Bab 7. Istri Siri Yang Terdonai

Berkat minum obat dan juga vitamin dari dokter tubuh Elina kini sudah sehat kembali.

Wanita itu kini sedang menjalankan perannya sebagai seorang pembantu di rumah besar Adam. Terlihat ia sedang mengepel lantai granit rumah suaminya dengan telaten.

Milea keluar dari kamar dengan rambut yang masih sedikit basah. "Elina." Milea menghentikan langkah kakinya saat melihat Elina sedang mengepel anak tangga.

Seketika itu Elina mendongak, menatap Milea yang berdiri di atasnya.

Posisinya saat ini Milea berdiri di lantai dua ujung tangga. Sementara Elina berdiri di tengah-tengah anak tangga.

"Ya Non," sahut Elina dengan hati berdesir perih. Lagi-lagi ia harus melihat banyaknya tanda cinta di tubuh Milea, kakak madunya itu.

Milea menatap wajah Elina dengan hati amat kesal. "Katanya kamu sakit?" tanya Milea dengan wajah dingin.

"Iya Non, tapi sudah baikan, Non," jawab Elina Seraya menunduk. Ia tak mau terlalu lama melihat bekas kepemilikan Adam di leher jenjang kakak madunya itu yang membuat hatinya berdenyut nyeri dengan rasa iri.

Milea menatap Elina yang menunduk dengan wajah sinis. "Dengar, ya! Aku gak suka kamu dekat-dekat suamiku!" peringat Milea dengan suara menekan.

"Kalau sakit ya berobat sendiri, naik taksi," lanjut Milea seraya menuruni anak tangga. Ia melangkah pelan, tapi penuh kepastian. Tatapannya menajam dengan wajah terlihat angkuh.

Elina mendongak, menatap wajah Milea yang menunjukkan ketidaksukaan. "Iya Non. Maaf."

Hanya itu yang mampu Elina ucapkan ketika Milea menatapnya dengan tajam. Wanita itu kembali menunduk, meremas gagang pel yang dipegang dengan jantung berdegup kencang.

Milea lanjut berjalan, menuruni anak tangga yang tinggal beberapa lagi sampai di hadapan Elina.

Sedikit demi sedikit tubuh Elina menegang, ke-tegangannya bertambah ketika langkah Milea semakin dekat dengannya.

"Dasar pembantu gak tau diri! Sok cantik, kamu!" desis Milea berdiri tepat di samping tubuh tegang Elina. Suaranya sangat pelan, tetapi begitu menusuk hati Elina.

“Kamu memang miskin, tapi aku harap, masih punya harga diri dengan menjaga sikapmu di rumah ini. Jangan sok cantik dan kecentilan, di depan suamiku!” tandas Milea melirik sinis.

Setelah itu Milea menuruni anak tangga dengan hati jengkel karena melihat wajah Elina yang tampak polos dan tanpa dosa.

Cemburu, dia sangat cemburu Adam dekat dengan pembantu muda itu. Apalagi, Elina memiliki paras yang ayu tanpa polesan. Hal itu benar-benar membuat Milea ketar-ketir, takut Adam lama-lama jatuh hati pada pembantu itu.

“Jadi pembantu itu harusnya kamu cukup tau diri! Gak usah manja. Kalau sakit ya tinggal pergi berobat, atau beli obat di apotek, sendiri!”

“Gak jelas banget, cuma demam minta antar majikan pergi berobat! Situ sakit apa modus?!”

Milea berjalan dengan mulut ngedumel tiada henti, menjadikan ia tidak fokus. Hingga di empat tangga terakhir ia terpeleset karena berjalan tidak hati-hati. Kebetulan, saat terpeleset ia sedang tidak berpegangan. Hal itu membuat tubuh rampingnya jatuh, tergelinding ke lantai dasar.

Sreg.

Bruk.

Tubuh Milea menggelinding lalu tiba di lantai dasar dengan posisi terduduk. Pantat wanita itu menghantam lantai dengan begitu keras, mengakibatkan guncangan hebat di perutnya.

"Aargh ….”

Milea mengaduh kesakitan kala perutnya seperti diremas-remas dengan kuat di dalam sana.

“Non Lea!” pekik Elina dengan wajah syok melihat Milea terjatuh dan banyak darah di tempat wanita itu terduduk.

Elina perjalan dengan cepat untuk menghampiri Milea. Dibuangnya kain pel yang tadi dipegang begitu saja. Ia berjalan dengan tergesa, sampai lupa dengan kandungan dan juga keselamatan nya sendiri.

Sesampainya di dekat Milea, Elina segera berjongkok untuk menolong. Namun, saat tangannya terulur langsung ditepis oleh Milea. Elina pun terkejut, menatap tangannya sendiri dengan nanar.

Milea menatap Elina dengan sorot kebencian. "Kamu sengaja buat aku jatuh, kan?!" teriak Milea dengan wajah meringis karena menahan rasa sakit di perutnya.

Bertepatan dengan itu, Adam keluar dari kamar. Lelaki itu syok melihat keadaan Milea yang terduduk di lantai dengan bersimbah darah.

Adam pun segera berlari menghampiri. "Ya ampun, Lea! Kamu kenapa?”

Suara panik itu membuat Milea dan Elina sama-sama menoleh ke arah Adam secara bersamaan.

"Mas. Sakit Mas. Perutku sakit!" Milea meringis seraya memegangi perutnya yang terasa sangat sakit. Air matanya pun mengalir membasahi pipi.

Wanita itu menatap sang suami dengan sorot mata terluka."Dia yang buat aku jatuh, Mas," tunjuk Milea pada Elina dengan uraian air mata.

Detik itu juga Adam menoleh ke arah Elina dengan wajah marah. Rahangnya mengetat dengan tatapan begis. Membuat Elina takut melihatnya, sampai wajah wanita itu pucat dibuatnya.

Tidak mau membuang waktu, Adam segera menggendong tubuh Milea untuk dibawa ke rumah sakit, tanpa mengucapkan apapun pada Elina. Namun, tatap mata terakhirnya mampu membuat Elina sesak napas dengan hati berdenyut nyeri.

Milea harus segera mendapatkan pertolongan. Sementara urusannya dengan Elina akan ia selesaikan nanti pikir Adam saat itu.

Elina terdiam dengan wajah resah, dia bingung harus menjelaskan dari mana. Jika bukan dia yang menyebabkan Milea jatuh dari tangga.

Kondisi Milea yang pendarahan saat ini adalah kecerobohannya sendiri. Akan tetapi, apa Adam akan mempercayai ucapannya, jika ia mengatakan itu pikir Elina.

Elina tak yakin Adam akan percaya kepadanya, karena dari sorot matanya tadi, Lelaki itu sudah sangat marah dan mempercayai ucapan Milea begitu saja.

Elina menatap nanar ke arah Adam yang pergi membawa tubuh Milea.

"Bukan aku yang membuat Non Lea jatuh!" teriak Elina pada akhirnya, saat langkah kaki Adam yang membawa tubuh Milea sampai di ambang pintu.

Adam menghentikan langkah kakinya. Ia menoleh, menatap Elina dengan tatapan dingin. “Kita akan bicarakan ini nanti!” kata Adam dengan dingin lalu melanjutkan langkah kakinya dengan sedikit berlari.