-SEMOGA KALIAN MENYUKAI CERITA INI-
Lisa terbangun dari tidurnya, dadanya naik turun seiring dengan deru nafas yang memburu. Ia menatap kesekeliling kamarnya.
Matanya beralih menatap punggung tangannya lalu Lius yang tengah tertidur di sampingnya.
“Apa aku bermimpi?” gumamnya.
Lisa masih merasa apa yang dialaminya itu adalah nyata, bahkan rasa sakit itu masih sangat terasa di dadanya.
Ia mengusap dadanya, merasakan apa yang semalam ia rasakan. Ia ingin memastikan jika itu hanyalah mimpi, namun kenapa sakitnya terasa nyata?
“Sayang, kau sudah bangun?”
Lisa sedikit menjauh saat tangan Lius hendak menggapainya.
“Kemarilah, aku hanya ingin memeriksa demammu saja.”
Lisa terdiam, ia merasakan hangat punggung tangan Lius di keningnya.
“Syukurlah, panasnya sudah turun.”
“A-apa aku semalam demam?”
Lius tersenyu
Lio sudah siap membawa Lea pulang, bukan ke rumah dimana ia tinggal. Namun dimana seharusnya ia berada.Semua persiapan sudah dilakukan, pemalsuan identitas juga sudah selesai dikerjakan. Maka tibalah saat nya bagi keduanya untuk keluar dan pergi terbang.Semua anak buah bawah tanah menjaga ketat kedua tuannya selama perjalanan, walau yakin tak ada yang tahu tentang kepergian nona mudanya itu namun mereka tetap waspada.Lea yang terluka parah beberapa waktu lalu begitu menorehkan luka pada benak semua anak bawah tanah. Sejak saat itu mereka selalu menjaga Lea begitu ketat, tak perduli dapat penolakan sekalipun mereka tetap melakukan penjagaan.“Lio, suruh mereka kembali saja. Aku baik-baik saja.”Lea terus mengeluk dengan penjagaan untuk dirinya itu, ia merasa rishi melihat semua wajah anak bawah tanah bergantian mengawalnya.“Mereka hanya tidak ingin kau terluka lagi, begitupun dengan aku. Melihat kau seperti itu rasanya s
-Jika bukan kita yang berusaha, jika bukan kita yang memperjuangkan. Lantas siapa? Apa kita hanya akan diam dan menunggu takdir bermain dengan kehidupan?- Azalea Khaliqa==================================================================Wilson begitu bahagia melihat kembali putrinya, begitu juga dengan Leo yang tak hentinya mengucap syukur atas kembalinya Lea. Kini akhirnya keluarga mereka dapat berkumpul bersama, saling memberi kehangatan juga kegembiraan.Kedatangan Lio juga Lea benar-benar di sambut meriah di rumah hutan, Toni yang tak pernah menyentuh dapur pun dengan sengaja menyiapkan hidangan makan malam khusus untuk kedua majikannya.Bagi Toni, Lea juga Lio tak hanya sekedar atasan. Keduanya sudah layaknya keluarga bagi Toni, bagi laki-laki yang selama ini hidup sebatang kara.“Wah, aku baru tahu kalau kak Toni bisa masak.”“Sengaja hanya untuk hari ini, saya hanya ingin merayakan kembaliny
-Jika kau tak mampu, jangan menyalahkan keadaan untuk ketidak mampuanmu itu.- Adelio Dameer Dharmendera================================================================Lius mendengar apa yang terjadi pada Lasmi, pada akhirnya mau tidak mau ia harus datang dan mengunjungi mertuanya itu.Tak ingin menggunakan mobil lamanya, dengan sengaja Lius mengganti mobilnya.Setibanya di markas miliknya, ia disambut oleh beberapa orang kepercayaan.“Bagaimana?”“Sudah beberapa hari selalu sama, dokter yang menangani mengatakan jika kita harus bersiap untuk semua kemungkinan buruknya.”Tak lagi berkomentar, Lius terus melangkah menuju kamar yang selama ini Lasmi tempati.Benar saja, Lius melihat tubuh Lasmi sudah penuh dengan alat medis saat ia baru masuk. Seorang perawat keluar saat melihat Lius, begitu juga sengan semua orang yang ada disana.Satu persatu keluar, meninggalkan L
Hari ini Lasmi benar-benar menyerah dengan keadaan, ia melepas semua dendam dalam hatinya untuk kehidupan damai sang putri.“Udah mati, Bro.”Lasmi menghembuskan nafas terakhirnya dalam keadaan yang sangat tidak layak sebagai manusia. Di tempat kumuh dan kotor itu ia merelakan hidupnya.Melepaskan semua marah juga kecewa, hanya satu inginnya. Bertemu dan memeluk putri kesayangannya, namun melihat Lius yang selalu menahannya membuat keinginan itu perlahan pudar dari benak Lasmi.Sebagai seorang ibu, Lasmi tetaplah mencintai putrinya. Terlepas dari rasa gagal ia menjadi ibu untuk Lisa, ia tetap menyayangi dan menanti putrinya itu.Seseorang mencoba menghubungi Lius, mengabarkan tentang kematian wanita yang adalah mertua tuannya.Namun lagi-lagi tak ada sahutan, Lius lagi-lagi tak bisa mereka hubungi.Lisa terbangun dengan derai air mata yang sudah membasahi wajahnya. Dadanya terasa begitu sakit, membuat Lisa yang tengah terl
Hampir saja terperosok, beruntung Lius sigap menopang Lisa."Hati-hati, kau bisa terluka."“Aku mau ke bawah, aku mau bertemu mama.” Menghempas kasar tangan suaminya."Aku akan turun denganmu, tapi kumohon berhati-hatilah sayang. Kau sedang sakit." Lisa hanya diam, membiarkan Lius memapah tubuh lemahnya itu.Lius membawa istri nya turun perlahan, melangkahkan kakinya dengan banyak pertanyaan yang kini memenuhi benak Lius sendiri.Namun sesampainya mereka di lantai satu, semua nampak sepi. Tak ada tanda-tanda ibunya datang. Dengan tatapan marah Lisa menatap ketiga pelayannya.“Mana mamaku, kalian bilang dia pulang.” Bentaknya.Satpam pun menunjuk ke arah pintu depan, Lius mulai merasa curiga. Ia mengerutkan alis ketiga menatap ketakutan pada satpam rumahnya.“Ada apa sebenarnya? Kenapa kalian ketakutan?”“Sebaiknya anda lihat sendiri, Tuan. Saya tidak berani,” cicitnya.
Berdiri di sudut rumah, menggunakan setelan jas berwarna hitam pekat begitu memikat. Lio napak begitu tampan dan gagah dengan apa yang sedang ia gunakan. Berdiri memandangi lebat nya pepohonan, ia menyimpan sorot kesediahan yang tak pernah mampu ia ungkapkan. “Semua sudah siap, Tuan muda.” Lio hanya menganggukan kepala, tak berniat menatap assisten yang sudah sangat lama mengikutinya itu. Toni memandangi tuannya, mengerutkan dahi menatap arah pandang Lio. “Apa yang sedang anda cemaskan, Tuan?” “Tidak ada.” “Ijinkan saya menyingkirkan semua rasa cemas itu, ini adalah hari yang sudah anda nanti. Berbahagialah, Tuan.” Lio memutar kepalanya, menatap Toni yang tulus menundukkan kepala padanya. Lio tersenyum, melangkah merengkuh Toni dengan begitu hangat. “Terima kasih, hanya kamu yang selama ini selalu setia disamping saya dalam segala keadaan.” Membalas pelukan Lio, Toni merasa begitu terharu. “Itu sudah tugas saya.” Kedua berjalan beriringan masuk kembali ke dalam rumah. Nam
Zaky tengah menikmati waktunya, menengguk minuman keras dengan banyak wanita mengelilinginya. Salah satu wanita terlihat tengah menyenangkan dirinya, memuaskan apa yang selama ini menjadi candu baginya.Selama menikah, tak sekalipun Zaky menyentuh Rania. Laki-laki itu merasa jijik jika harus satu tempat dengan wanita yang sudah menjadi istrinya itu.Dendam membutakan Zaky, menjadikannya laki-laki brengsek yang tak berperasaan.“Pesan apapun yang kalian inginkan, aku akan membayar untuk kalian semua.” Serunya dan disambut suka cita semua wanita.Zaky mulai berlaku di luar batas, ia menikmati salah satu wanita di depan wanita lainnya. Bagai seekor binatang yang bergumul dengan binatang lainnya.Begitu menjijikkan.Zaky tak lagi memperdulikan sekitarnya, ia hanya ingin menghabiskan malam nya dengan bersenang-senang. Tak ingin satu orang pun mengganggu waktunya, mengganggu kesenangan yang telah ia ciptakan.Namun tanpa disadar
"Jika memang tak mencintaiku, mengapa kau melamarku. Jika tak akan pernah ada aku dalam hatimu, lantas untuk apa aku ada di duniamu?" Rania.===============================================================Sudah sepekan sejak kematian Lasmi, suasana masih terasa sunyi dan begitu mencekam di dalam rumah besar itu. Terlebih dengan kondisi Lisa saat ini, menambah suasana semakin sunyi seperti tak berpenghuni.Sejak kepergian ibunya, Lisa menjadi pendiam. Lebih tepatnya seakan Lisa hidup dalam dunianya sendiri. Menghapus dunia sebelumnya dan mengganti dengan dunia yang ia ciptakan sendiri.Setiap harinya ia hanya diam diatas ranjang, sesekali berdiri di depan jendela kamar tanpa melakukan apapun.Lius sudah membawanya ke dokter, namun semua dokter yang didatangkan selalu dengan pergi dengan jawaban yang sama.Membawa Lisa ke rumah sakit jiwa adalah jawaban yang selalu Lius dengar dari semua dokter yang diundangnya.