Dion melepaskan topeng karet yang membuat wajahnya berubah jauh dari yang normal. Mulai beberapa hari ini, ia menjadi sosok Steven yang mengawal Venus. Dion sudah berhasil mengusir Ortega yang membuat Venus terluka. Jika perlu, ia akan mengusir semua orang sampai pada akhirnya tujuannya menghabisi Rex Milan tercapai. Setelah mencuci wajahnya, Dion mengelap menggunakan handuk dan kembali masuk ke kamar. Tak berapa lama kemudian, Dion keluar dari kamar menemui asistennya Kyle dan sahabatnya Andrew Miller. “Aku sudah bicara dengan Jupiter, dia bilang dia akan mulai mendekati orang-orang yang akan menjual lahan serta wilayah mereka pada Rex Milan. Kali ini akan dilakukan diam-diam. Bagaimana keadaanmu?” tanya Andrew Miller pada Dion yang duduk di kursi meja makan dekat dapur. “Ya, begitulah─” “Apanya?” desak Andrew lagi. Dion melepaskan napas panjang lalu mengucek rambutnya. “Aku yakin Rex Milan akan mulai mengurung Venus. Kali ini aku harus bisa menyusup untuk menemuinya. Jika dia me
“Nyonya Venus sepertinya adalah wanita yang baik, Tuan. Dia tidak akan melakukan hal seperti itu tanpa alasan yang jelas. Kemarin Ortega benar-benar sudah melukainya. Nyonya Venus ketakutan dan dia pasti ingin pergi sejauh mungkin menyelamatkan dirinya,” ujar Steven menjawab dengan tenang. Rex Milan tampak diam memperhatikan Steven yang memberikan jawaban lugas padanya. Ia mengangguk lalu mengambil gelas dan meminum airnya. Rex Milan kembali berpikir sejenak. Matanya sempat melirik pada Steven yang berwajah jelek. Jika memang dia dulunya seorang pembunuh, rasanya tidak sesuai dengan sikap yang ditunjukkannya sejauh ini. Rex Milan merasa pengawalan terhadap Venus memang mutlak diperlukan. Ia mengangguk lagi dan menoleh pada Steven. “Kamu dan Emerson yang akan tinggal di rumah. Jaga Venus, jangan sampai dia kabur lagi seperti kemarin.” Rex Milan kemudian memberikan perintahnya. “Baik, Tuan!” ucap Steven dan Emerson bersamaan. Seth dan Keith yang akan mengawal Rex Milan melakukan pert
“Aku butuh teman untuk bicara. Selama ini aku sendirian dan kebingungan. Setelah kecelakaan itu, aku merasa banyak hal yang hilang dan membuatku tidak lagi seperti diriku yang seharusnya,” ujar Venus mulai berbicara intens dengan Stevan. Venus bahkan tidak segan menyentuh lengan Steven yang tidak mengambil kesempatan apa pun.“Apa kamu bisa ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, Nyonya? Saat aku diminta menjadi pengawal, aku hanya mendapatkan informasi jika yang akan dikawal adalah istri seorang CEO.” Steven membalas dengan raut serius.“Beberapa bulan yang lalu, aku mengalami kecelakaan mobil. Aku kehilangan ingatanku tentang masa laluku. Dokter mengatakan jika aku mengalami amnesia parsial karena aku tidak mengingat rentang waktu tertentu dalam hidupku,” ujar Venus menjelaskan pada Steven yang menyimak dengan baik. Steven tidak menyela sama sekali dengan membiarkan Venus mengutarakan semuanya.“Lalu Rex Milan datang dan mengaku sebagai Suamiku. Aku ragu, entahlah aku merasa asing de
Rex Milan mengangguk dengan mantap dan percaya diri kala menjabat tangan perwakilan Walikota yang bertemu dengannya. Proses pengalihan lahan yang akan dijual untuk Moulson Enterprise sejauh ini berjalan dengan sangat baik.“Aku menantikan kabar dari Pak Walikota secepatnya. Kami pasti akan memberikan kontribusi yang sangat penting untuk kampanye nanti,” ujar Rex Milan memberikan janjinya. Perwakilan tersebut ikut mengangguk serta terkekeh.“Kami menunggu dukungan serta sponsor dari Moulson!”“Haha, tentu saja. Sebut saja dan kami akan memenuhinya.” Rex Milan melepaskan jabat tangan tersebut lalu mengantarkan perwakilan tersebut ke arah luar restoran dan Keith yang mengawal sejenak perwakilan tersebut sampai ia masuk ke dalam mobilnya.Rex Milan bertepuk tangan dan tertawa lebar melihat keberhasilan yang segera hadir di depan mata. Sebastian ikut tersenyum lalu duduk kembali di kursinya setelah Rex Milan kembali.“Kita akan segera merampungkan seluruh pembelian dan pengalihan lahan seb
Venus begitu syok dan ketakutan saat melihat Rex Milan mabuk dan kini ia malah mengamuk. Belum pernah Venus menyaksikan hal seperti ini sebelumnya.“Mundur!” bentak Steven pada Rex Milan yang terhuyung menunjuknya. Sebastian ikut kaget melihat sikap Steven yang berani menantang bosnya sendiri. Namun yang terjadi pada Rex Milan jauh lebih berbahaya. Entah mengapa Rex Milan seperti marah melihat Steven.“Kau? Apa kau mencoba merebut Istriku? Hah!” balas Rex Milan membentak Steven keras. Steven berdiri memagari Venus yang seperti akan diserang oleh Rex Milan. Sedangkan Emerson ikut bersama Steve seolah membentuk dua kubu di ruang tengah tersebut.“Rex, ayo kita ke dalam. Kamu sangat mabuk!” Sebastian mencoba membujuk Rex Milan yang menyentakkan tangan darinya. Ia tidak bisa berdiri dengan baik tapi terus mengoceh menuding Steven berselingkuh dengan Venus.“Mengaku saja! Kau mau berselingkuh dengan Istriku kan?” Rex Milan makin marah. Steven mencoba menahan dirinya. Ia tidak mengerti meng
Seth membawa Venus ke dalam kamarnya di lantai atas. Venus sudah pingsan dan ia sempat berteriak hal-hal yang tidak jelas.“Venus? Venus, kamu baik-baik saja? Venus!” panggil Seth menepuk pipi Venus yang masih tak sadarkan diri. Seth bernapas lebih cepat dan ia menjauhkan diri dari Venus dengan melihat ke kiri dan kanan. Seth mencari sesuatu yang bisa menyadarkan Venus.“Ah, apa ya? Parfum? Air? Ah─” Seth malah makin bingung. Ia berkeliling kamar tapi tidak menemukan apa pun sampai ia mendengar Venus mengerang pelan. Seth kembali ke tempat tidur menghampiri Venus untuk mengecek keadaannya. Venus terlihat sudah membuka matanya perlahan.“Venus?” sebut Seth pelan dan perlahan. Venus menoleh padanya lalu mengulurkan sebelah tangannya ke arah kanan.“Tolong aku, bukuku .... “ Venus menunjuk ke arah salah satu nakas. Seth mengernyit tak mengerti.“Apa maksudmu, Nyonya─”“Tolong aku. Bukuku ... ambilkan.” Venus berujar lemah. Ujung tangannya mengarah pada salah satu laci. Seth pun menoleh p
Arjoona Harristian pulang lebih awal untuk bertemu istrinya Claire. Ia juga sudah menantikan kedatangan Venus yang sudah berjanji akan kembali dalam beberapa hari. Sayangnya nyaris tiga hari, anak keduanya itu tidak memberi kabar apa pun.“Venus sudah menelepon?” tanya Arjoona masih dengan dasi yang belum sepenuhnya terlepas. Claire mendekat lalu menggeleng. Tangannya meraba dasi yang dikenakan suaminya dan menariknya simpulnya perlahan sampai lepas.“Huff, bagaimana ini? Manajer di Skylar Labels juga mengatakan kalau dia gak datang latihan hari ini. Aku pikir kalau aku menyusul ke Skylar, aku bisa bicara sama dia,” ujar Arjoona lagi. Arjoona lalu duduk di salah satu sofa yang membelah ruangan tersebut bersama Claire yang memegang lengannya.“Memangnya kamu mau bicara apa?” Claire balik bertanya. Arjoona menoleh pada istrinya dengan raut wajah kecewa dan tanpa senyuman. Kerutan mulai tampak di sudut mata Arjoona yang mulai men
Dokter yang memeriksa Rex Milan hanya tersenyum sebelum menghampiri Sebastian yang berdiri menunggu.“Tidak ada luka serius. Hanya sedikit memar di perutnya. Aku sudah memeriksa kadar alkohol dan efeknya akan hilang dalam 24 jam. Banyak minum air putih dan beristirahat. Semoga cepat sembuh,” ujar dokter yang berjaga di klinik tersebut pada Sebastian.“Apa tidak seharusnya dia dirawat di klinik saja?” Sebastian balik bertanya.“Aku rasa tidak perlu. Tapi jika mungkin nanti terjadi keluhan lain, kalian bisa datang lagi.” Dokter itu masih memberikan penjelasan dengan baik. Sebastian mendengus pelan lalu mengangguk. Ia berbalik untuk keluar sesaat menemui para pengawal.“Tuan?” sebut Keith menegakkan posisinya.“Mana Nel?” tanya Sebastian dengan nada ketus. Seth sudah sedikit membuang muka melihat ke arah lain.“Oh, itu─” Emerson menoleh pada Seth yang hanya diam saja pura-pura tidak melihat.“Apa kalian tidak melaporkan semua ini pada Nel? Kalian sengaja mau menutupi insiden ini ya?” Seb
Di belakang Dion menyerahkan tas milik Venus pada Jasman yang akan mengawal mereka. Dua pengawal lainnya ditempatkan oleh Dion di jalan depan saat keluar dari rumah sakit. Sedangkan sudah ada lima orang pengawal yang berdiri di dekat mobil yang akan membawa Venus pulang. Kali ini, Dion tidak ingin mengambil lagi risiko demi keselamatan Venus.Limosin yang membawa Dion, Venus, Arjoona dan Claire meluncur dengan baik saat keluar dari area rumah sakit. Mereka akan bersama-sama pulang ke rumah Dion karena anak-anak mereka sudah menunggu.“Bagaimana dengan masalah hukum kemarin, Dad? Apa kamu perlu bantuanku?” tanya Dion pada Arjoona yang duduk berhadapan dengannya. Venus menoleh cepat pada Dion dengan mata membesar. Ia tidak mengetahui jika ayahnya terlibat konsekuensi hukum.“Apa yang terjadi, Dad?” tanya Venus dengan raut cemas.“Gak ada. Daddy cuma harus membayar denda tilang saja kok. Namanya juga orang tua. Bisa ceroboh kala
Tidak seperti yang diharapkan oleh Steven alias Dion, Venus tidak ingin menoleh padanya saat ia masuk. Venus membuang muka tak mau menyapa.“Venus─” Dion baru bicara dan Venus langsung memotong.“Pembohong! Siapa kamu sebenarnya?” tukas Venus tanpa basa-basi langsung mendelik pada Dion. Dion terdiam di sisi tempat tidur Venus dan belum bergerak. Ia sedikit menundukkan kepala dan terlihat menyesal.“Aku bisa menjelaskan semuanya─”“Jawab saja pertanyaanku!” Venus langsung menyela dengan tajam.Meskipun Venus masih cedera setelah tercekik oleh belitan kain, tapi ia masih bisa memarahi Dion yang baru datang.“Aku ... aku adalah ....”“Kamu bukan Steven kan?” Venus menebak lagi dengan ketus. Dion menarik napas panjang dan sedikit menunduk.“Aku adalah Dion Juliandra. Aku sedang menyamar menjadi Steven.” Dion akhirnya mengaku. Venus tak bergerak menatap tajam pada Dion. Kali ini, Dion sudah sangat keterlaluan membohonginya. Dion yang menyadari kesalahannya lantas melepaskan topeng karet ya
Rex Milan berhasil dikeluarkan dari mobilnya yang ringsek akibat tabrakan dari jeep monster yang dikendarai oleh Arjoona Harristian. Ia segera dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri dan luka-luka. Sama dengan Venus Harristian, keduanya dibawa ke rumah sakit yang sama dan ditempatkan di bangunan yang berbeda.“Uncle, aku terpaksa harus menahanmu dulu sementara. Sampai aku selesai menemukan buktinya,” ujar Andrew menjelaskan pada Arjoona yang baru saja keluar dari kamar perawatan Venus. Arjoona meninggikan kedua alisnya mendelik pada Andrew yang hanya bisa menyengir.Dion datang menghampiri setelah membuka topengnya. Ia menarik napas panjang melihat Arjoona dan Andrew.“Sepertinya Venus tidak mau bertemu denganku,” ujarnya dengan raut sedikit meringis. Kening Andrew mengernyit memandang Dion dengan raut bertanya.“Tadi dia tidak mau kupegangi,” sambung Dion lesu. Andrew kemudian menoleh pada Arjoona yang masih diam saja.“Sebastian Arson sudah ditangkap. Rex Milan akan me
“Venus, Venus. Oh, sayang. Apa kamu bisa bernapas?” Dion segera menggendong Venus ke dalam kamar dan meletakkannya di atas tempat tidur. Venus begitu kesulitan bernapas dan ia masih terengah kesulitan menarik atau mengeluarkan udara. “Cari tabung oksigen!” perintah Dion pada Arion. Arion pun masuk ke dalam walk in closet milik Venus untuk mencari tabung oksigen darurat. “Bernapaslah pelan-pelan, Sayang.” Dion menuntun Venus untuk bernapas satu-satu usai tercekik. Ia sudah tak peduli jika Rex Milan kabur. “Aku akan panggil Dokter,” ujar Divers pada Dion yang langsung mengangguk. Venus masih setengah semaput memandang Dion yang masih memakai topeng Steven. Ia merasa ada yang aneh tapi tak bisa bicara. Arion datang membawakan tabung oksigen darurat untuk Venus. Ia ikut membantu Venus mengenakan penutup untuk oksigen. Sementara itu, Rex Milan kabur lewat jalan samping dan langsung masuk ke mobilnya. Tidak ada yang sempat mengejar Rex Milan karena Dion dan teman-temannya sedang sibuk d
“Aku tidak membunuh Brema Mahendra. Aku bahkan tidak kenal siapa dia!” tegas Rex Milan masih bersikeras. Venus diam menatap Rex Milan yang tidak mau mengaku. Sambil menahan rasa berat di hatinya, Venus perlahan seperti melihat seperti apa Rex Milan yang sesungguhnya. Pria yang mengaku sebagai suaminya itu adalah seorang pembohong. Sekalipun Rex Milan tidak mengakui, tetapi Venus bisa merasakan kebohongan tersebut.“Terserah jika kamu tidak mau mengaku. Jika aku bisa melepaskanmu, aku rasa Ayah dan Kakakku tidak.” Venus mengancam dengan nada sinis. Rex Milan makin mendekat dengan deru napas yang terdengar kasar. Sedangkan Venus sekalipun cemas, tidak mundur sama sekali. Tangannya meremas tas tangannya cukup keras dan siap mengayunkannya pada Rex Milan jika ada yang terjadi.“Jangan mengancamku!” Rex Milan menggeram pelan.“Aku tidak akan seperti ini jika kamu tidak mengaku dan sepertinya kamu memang pantas untuk mendekam di penjara selamanya, Rex,” ujar Venus tak mengindahkan ancaman R
Sebastian diborgol di depan Cindy yang terpaku melihatnya. Ia sempat protes tapi FBI membeberkan semua bukti. Sebastian masih mengira jika Cindy tak tahu apa pun. Ia berbalik dan mencoba menjelaskan.“Cindy, ini gak bener. Jangan percaya mereka!” ucapnya menatap Cindy yang diam saja. Peter lalu masuk dan hendak membawa Cindy pergi. Di sanalah, Sebastian mengetahui jika Cindy terlibat dalam penangkapannya.“Sebentar. Kamu bekerja sama dengan Polisi? Kamu yang melakukan semua ini?” ujar Sebastian dengan raut tak percaya. Cindy masih diam saja menatapnya dengan mata berkaca-kaca.“Jangan dengarkan dia. Ayo!” ujar Peter dengan bahasa Indonesia. Mata Sebastian membesar. Ternyata yang sudah mengatur dan merencanakan semuanya adalah Cindy dan pria yang merupakan kekasihnya. Cindy menelan ludah dan berjalan melewati Sebastian. Ia akan keluar dari ruangan tersebut meninggalkan penangkapan tersebut di belakang.“Tunggu!” seru Sebastian menghentikan langkah Cindy. Cindy berbalik dan Sebastian me
Cindy melangkahkan kakinya masuk ke ruangan CEO sesuai janjinya dengan Sebastian. Cindy masih diam saja dan cenderung sedikit mengendap masuk. Ia melihat Sebastian sedang sibuk dengan beberapa pria yang ternyata adalah anggota direksi dan pemegang saham. Mata Sebastian tak lama menangkap sosok Cindy yang masuk tanpa pemberitahuan.“Cindy?” sebut Sebastian lalu tersenyum. Para pemegang saham itu lantas ikut menoleh ke belakang. Sebastian lalu meminta waktu sesaat.“Sebentar.” Sebastian menghampiri Cindy. Sebastian lantas menarik lengan Cindy ke salah satu sudut ruangan lalu separuh berbisik padanya.“Akhirnya kamu datang. Kamu duduk dulu ya, nanti kita bicara, Aku sedang menyelesaikan masalah sedikit.” Sebastian berujar masih dengan sikap lembut pada Cindy.“Masalah apa, Pak?” balas Cindy balik bertanya.“Uh, Oddysey menarik proyeknya dan menyerahkannya pada King Enterprise. Kita kalah.” Cindy hanya diam saja dan sedikit menundukkan wajahnya.“Jangan sedih, aku pasti bisa mengatasi ini
Venus Harristian masuk ke rumah yang sudah ia tinggalkan demi bisa menjebak Rex Milan Wilson. Begitu mendengar dari salah satu pelayan jika Venus sudah pulang, Rex Milan langsung keluar. Ia tersenyum datang menghampiri. Venus langsung menyusutkan langkahnya ke belakang. Rex Milan pun berhenti.“Venus,” sebutnya pelan.“Aku pulang karena Rei yang memintaku. Sekarang kita harus bicara,” ujar Venus menegaskan. Raut wajahnya tidak menyiratkan emosi sama sekali. Ia tidak mau lagi terenyuh pada apa yang akan dikatakan oleh Rex Milan.Jasman terlihat masih berada di salah satu ruangan bersama staf pembersih lainnya. Rex Milan melirik lalu memerintahkan agar semua keluar.“Kalian sudah selesai hari ini. Aku akan memanggil kalian lagi. Sekarang keluar,” ujar Rex Milan memberikan perintah. Venus sedikit memutar bola matanya melihat satu persatu staf keluar dari ruang tengah termasuk Jasman. Jasman telah memasang beberapa kamera di tempat yang lebih aman untuk memantau Venus.Dion masih terus me
“Kamu kenapa? Kamu dari mana?” Peter langsung bertanya banyak pada Cindy yang sedang menangis memeluknya. Cindy belum berani menjawab dan hanya bernapas satu-satu. Peter yang cemas sedikit melepaskan pelukannya pada Cindy untuk melihat keadaannya.“Kita bicara dulu.” Peter membujuk dan Cindy pun mengangguk. Mereka masuk ke halaman tanpa masuk ke rumah.“Sekarang kamu harus cerita sama aku apa yang terjadi. Jangan berbohong. Siapa tadi yang nganterin kamu?” Peter kembali mencecar Cindy dengan pertanyaan.“Mas Peter lihat?” Cindy sedikit mengangkat wajahnya.“Iya. Aku di belakang mobil itu dan melihat kamu keluar dari sana. Itu siapa, Cindy?”Cindy menarik napas yang masih sesak seraya menatap wajah Peter yang tampak dari bias lampu depan di atas teras.“Sebastian Arson.” Cindy menjawab dengan suara kecil. Wajah Peter langsung berubah tegang.“Apa?” sahutnya meninggikan suara. Peter langsung melihat ke arah pintu khawatir jika terbuka dan Budhe Dewi tiba-tiba muncul.“Lalu, apa dia meny