, menyelam sambal minum air.” Serunya, dan hanya di tanggapi senyuman oleh Roger yang mendengar.Lio mendekat pada Lea, ia memberikan sebuah minuman yang sudah di bukanya.“Minumlah, jangan sampai kau kekurangan cairan.”“Ish, kau bawel sekali. Seperti bidan yang ada di klinik depan,” ledeknya.Lio tak menanggapinya, ia menatap air yang saat ini perlahan tanda
Lio terkejut, ia mendadak memegang erat tangan Lea yang ada di sampingnya. Lio terus menggenggam tangan itu, seolah ia takut jika terjadi sesuatu.“Sepertinya tidak!” tegas Lea.“Oh, mungkin aku hanya terlalu lapar jadi pikiranku tidak waras.”Lea terdiam, ia masih menatap Lisa yang terus saja memandangi Lio di sebelahnya. Ia pun berdeham dengan cukup keras.Mendengar itu, tak hanya Lisa yang terkejut. Bahkan hampir semua yang ada disana terkejut dan menatap aneh pada ketiganya.“Saya disini hanya menjual makanan, bukan orang. Jadi jika nona ingin membeli silahkan, jika tidak sebaiknya berganti dengan yang sedang mengantri.”Lio menatap Lea, ia merasa jika wanita itu saat ini tengah kesal. Dan wajah Lea memerah menahan kekesalannya.Mendengar apa yang Lea ucapkan membuat Lisa kesal karena malu, ia pun segera membeli dua cup cake yang ada di tangan Lio seperti permintaannya barusan.Matanya melirik tajam pada Lea yang masih setia berdiri di samping Lio. Lisa pun pergi dengan membawa k
Lasmi pulang dengan raut wajah lelah, seharian ia sudah mengikuti kegiatan suaminya hingga tengah malam. Saat tiba dirumah ia ingin segera merebahkan diri, namun matanya melirik mobil asing yang terparkir di halaman rumahnya.“Mobil siapa ini?”Tak ingin ambil pusing, Lasmi segera masuk ke dalam rumah. Suasana nampak sepi sebab ini sudah hampir tengah malam.Baru saja ia menaiki anak tangga, ia samar-samar mendengar suara aneh yang begitu mengganggu telinga.Ia tahu betul suara apa itu, namun ia tak ingin berburuk sangka terutama pada putri kesayangannya. Ia pun mengikuti arah datangnya suara, dan jantungnya berdetak begitu cepat saat suara itu mengarahkannya di depan kamar Lisa.Jelas terdengar desahan saling bersahutan dari dalam kamar, lenguhan dari Lisa hingga suara erangan seorang pria membuat darah Lasmi mendidih seketika.Ia menggedor pintu kamar dengan sangat keras, Lisa terperanjat dibuatnya. Namun Lisa tak ingin menangg