“Venus, apa kamu di dalam?” Rex Milan menggedor pintu dan mendorong pintu yang terkunci rapat.
Saat menemukan kamar yang dimaksud, Rex Milan bergegas menggedor. Sambil mengatur napasnya, ia terus berdoa dalam hati agar istrinya baik-baik saja.
Di dalam, Dion dan Venus yang tersentak kaget dan spontan menoleh ke arah pintu.
“Siapa itu?” tanya Venus lembut berbisik pada Dion. Dion mendengkus kesal lalu berdiri. Ponselnya juga bergetar dan ia memeriksa pesan yang dikirimkan Andrew. Sekarang Dion mengetahui jika Rex Milan berhasil mengejarnya ke hotel.
“Biar aku periksa, kamu tunggu di sini saja.” Dion menghalangi Venus yang akan berdiri akan mengecek orang yang datang ke kamar mereka. Venus menurut saja dan mengawasi Dion yang berjalan ke arah pintu lalu mengintip lewat peephole. Matanya memicing geram saat melihat Rex Milan datang bersama Sebastian Arson.
“Venus, buka pintunya! Aku tahu Venus ada di dalam, buka pintunya!” Rex Milan kembali menggedor dan sedikit berteriak dari luar.
“Sebaiknya kita jangan membuat keributan. Jika pihak hotel tahu, masalah ini bisa tersebar,” bisik Sebastian Arson mencoba menenangkan Rex Milan.
“Bagaimana aku bisa tenang? Venus ada di dalam!”
“Aku tahu tapi kita harus menahan diri. Jika salah bertindak, mungkin akan terjadi masalah lebih besar.” Rex Milan mencebik tak peduli dan masih menggedor pintu.
Dion berpikir sejenak lalu kembali ke dalam menemui Venus untuk menghadapi Rex Milan di depan pintu. Ia meminta Venus agar berani melawan pria pembohong seperti Rex Milan. Terlebih Dion belum bisa menghadapi langsung Rex Milan sekarang atau semua rencananya akan gagal total.
“Rex Milan datang untuk mengambilmu dariku, Sayang. Aku tidak akan membiarkannya, tapi kamu juga harus menghadapinya, Venus-ku. Aku ingin kamu mengusirnya dan katakan padanya jika kalian tidak punya hubungan apa pun,” ujar Dion menjelaskan pada Venus tentang apa yang harus dilakukannya.
Venus tertegun dengan kedua tangan yang digenggam oleh Dion yang berjongkok di depannya.
“Untuk apa dia terus mencariku?” tanya Venus penuh keraguan.
“Karena dia merasa kamu adalah istrinya. Dia akan membawamu lagi dariku seperti dulu. Aku tidak mau itu terjadi lagi, Sayang.” Dion memejamkan mata lalu mengecup jemari Venus seakan tak rela berpisah darinya lagi.
“Apa dia memang pria jahat?”
“Dia pria yang kejam dan manipulatif. Kamu akan dirayu sampai menuruti yang diinginkannya.” Venus masih diam memandang Dion. Pergulatan batinnya tidak bisa membedakan mana yang sesungguhnya dan mana yang bukan.
“Lalu aku harus bagaimana?”
“Temui dan usir dia. Katakan jika kamu tidak mencintainya dan kamu hanya mencintaiku,” ujar Dion menekankan kalimatnya pada pikiran Venus yang kosong. Venus pun mengangguk setuju dan berdiri. Ia berjalan pelan ke arah pintu sementara Dion memilih bersembunyi. Ia belum siap berkonfrontasi dengan Rex Milan sekarang.
“Venus! Oh sayang, apa kamu baik-baik saja?” Rex Milan langsung memeluk Venus begitu pintu terbuka. Venus yang kaget lantas mendorong Rex Milan cukup keras.
“jangan sentuh aku! Aku sudah bilang aku tidak mengenalmu! Pergi!” hardik Venus pada Rex Milan yang terpaku sesaat. Sebastian yang melihat juga ikut terperangah. Venus benar-benar mengusir Rex Milan.
“Sayang, ini aku suamimu …”
“Kamu bicara apa? Kau bukan suamiku!” seru Venus menolak Rex Milan. Rex Milan makin kebingungan. Ia mencoba mendekat untuk membujuk.
“Sayang, kita pulang ya? Aku datang untuk menjemputmu ....”
“Aku tidak mau tinggal denganmu lagi. Aku tidak akan tertipu lagi denganmu!” Venus dengan marah menunjuk Rex Milan. Ia terlihat begitu emosi dengan napas tersengal. Kondisinya membuat Rex Milan cemas.
“Apa maksudmu bicara seperti itu? kita bicarakan semuanya baik-baik,” sambung Rex Milan membujuk. Tangannya ditepis kasar oleh Venus sebelum sampai menyentuhnya.
“Tidak ada yang perlu dibicarakan. Sebaiknya jangan cari aku lagi.”
“Tidak bisa, Venus. Kamu Istriku!”
“Aku bukan Istrimu, aku tidak mengenalmu!” Venus makin emosi dan berteriak.
“Tenang dulu, Sayang. Jangan marah.” Rex Milan kembali mendekat tapi Venus terus mendebat dan menolaknya.
“Pergi kamu dari sini!”
“Sayang, dengar dulu. Mana pria yang membawamu kemari? Apa dia di dalam?”
“Tidak ada siapa pun di dalam. Jika kau mau masuk kau harus melangkahi mayatku dulu!” Venus makin berang. Napasnya makin cepat dan tersengal.
“Jangan bicara seperti itu. Aku tidak akan menyakitimu. Kemarilah, Venus. Ayo kita pulang ....” Tangan Rex Milan meraih lengan Venus berusaha menariknya. Venus lantas berontak dan memukul Rex Milan.
“Lepaskan aku! Dasar penjahat!”
“Sayang, tolong! Kamu masih sakit.” Rex Milan terus membujuk. Ia berusaha keras untuk memeluk dan menarik Venus dari depan pintu agar Sebastian bisa memeriksa kamar. Di dalam kamar, Dion sudah mengeluarkan senjata laras pendeknya bersiap jika Sebastian atau Rex Milan masuk tiba-tiba.
“Lepaskan aku!” Venus memekik keras lalu lemas lalu pingsan. Rex Milan berhasil menangkap panik separuh terjatuh di lantai.
“Oh Tuhan! Venus? Venus, kamu kenapa?” Rex Milan menepuk lembut pipi Venus yang begitu pucat. Sebastian ikut berjongkok ingin menolong.
“Bastian, kita harus bawa Venus ke rumah sakit. Ayo bantu aku!”
Rex Milan dibantu oleh Sebastian menggendong Venus dari depan kamar menuju lift terdekat. Rex Milan sampai tidak sempat mengecek kamar tersebut. Saat ribut-ribut di depan kamar tak terdengar lagi, barulah Dion keluar dari persembunyiannya. Pintu masih terbuka tapi Venus sudah tidak ada.
Tak lama, Andrew dan CEO hotel tersebut masuk setelah ia sempat bersembunyi kala Rex Milan berhasil menemukan kamar Venus. Dion tampak kesal dan memendam amarah. Ia menyarungkan kembali senjatanya.
“Bagaimana sekarang? Venus lolos lagi,” pungkas Divers Matthews, CEO hotel Blue Pegasus pada Dion.
“Aku tahu. Tetap awasi dia. Aku akan mengambil Venus kembali dan membuat Rex Milan membayar kematian Brema dengan harga yang sangat mahal!” rutuk Dion dengan suara rendah sekaligus mengeraskan rahangnya.
“Rex Milan sudah menghancurkan hidup banyak orang. Aku rasa ini saatnya kita tidak menyisakan apa pun dari masa lalu, bukan?” tambah Andrew Miller. Dion Divers pun mengangguk setuju.
Saat tiba di rumah sakit, Venus langsung dibawa ke ruang ICU. Ia masih belum sadarkan diri meski kondisinya stabil.
“Bagaimana Venus, Dokter?” tanya Rex Milan begitu dokter yang merawat keluar dari kamar ICU.
“Nyonya Venus mendapat tekanan yang tinggi untuk mengingat semuanya. Ini akan berakibat buruk pada pemulihannya. Jika dia dipaksa mengingat semuanya sekaligus, dia bisa saja berontak dan malah amnesianya tidak akan sembuh.”
“Apa itu artinya dia tidak akan mengingatku sama sekali?” desak Rex Milan makin terdengar cemas. Dokter itu diam lalu mengangguk pelan.
“Kemungkinan itu bisa terjadi. Jika Anda tidak hati-hati, Nyonya Venus bisa kehilangan memori masa lalunya selamanya,” jawab dokter tersebut. Rex Milan hanya bisa diam lalu memejamkan mata. Saat ia membuka mata lagi dokter yang bicara dengannya sudah pergi tapi mimpi buruk itu masih nyata.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa aku harus mencari orang yang sudah menculik Venus?” tanya Sebastian menyela. Rex Milan menarik napas panjang dengan raut wajah dingin lalu menggeleng.
“Biarkan saja dulu. Kita harus hati-hati. Aku tidak boleh kehilangan Venus. Jika pria itu kembali lagi, aku akan menghabisinya.”
“Bagaimanakeadaan Venus sekarang?” tanya Arjoona datar pada Rex Milan. Rex Milantersenyum dan menjelaskan singkat sebelum masuk ke kamar Venus bersama-sama.“Diasudah mengingat beberapa hal. Itulah mengapa aku membawa kalian kemari.”Arjoona hanya tersenyum tipis dan mengangguk saja. Begitu pula dengan Claireyang menggandeng lengan Arjoona dan masuk lebih dulu saat Rex Milan membukapintu.“Apakita kembali nanti saja, Joona? Venus sepertinya sedang tidur,” bisik Clairelembut pada Arjoona yang menggeleng kecil.“Kitaharus pastikan kondisinya dulu,” balas Arjoona balik berbisik.Diruang perawatan yang dijaga ketat, Venus tampak berbaring menyampingmembelakangi Rex Milan dan anggota keluarganya.“Venus....” panggil Claire lembut. Claire memperbaiki pelan-pelan selimut Venus danhal itu membangunkannya. Ia membuka matanya lalu berbalik dan kaget saatmelihat banyak orang yang datang mengunjunginya.“Venus,kamu sudah bangun? Maaf ya kami jadi mengganggu istirahat kamu,” ujar Rex
“Siapakamu? Untuk apa kamu memeluk istriku?” hardik Rex Milan berdiri di depan Venusdan Dion. Venus jadi berubah kesal dan tidak terima. Ia mendorong Rex Milan agarmenjauh dan dirinya, Venus turun dari ranjang dan berdiri berkonfrontasidengannya.RexMilan seketika marah dan beringsut ke depan menarik pundak Dion yang sedangmemeluk Venus. Venus terkejut demikian pula Dion.“Jangansembarangan kamu. Dia adalah suamiku!” sahut Venus bersikeras. Rex Milanterperangah tak percaya. Sementara Dion masih tenang memasang raut dingin tanpasenyuman. Ketika Venus menoleh padanya, senyuman Dion langsung mengembangtulus.“Venus,kamu adalah istriku!” balas Rex Milan menahan geraman. Venus tampak marah danmenggeleng cepat.“Tidak,kau adalah pria jahat yang menyekapku. Kamu mencuci otak kedua orang tuaku agarmengakuimu sebagai suami.” Venus mulai memberikan asumsi yang diberikan Dionpadanya.“Apa?”Rex Milan menyahut dengan kening mengernyit. Keadaan Venus jadi makin parahdari hari ke ha
“Ahk, sialan!” umpat Rex Milan kala memegangi hidungnya yang berdarah. Wajahnya membentur air bag cukup keras membuatnya kesakitan dan pusing. Tim ER datang bersama ambulans begitu sigap menolong Rex Milan serta mengeluarkannya dari mobil.“Tenanglah, Tuan! Jangan terlalu banyak bergerak!” ucap salah satu petugas medis yang mengeluarkan Rex Milan yang terjepit di mobil mewahnya yang lumayan ringsek bagian depannya.Sebastian Arson yang baru tiba lantas berlari ke arah ambulans. Terlihat Rex Milan sedang dinaikkan ke brankar dan diberikan penyangga leher.“Kamu baik-baik saja? Mana Venus?” tanya Sebastian sedikit terengah. Mata Rex Milan melirik pada Sebastian dan tampak kesal.“Bantu aku dulu. Perempuan itu malah lolos!” erangnya kesal. Sebastian tidak mengangguk. Ia ikut dalam mobil ambulans memastikan Rex Milan baik-baik saja.Rex Milan dibawa ke rumah sakit terdekat dan mobilnya diderek agar tidak mengganggu lalu lintas. Sedangkan Sebastian masih bingung dan mondar-mandir atas apa
“Apa yang kamu ingat, Venus?” tanya Dion dengan kening mengernyit dan raut serius. Ia punya harapan yang besar jika Venus bisa mengingat masa lalu mereka. Kedua tangannya menyentuh pipi Venus agar mereka bisa saling menatap. Akan tetapi, Venus malah meneteskan air mata.“Aku ... mobilnya tidak bisa dikendalikan. Ahhk, kepalaku─” Venus makin terisak. Dion tak tega dan langsung mendekap Venus dengan lembut. Sebuah kecupan diberikan Dion di ujung garis rambut Venus agar ia tenang.“Tidak apa-apa. Jangan diingat semuanya sekaligus. Dengarkan aku.” Dion sedikit menjarakkan Venus untuk bicara padanya. Jemarinya menyeka lembut air mata Venus yang masih jatuh membasahi pipinya.“Aku akan merawatmu sampai kamu pulih seperti dulu. Kamu akan mengingat semua hal dan kenangan yang kita miliki. Pernikahan kita, rumah kita, kebahagiaan kita─aku akan mengembalikan semuanya. Apa kamu mau menjalaninya bersamaku?” Dion meminta dengan tutur lembut dan pandangan tulus penuh keharuan.Venus masih memiliki
Sebastian Arson datang ke rumah sakit yang penuh dengan wartawan. Ia sempat tertegun sesaat sebelum mencari jalan lain untuk masuk ke dalam. Sayup-sayup ia mendengar pembicaraan soal Rex Milan yang mengalami kecelakaan. Setelah menunggu sejenak, barulah Sebastian Arson mendapatkan kesempatan untuk menemui Rex Milan.“Mengapa banyak wartawan di luar? Apa kamu mengumumkan jika kamu sekarat?” tanya Sebastian separuh mencibir. Rex Milan kembali ke tempat tidurnya dan duduk. Ia melirik sinis lalu mendengus dan menaikkan ujung bibirnya.“Venus pasti akan menonton berita tentangku. Dia akan kembali.” Rex Milan menjawab dengan yakin. Penyangga lehernya dibuka dan Rex Milan terlihat baik-baik saja. Sebastian hanya menarik napas panjang lalu menyerahkan sebuah dokumen hasil temuannya.“Dion yang kamu cari kemungkinan adalah Dion Juliandra, mantan suami Venus Harristian,” ujar Sebastian menyebutkan tanpa basa-basi. Sontak Rex Milan menoleh pada Sebastian lalu keningnya mengernyit. Ekspresinya cu
Ciuman Venus mendarat dengan manis di pipi Dion. Perlahan Venus melepaskan perlahan sambil terus memandang Dion. Dion hanya diam tertegun menatap Venus tanpa ingin berkedip.“Terima kasih untuk makan malamnya,” ujar Venus pelan dan lembut. Dion masih diam menyimpan senyuman dan keinginannya untuk membalas ciuman itu.“Selamat malam, Dewiku.” Venus masih belum melepaskan pegangannya pada lengan Dion. Ia masih memandang Dion hingga beberapa saat sebelum Dion sedikit menjauh. Pandangan mereka masih bertaut sebelum Dion benar-benar keluar kamar.Venus duduk perlahan di ujung ranjang dengan senyuman terkulum. Sikap Dion yang begitu baik memperlakukannya, membuat Venus merasa bahagia. Hatinya hangat. Cara Dion memandangnya seperti seseorang yang sangat mengenalnya. Hanya saja seperti ada hal yang masih mengganjal tapi Venus tak tahu apa.“Aku harus segera mengingat masa laluku. Jika memang Dion adalah bagian dari masa laluku, dia pasti punya catatannya.” Venus bermonolog pelan. Namun malam
“Lukamu sudah pulih. Tidak perlu lagi memakai plester apa pun,” ujar Dion tersenyum pada Venus. Venus pun tersenyum malu-malu pada Dion. Pagi ini selesai sarapan, Dion memeriksa luka di dekat pelipis Venus. Ia membelai helai rambut Venus dengan lembut sekaligus menatap matanya.“Apa aku boleh bertanya, Dion?” ujar Venus lembut. Dion mengangguk lalu menurunkan tangannya.“Apa kamu memiliki bukti jika kita sudah menikah? Seperti foto atau dokumen?”Dion tertegun mendengar permintaan Venus. Ia menarik napasnya perlahan lalu tersenyum getir.“Ada. Sebenarnya aku menyimpannya dengan baik tapi seperti yang aku bilang kemarin. Rumah kita terbakar dan seluruh dokumen penting pernikahan kita juga ikut lenyap,” jawab Dion beralasan.Venus tertegun lalu perlahan mengernyitkan keningnya. Keraguan yang sempat sirna untuk Dion kini mencuat lagi. Dion memang meyakinkan sebagai seorang suami tapi ia tidak memiliki bukti tertulis. Rasanya memang aneh.“Lalu bagaimana aku tahu jika kamu tidak berbohong
Venus dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Meski rasa pusingnya sudah hilang tapi Venus sesungguhnya memiliki tujuan berbeda. Ia ingin bertemu kedua orangtuanya─Arjoona dan Claire. Venus harus mengkonfirmasi soal Dion dan identitasnya. Orang tuanya pasti mengetahui sesuatu.“Venus?” panggil Rex Milan yang datang tiba-tiba masuk ke ruang pemeriksaan. Venus membesarkan matanya kaget. Rex Milan mendapatkan kabar dari rumah sakit jika Venus datang.“Akhirnya aku menemukanmu.” Rex Milan langsung memeluk Venus lalu mengecup sisi keningnya. Venus sedikit refleks menghindar tapi ia tidak seagresif sebelumnya.“Kamu ke mana saja? Aku mencarimu,” ujar Rex Milan sambil memegang kedua pipi Venus.“Bagaimana kamu bisa menemukanku?” sahut Venus dengan nada ketus. Rex Milan tampak terharu. Ia terlihat bahagia bisa menemukan Venus yang tiba-tiba pergi dari rumah sakit.“Rumah sakit menghubungiku. Katanya kamu datang ke rumah sakit. Apa kamu berhasil melarikan diri dari pria itu? Apa dia
Di belakang Dion menyerahkan tas milik Venus pada Jasman yang akan mengawal mereka. Dua pengawal lainnya ditempatkan oleh Dion di jalan depan saat keluar dari rumah sakit. Sedangkan sudah ada lima orang pengawal yang berdiri di dekat mobil yang akan membawa Venus pulang. Kali ini, Dion tidak ingin mengambil lagi risiko demi keselamatan Venus.Limosin yang membawa Dion, Venus, Arjoona dan Claire meluncur dengan baik saat keluar dari area rumah sakit. Mereka akan bersama-sama pulang ke rumah Dion karena anak-anak mereka sudah menunggu.“Bagaimana dengan masalah hukum kemarin, Dad? Apa kamu perlu bantuanku?” tanya Dion pada Arjoona yang duduk berhadapan dengannya. Venus menoleh cepat pada Dion dengan mata membesar. Ia tidak mengetahui jika ayahnya terlibat konsekuensi hukum.“Apa yang terjadi, Dad?” tanya Venus dengan raut cemas.“Gak ada. Daddy cuma harus membayar denda tilang saja kok. Namanya juga orang tua. Bisa ceroboh kala
Tidak seperti yang diharapkan oleh Steven alias Dion, Venus tidak ingin menoleh padanya saat ia masuk. Venus membuang muka tak mau menyapa.“Venus─” Dion baru bicara dan Venus langsung memotong.“Pembohong! Siapa kamu sebenarnya?” tukas Venus tanpa basa-basi langsung mendelik pada Dion. Dion terdiam di sisi tempat tidur Venus dan belum bergerak. Ia sedikit menundukkan kepala dan terlihat menyesal.“Aku bisa menjelaskan semuanya─”“Jawab saja pertanyaanku!” Venus langsung menyela dengan tajam.Meskipun Venus masih cedera setelah tercekik oleh belitan kain, tapi ia masih bisa memarahi Dion yang baru datang.“Aku ... aku adalah ....”“Kamu bukan Steven kan?” Venus menebak lagi dengan ketus. Dion menarik napas panjang dan sedikit menunduk.“Aku adalah Dion Juliandra. Aku sedang menyamar menjadi Steven.” Dion akhirnya mengaku. Venus tak bergerak menatap tajam pada Dion. Kali ini, Dion sudah sangat keterlaluan membohonginya. Dion yang menyadari kesalahannya lantas melepaskan topeng karet ya
Rex Milan berhasil dikeluarkan dari mobilnya yang ringsek akibat tabrakan dari jeep monster yang dikendarai oleh Arjoona Harristian. Ia segera dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri dan luka-luka. Sama dengan Venus Harristian, keduanya dibawa ke rumah sakit yang sama dan ditempatkan di bangunan yang berbeda.“Uncle, aku terpaksa harus menahanmu dulu sementara. Sampai aku selesai menemukan buktinya,” ujar Andrew menjelaskan pada Arjoona yang baru saja keluar dari kamar perawatan Venus. Arjoona meninggikan kedua alisnya mendelik pada Andrew yang hanya bisa menyengir.Dion datang menghampiri setelah membuka topengnya. Ia menarik napas panjang melihat Arjoona dan Andrew.“Sepertinya Venus tidak mau bertemu denganku,” ujarnya dengan raut sedikit meringis. Kening Andrew mengernyit memandang Dion dengan raut bertanya.“Tadi dia tidak mau kupegangi,” sambung Dion lesu. Andrew kemudian menoleh pada Arjoona yang masih diam saja.“Sebastian Arson sudah ditangkap. Rex Milan akan me
“Venus, Venus. Oh, sayang. Apa kamu bisa bernapas?” Dion segera menggendong Venus ke dalam kamar dan meletakkannya di atas tempat tidur. Venus begitu kesulitan bernapas dan ia masih terengah kesulitan menarik atau mengeluarkan udara. “Cari tabung oksigen!” perintah Dion pada Arion. Arion pun masuk ke dalam walk in closet milik Venus untuk mencari tabung oksigen darurat. “Bernapaslah pelan-pelan, Sayang.” Dion menuntun Venus untuk bernapas satu-satu usai tercekik. Ia sudah tak peduli jika Rex Milan kabur. “Aku akan panggil Dokter,” ujar Divers pada Dion yang langsung mengangguk. Venus masih setengah semaput memandang Dion yang masih memakai topeng Steven. Ia merasa ada yang aneh tapi tak bisa bicara. Arion datang membawakan tabung oksigen darurat untuk Venus. Ia ikut membantu Venus mengenakan penutup untuk oksigen. Sementara itu, Rex Milan kabur lewat jalan samping dan langsung masuk ke mobilnya. Tidak ada yang sempat mengejar Rex Milan karena Dion dan teman-temannya sedang sibuk d
“Aku tidak membunuh Brema Mahendra. Aku bahkan tidak kenal siapa dia!” tegas Rex Milan masih bersikeras. Venus diam menatap Rex Milan yang tidak mau mengaku. Sambil menahan rasa berat di hatinya, Venus perlahan seperti melihat seperti apa Rex Milan yang sesungguhnya. Pria yang mengaku sebagai suaminya itu adalah seorang pembohong. Sekalipun Rex Milan tidak mengakui, tetapi Venus bisa merasakan kebohongan tersebut.“Terserah jika kamu tidak mau mengaku. Jika aku bisa melepaskanmu, aku rasa Ayah dan Kakakku tidak.” Venus mengancam dengan nada sinis. Rex Milan makin mendekat dengan deru napas yang terdengar kasar. Sedangkan Venus sekalipun cemas, tidak mundur sama sekali. Tangannya meremas tas tangannya cukup keras dan siap mengayunkannya pada Rex Milan jika ada yang terjadi.“Jangan mengancamku!” Rex Milan menggeram pelan.“Aku tidak akan seperti ini jika kamu tidak mengaku dan sepertinya kamu memang pantas untuk mendekam di penjara selamanya, Rex,” ujar Venus tak mengindahkan ancaman R
Sebastian diborgol di depan Cindy yang terpaku melihatnya. Ia sempat protes tapi FBI membeberkan semua bukti. Sebastian masih mengira jika Cindy tak tahu apa pun. Ia berbalik dan mencoba menjelaskan.“Cindy, ini gak bener. Jangan percaya mereka!” ucapnya menatap Cindy yang diam saja. Peter lalu masuk dan hendak membawa Cindy pergi. Di sanalah, Sebastian mengetahui jika Cindy terlibat dalam penangkapannya.“Sebentar. Kamu bekerja sama dengan Polisi? Kamu yang melakukan semua ini?” ujar Sebastian dengan raut tak percaya. Cindy masih diam saja menatapnya dengan mata berkaca-kaca.“Jangan dengarkan dia. Ayo!” ujar Peter dengan bahasa Indonesia. Mata Sebastian membesar. Ternyata yang sudah mengatur dan merencanakan semuanya adalah Cindy dan pria yang merupakan kekasihnya. Cindy menelan ludah dan berjalan melewati Sebastian. Ia akan keluar dari ruangan tersebut meninggalkan penangkapan tersebut di belakang.“Tunggu!” seru Sebastian menghentikan langkah Cindy. Cindy berbalik dan Sebastian me
Cindy melangkahkan kakinya masuk ke ruangan CEO sesuai janjinya dengan Sebastian. Cindy masih diam saja dan cenderung sedikit mengendap masuk. Ia melihat Sebastian sedang sibuk dengan beberapa pria yang ternyata adalah anggota direksi dan pemegang saham. Mata Sebastian tak lama menangkap sosok Cindy yang masuk tanpa pemberitahuan.“Cindy?” sebut Sebastian lalu tersenyum. Para pemegang saham itu lantas ikut menoleh ke belakang. Sebastian lalu meminta waktu sesaat.“Sebentar.” Sebastian menghampiri Cindy. Sebastian lantas menarik lengan Cindy ke salah satu sudut ruangan lalu separuh berbisik padanya.“Akhirnya kamu datang. Kamu duduk dulu ya, nanti kita bicara, Aku sedang menyelesaikan masalah sedikit.” Sebastian berujar masih dengan sikap lembut pada Cindy.“Masalah apa, Pak?” balas Cindy balik bertanya.“Uh, Oddysey menarik proyeknya dan menyerahkannya pada King Enterprise. Kita kalah.” Cindy hanya diam saja dan sedikit menundukkan wajahnya.“Jangan sedih, aku pasti bisa mengatasi ini
Venus Harristian masuk ke rumah yang sudah ia tinggalkan demi bisa menjebak Rex Milan Wilson. Begitu mendengar dari salah satu pelayan jika Venus sudah pulang, Rex Milan langsung keluar. Ia tersenyum datang menghampiri. Venus langsung menyusutkan langkahnya ke belakang. Rex Milan pun berhenti.“Venus,” sebutnya pelan.“Aku pulang karena Rei yang memintaku. Sekarang kita harus bicara,” ujar Venus menegaskan. Raut wajahnya tidak menyiratkan emosi sama sekali. Ia tidak mau lagi terenyuh pada apa yang akan dikatakan oleh Rex Milan.Jasman terlihat masih berada di salah satu ruangan bersama staf pembersih lainnya. Rex Milan melirik lalu memerintahkan agar semua keluar.“Kalian sudah selesai hari ini. Aku akan memanggil kalian lagi. Sekarang keluar,” ujar Rex Milan memberikan perintah. Venus sedikit memutar bola matanya melihat satu persatu staf keluar dari ruang tengah termasuk Jasman. Jasman telah memasang beberapa kamera di tempat yang lebih aman untuk memantau Venus.Dion masih terus me
“Kamu kenapa? Kamu dari mana?” Peter langsung bertanya banyak pada Cindy yang sedang menangis memeluknya. Cindy belum berani menjawab dan hanya bernapas satu-satu. Peter yang cemas sedikit melepaskan pelukannya pada Cindy untuk melihat keadaannya.“Kita bicara dulu.” Peter membujuk dan Cindy pun mengangguk. Mereka masuk ke halaman tanpa masuk ke rumah.“Sekarang kamu harus cerita sama aku apa yang terjadi. Jangan berbohong. Siapa tadi yang nganterin kamu?” Peter kembali mencecar Cindy dengan pertanyaan.“Mas Peter lihat?” Cindy sedikit mengangkat wajahnya.“Iya. Aku di belakang mobil itu dan melihat kamu keluar dari sana. Itu siapa, Cindy?”Cindy menarik napas yang masih sesak seraya menatap wajah Peter yang tampak dari bias lampu depan di atas teras.“Sebastian Arson.” Cindy menjawab dengan suara kecil. Wajah Peter langsung berubah tegang.“Apa?” sahutnya meninggikan suara. Peter langsung melihat ke arah pintu khawatir jika terbuka dan Budhe Dewi tiba-tiba muncul.“Lalu, apa dia meny