Rex Milan bercerita sekilas tentang keluarga dan rahasia yang disimpan. Andrew sudah resah sejak awal. Ia marah karena Venus ditipu mentah-mentah oleh pria yang mengaku sebagai suami. Kini, Andrew meragukan jika Venus benar-benar menikah dengan Rex Milan. Bisa saja yang dikatakannya adalah kebohongan. Terlebih Andrew belum mendengar kabar dari Dion sama sekali.“Aku tidak boleh masuk penjara, Andrew. Kamu harus membantuku. Aku tidak mau anakku melihatku sebagai seorang penjahat,” ujar Rex Milan menjelaskan.“Kau memang bajingan tengik, Wilson!” umpat Andrew dalam hatinya. Andrew mengangguk untuk menyetujuinya.“Akan kulihat apa yang bisa aku lakukan.” Andrew menjawab singkat.Meski Andrew telah setuju untuk membantu tapi Rex Milan masih belum tenang. Ia takut jika Sebastian membawanya ke ranah hukum. Ia belum menyadari jika Venus sudah menggugat untuk berpisah.Keesokan harinya, Rex Milan dihubungi oleh seorang staf dari pengadilan jika dirinya dipanggil untuk memberikan keterangan. R
“Aku sudah melayangkan komplain atas Rex Milan Wilson dan dia akan dipanggil oleh Hakim hari ini. Jika dia mencoba menghubungimu, hubungi aku. Akan kuurus semuanya,” ujar Aldrich menjelaskan pada Venus tentang kebenaran mengenai pernikahannya dan Rex Milan.Bukannya menjawab, Venus malah tertegun sambil menelan ludahnya. Wajahnya tampak cemas dan tak nyaman. Steven yang juga ada di ruang tengah mulai cemas menatap Venus.“Venus?” Aldrich kembali menegur dengan mendekatinya. Venus tampak sedih lalu menundukkan kepalanya.“Kenapa aku begitu bodoh? Kenapa?” tanya Venus melirih sedih. Ia nyaris menangis dan itu membuat Aldrich jadi ikut sedih.“Harusnya aku mencari tahu sebelumnya siapa dia sebelum ikut ke rumahnya. Aku merasa ... aku merasa benar-benar bodoh, Aldrich.” Venus kembali melanjutkan lalu meneteskan air matanya. Kesedihan Venus membuat Steven mendekat lalu berlutut dengan sebelah kakinya di dekat kaki Venus.“Jangan bersedih, kita masih bisa memperbaikinya─”“Apa yang bisa dip
Arjoona langsung menghardik dan menggeser posisinya sehingga Dion tidak bisa mencium kakinya.“Bangun kamu!”Dion yang sudah separuh bersujud lalu berhenti dan perlahan berdiri. PLAK – Arjoona menampar keras Dion sampai Claire terkesiap kaget. Dion menahan perihnya kulit pipinya yang panas akibat tamparan Arjoona.“Beraninya kamu meninggalkan Venus dan menipunya, Dion,” geram Arjoona meluapkan kemarahannya. Dion kembali berpaling dan menundukkan wajahnya. Pipinya tampak sangat merah kontras dengan kulit kuning langsatnya yang terang. Di ujung bibirnya sampai terselip setitik darah karena kerasnya tamparan Arjoona.“Aku sangat mempercayai kamu sebagai pelindung anakku. Tapi kamu malah lebih memedulikan teman-teman kamu dibandingkan dia!” teriak Arjoona lagi makin marah. Dion masih diam dan meneteskan air matanya.“Apa yang kamu kejar di luar sana, hah! Apa!”Claire yang ikut menangis lalu memegang lengan Arjoona. Ia mendekap lengan kekar itu seakan ingin meredakan kemarahannya.“Maafka
Proses perpisahan Venus dan Rex Milan harus dihadapi sendirian oleh Rex Milan. Ia tidak bisa membuktikan dengan jelas dan valid surat-surat yang dimilikinya sehingga pihak lembaga catatan sipil pun menggugat Rex Milan secara resmi. Rex Milan semakin terdesak. Ia pun berusaha menemui Venus untuk bicara dengannya.Rex Milan tidak bisa menemukan Venus di mana pun. Ia menghilang bahkan tidak lagi berada di Skylar Labels tempatnya seharusnya meluncurkan album terbarunya. Rex Harristian yang sudah mendapatkan kabar dari Dion sebelum Rex Milan datang, kini berhadapan dengan pria yang sudah menipu adiknya.“Apa kau pikir kau punya sembilan nyawa sehingga berani menemuiku, Tuan Wilson? Kau sudah menipu adikku!” geram Rei menahan kepalan tangannya agar tidak menonjok Rex Milan.Rex Milan datang ke Skylar Labels karena hanya tempat itu yang ia ketahui tentang Venus. Maka ia memberanikan dirinya datang ke Skylar sekalipun pada akhirnya ia harus berhadapan dengan kemarahan Rei Harristian.“Aku ha
Sebastian Arson mendesak Seth untuk terus mencari Cindy Andriani di mana pun ia berada. Seth sudah mengaku jika ia kehilangan jejak Cindy agar Sebastian tidak lagi bisa menemukan sepupu Dion Juliandra itu lagi.“Aku rasa sebaiknya kamu mencari sekretaris baru lainnya saja, Tuan Arson. Aku bisa membantu menyeleksi kandidatnya untukmu,” ujar Seth menawarkan jalan keluarnya. Sebastian langsung menggeleng. Ia menaikkan pandangan pada Seth menatapnya tak suka.“Aku tidak akan mencari orang lain sebagai sekretarisku selain Cindy!” tukas Sebastian bersikeras. Keith sudah melirik Seth lalu mendekat dan menyentuh ujung lengannya.“Kenapa bisa seperti ini?” bisik Keith pada Seth yang langsung menggeleng. Seth tidak menyerah. Ia kembali membujuk Sebastian.“Tuan Arson, jika kita tidak lagi menemukan Nona Cindy, bagaimana? Bisa saja dia sudah kembali ke negaranya.” Sebastian kembali menatap Seth tajam. Ia mengepalkan tangannya lalu membuang pandangannya sejenak ke samping.“Biar bagaimana pun pos
“Cindy?”Cindy yang sedang melamun terhenyak dan menoleh ke belakang. Ia tersentak kaget melihat Sebastian sudah ada di belakangnya. Jantung Cindy rasanya seperti mau copot. Ia sangat tidak menyangka jika Sebastian bisa menemukannya.“Pak ... Pak S-Seb?” ucap Cindy terbata-bata dengan nada gemetar. Ia mundur beberapa langkah sampai punggungnya terhalang dinding tembok pagar rumah Dion. Sebastian tidak peduli dan tetap mendekati Cindy sampai hanya berjarak beberapa sentimeter darinya.“Jadi kamu memang sengaja melarikan diri dari aku? Iya?” tukas Sebastian mendesak Cindy. Cindy hendak melarikan diri tapi Sebastian menangkap lalu membekapnya.“Hhmmp!”“Ikut aku, kita harus bicara!” Sebastian memaksa menarik Cindy ke mobilnya. Cindy berusaha melarikan diri tapi tidak sanggup melawan Sebastian yang lebih kuat. Cindy mulai ketakutan dipaksa masuk ke dalam mobil Sebastian.“Diam Cindy! Atau aku akan menyakiti kamu!” ancam Sebastian seraya membekap mulut Cindy. Cindy menggeram di balik bekap
Budhe Dewi membuka pintu depan setelah bel berbunyi. Ia sedang mencari Cindy yang belum masuk dari membuang sampah setengah jam yang lalu.“Peter?” Peter tersenyum pada Budhe Dewi dan satu langkah maju menampakkan sosoknya. Namun, raut Budhe Dewi tampak mengernyit.“Selamat malam, Tante. Saya mau bertemu dengan Cindy,” jawab Peter dengan sikap sopan seperti biasanya.“Aduh ... masuk dulu, Peter.” Budhe Dewi membuka pintu lebih lebar agar Peter bisa masuk ke dalam.“Makasih, Tante─”“Cindy tadi keluar untuk bawa sampah. Tapi gak balik-balik,” sahut Budhe Dewi langsung bicara. Peter seketika melotot dan kaget.“Apa? Lho, Cindy ke mana, Tante?” balas Peter meninggikan suara.“Tante gak tahu. Tante sudah cari keluar tapi gak ada. Sudah setengah jam. Anak-anak gak bisa ditinggal.” Terdengar suara Dallas sedang menangis di kamarnya. Budhe Dewi langsung masuk ke dalam untuk mengambil Dallas dari pengasuhnya. Kale juga ikut keluar dan diberikan pada pengasuh yang sama.“Biar saya yang pegang
“Kamu kenapa? Kamu dari mana?” Peter langsung bertanya banyak pada Cindy yang sedang menangis memeluknya. Cindy belum berani menjawab dan hanya bernapas satu-satu. Peter yang cemas sedikit melepaskan pelukannya pada Cindy untuk melihat keadaannya.“Kita bicara dulu.” Peter membujuk dan Cindy pun mengangguk. Mereka masuk ke halaman tanpa masuk ke rumah.“Sekarang kamu harus cerita sama aku apa yang terjadi. Jangan berbohong. Siapa tadi yang nganterin kamu?” Peter kembali mencecar Cindy dengan pertanyaan.“Mas Peter lihat?” Cindy sedikit mengangkat wajahnya.“Iya. Aku di belakang mobil itu dan melihat kamu keluar dari sana. Itu siapa, Cindy?”Cindy menarik napas yang masih sesak seraya menatap wajah Peter yang tampak dari bias lampu depan di atas teras.“Sebastian Arson.” Cindy menjawab dengan suara kecil. Wajah Peter langsung berubah tegang.“Apa?” sahutnya meninggikan suara. Peter langsung melihat ke arah pintu khawatir jika terbuka dan Budhe Dewi tiba-tiba muncul.“Lalu, apa dia meny
Di belakang Dion menyerahkan tas milik Venus pada Jasman yang akan mengawal mereka. Dua pengawal lainnya ditempatkan oleh Dion di jalan depan saat keluar dari rumah sakit. Sedangkan sudah ada lima orang pengawal yang berdiri di dekat mobil yang akan membawa Venus pulang. Kali ini, Dion tidak ingin mengambil lagi risiko demi keselamatan Venus.Limosin yang membawa Dion, Venus, Arjoona dan Claire meluncur dengan baik saat keluar dari area rumah sakit. Mereka akan bersama-sama pulang ke rumah Dion karena anak-anak mereka sudah menunggu.“Bagaimana dengan masalah hukum kemarin, Dad? Apa kamu perlu bantuanku?” tanya Dion pada Arjoona yang duduk berhadapan dengannya. Venus menoleh cepat pada Dion dengan mata membesar. Ia tidak mengetahui jika ayahnya terlibat konsekuensi hukum.“Apa yang terjadi, Dad?” tanya Venus dengan raut cemas.“Gak ada. Daddy cuma harus membayar denda tilang saja kok. Namanya juga orang tua. Bisa ceroboh kala
Tidak seperti yang diharapkan oleh Steven alias Dion, Venus tidak ingin menoleh padanya saat ia masuk. Venus membuang muka tak mau menyapa.“Venus─” Dion baru bicara dan Venus langsung memotong.“Pembohong! Siapa kamu sebenarnya?” tukas Venus tanpa basa-basi langsung mendelik pada Dion. Dion terdiam di sisi tempat tidur Venus dan belum bergerak. Ia sedikit menundukkan kepala dan terlihat menyesal.“Aku bisa menjelaskan semuanya─”“Jawab saja pertanyaanku!” Venus langsung menyela dengan tajam.Meskipun Venus masih cedera setelah tercekik oleh belitan kain, tapi ia masih bisa memarahi Dion yang baru datang.“Aku ... aku adalah ....”“Kamu bukan Steven kan?” Venus menebak lagi dengan ketus. Dion menarik napas panjang dan sedikit menunduk.“Aku adalah Dion Juliandra. Aku sedang menyamar menjadi Steven.” Dion akhirnya mengaku. Venus tak bergerak menatap tajam pada Dion. Kali ini, Dion sudah sangat keterlaluan membohonginya. Dion yang menyadari kesalahannya lantas melepaskan topeng karet ya
Rex Milan berhasil dikeluarkan dari mobilnya yang ringsek akibat tabrakan dari jeep monster yang dikendarai oleh Arjoona Harristian. Ia segera dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri dan luka-luka. Sama dengan Venus Harristian, keduanya dibawa ke rumah sakit yang sama dan ditempatkan di bangunan yang berbeda.“Uncle, aku terpaksa harus menahanmu dulu sementara. Sampai aku selesai menemukan buktinya,” ujar Andrew menjelaskan pada Arjoona yang baru saja keluar dari kamar perawatan Venus. Arjoona meninggikan kedua alisnya mendelik pada Andrew yang hanya bisa menyengir.Dion datang menghampiri setelah membuka topengnya. Ia menarik napas panjang melihat Arjoona dan Andrew.“Sepertinya Venus tidak mau bertemu denganku,” ujarnya dengan raut sedikit meringis. Kening Andrew mengernyit memandang Dion dengan raut bertanya.“Tadi dia tidak mau kupegangi,” sambung Dion lesu. Andrew kemudian menoleh pada Arjoona yang masih diam saja.“Sebastian Arson sudah ditangkap. Rex Milan akan me
“Venus, Venus. Oh, sayang. Apa kamu bisa bernapas?” Dion segera menggendong Venus ke dalam kamar dan meletakkannya di atas tempat tidur. Venus begitu kesulitan bernapas dan ia masih terengah kesulitan menarik atau mengeluarkan udara. “Cari tabung oksigen!” perintah Dion pada Arion. Arion pun masuk ke dalam walk in closet milik Venus untuk mencari tabung oksigen darurat. “Bernapaslah pelan-pelan, Sayang.” Dion menuntun Venus untuk bernapas satu-satu usai tercekik. Ia sudah tak peduli jika Rex Milan kabur. “Aku akan panggil Dokter,” ujar Divers pada Dion yang langsung mengangguk. Venus masih setengah semaput memandang Dion yang masih memakai topeng Steven. Ia merasa ada yang aneh tapi tak bisa bicara. Arion datang membawakan tabung oksigen darurat untuk Venus. Ia ikut membantu Venus mengenakan penutup untuk oksigen. Sementara itu, Rex Milan kabur lewat jalan samping dan langsung masuk ke mobilnya. Tidak ada yang sempat mengejar Rex Milan karena Dion dan teman-temannya sedang sibuk d
“Aku tidak membunuh Brema Mahendra. Aku bahkan tidak kenal siapa dia!” tegas Rex Milan masih bersikeras. Venus diam menatap Rex Milan yang tidak mau mengaku. Sambil menahan rasa berat di hatinya, Venus perlahan seperti melihat seperti apa Rex Milan yang sesungguhnya. Pria yang mengaku sebagai suaminya itu adalah seorang pembohong. Sekalipun Rex Milan tidak mengakui, tetapi Venus bisa merasakan kebohongan tersebut.“Terserah jika kamu tidak mau mengaku. Jika aku bisa melepaskanmu, aku rasa Ayah dan Kakakku tidak.” Venus mengancam dengan nada sinis. Rex Milan makin mendekat dengan deru napas yang terdengar kasar. Sedangkan Venus sekalipun cemas, tidak mundur sama sekali. Tangannya meremas tas tangannya cukup keras dan siap mengayunkannya pada Rex Milan jika ada yang terjadi.“Jangan mengancamku!” Rex Milan menggeram pelan.“Aku tidak akan seperti ini jika kamu tidak mengaku dan sepertinya kamu memang pantas untuk mendekam di penjara selamanya, Rex,” ujar Venus tak mengindahkan ancaman R
Sebastian diborgol di depan Cindy yang terpaku melihatnya. Ia sempat protes tapi FBI membeberkan semua bukti. Sebastian masih mengira jika Cindy tak tahu apa pun. Ia berbalik dan mencoba menjelaskan.“Cindy, ini gak bener. Jangan percaya mereka!” ucapnya menatap Cindy yang diam saja. Peter lalu masuk dan hendak membawa Cindy pergi. Di sanalah, Sebastian mengetahui jika Cindy terlibat dalam penangkapannya.“Sebentar. Kamu bekerja sama dengan Polisi? Kamu yang melakukan semua ini?” ujar Sebastian dengan raut tak percaya. Cindy masih diam saja menatapnya dengan mata berkaca-kaca.“Jangan dengarkan dia. Ayo!” ujar Peter dengan bahasa Indonesia. Mata Sebastian membesar. Ternyata yang sudah mengatur dan merencanakan semuanya adalah Cindy dan pria yang merupakan kekasihnya. Cindy menelan ludah dan berjalan melewati Sebastian. Ia akan keluar dari ruangan tersebut meninggalkan penangkapan tersebut di belakang.“Tunggu!” seru Sebastian menghentikan langkah Cindy. Cindy berbalik dan Sebastian me
Cindy melangkahkan kakinya masuk ke ruangan CEO sesuai janjinya dengan Sebastian. Cindy masih diam saja dan cenderung sedikit mengendap masuk. Ia melihat Sebastian sedang sibuk dengan beberapa pria yang ternyata adalah anggota direksi dan pemegang saham. Mata Sebastian tak lama menangkap sosok Cindy yang masuk tanpa pemberitahuan.“Cindy?” sebut Sebastian lalu tersenyum. Para pemegang saham itu lantas ikut menoleh ke belakang. Sebastian lalu meminta waktu sesaat.“Sebentar.” Sebastian menghampiri Cindy. Sebastian lantas menarik lengan Cindy ke salah satu sudut ruangan lalu separuh berbisik padanya.“Akhirnya kamu datang. Kamu duduk dulu ya, nanti kita bicara, Aku sedang menyelesaikan masalah sedikit.” Sebastian berujar masih dengan sikap lembut pada Cindy.“Masalah apa, Pak?” balas Cindy balik bertanya.“Uh, Oddysey menarik proyeknya dan menyerahkannya pada King Enterprise. Kita kalah.” Cindy hanya diam saja dan sedikit menundukkan wajahnya.“Jangan sedih, aku pasti bisa mengatasi ini
Venus Harristian masuk ke rumah yang sudah ia tinggalkan demi bisa menjebak Rex Milan Wilson. Begitu mendengar dari salah satu pelayan jika Venus sudah pulang, Rex Milan langsung keluar. Ia tersenyum datang menghampiri. Venus langsung menyusutkan langkahnya ke belakang. Rex Milan pun berhenti.“Venus,” sebutnya pelan.“Aku pulang karena Rei yang memintaku. Sekarang kita harus bicara,” ujar Venus menegaskan. Raut wajahnya tidak menyiratkan emosi sama sekali. Ia tidak mau lagi terenyuh pada apa yang akan dikatakan oleh Rex Milan.Jasman terlihat masih berada di salah satu ruangan bersama staf pembersih lainnya. Rex Milan melirik lalu memerintahkan agar semua keluar.“Kalian sudah selesai hari ini. Aku akan memanggil kalian lagi. Sekarang keluar,” ujar Rex Milan memberikan perintah. Venus sedikit memutar bola matanya melihat satu persatu staf keluar dari ruang tengah termasuk Jasman. Jasman telah memasang beberapa kamera di tempat yang lebih aman untuk memantau Venus.Dion masih terus me
“Kamu kenapa? Kamu dari mana?” Peter langsung bertanya banyak pada Cindy yang sedang menangis memeluknya. Cindy belum berani menjawab dan hanya bernapas satu-satu. Peter yang cemas sedikit melepaskan pelukannya pada Cindy untuk melihat keadaannya.“Kita bicara dulu.” Peter membujuk dan Cindy pun mengangguk. Mereka masuk ke halaman tanpa masuk ke rumah.“Sekarang kamu harus cerita sama aku apa yang terjadi. Jangan berbohong. Siapa tadi yang nganterin kamu?” Peter kembali mencecar Cindy dengan pertanyaan.“Mas Peter lihat?” Cindy sedikit mengangkat wajahnya.“Iya. Aku di belakang mobil itu dan melihat kamu keluar dari sana. Itu siapa, Cindy?”Cindy menarik napas yang masih sesak seraya menatap wajah Peter yang tampak dari bias lampu depan di atas teras.“Sebastian Arson.” Cindy menjawab dengan suara kecil. Wajah Peter langsung berubah tegang.“Apa?” sahutnya meninggikan suara. Peter langsung melihat ke arah pintu khawatir jika terbuka dan Budhe Dewi tiba-tiba muncul.“Lalu, apa dia meny