Share

9. Malam Keempat

Penulis: Roesaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

    Seperti biasa pagi sekali Ishita sudah bangun untuk membuat sarapan. Ponsel di meja bergetar keras,

    Dret...

    Dret....

    Dret....

    Ishita mengambil ponsel dan dibawa ke dapur sambil memasak.

  "Ririn, bagaimana kabar ayah?" tanya Ishita begitu telepon diangkat.

   "Itu dia yang ingin aku ceritakan Mbak!" jawabnya.

  "Iya bagaimana?" tanya Ishita  penasaran.

   "Mbak, ayah sudah siuman. Dia mencarimu. Dia ingin kamu datang bersama suamimu!" ujar Ririn.

   "Iyakah, Alhamdulillah! Coba kontrol kan kembali ke dokternya, Ririn!" usul Ishita.

   "Iya Mbak, rencananya nanti sepulang sekolah." Jawab Ririn.

   "Ririn, katakan pada ayah, aku dan suamiku harus pengajuan cuti dulu kalau mau pulang. Sabar dulu ya  Ririn, pasti kita akan pulang." Ishita berjanji dan menghiburny

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Simpanan Sang CEO   10. Kesan Malam Keempat

    Malam ini bagi Ahem ada kesan yang mendalam, itu mungkin karena perasaannya sedang dibalut cemburu. Bukan itu saja tak sadar dia mulai merindukannya. Harum tubuh yang alami bukan karena parfum ataupun sabun, tapi seolah pancaran dari tubuhnya. Jam sudah menunjukan 01.00 lebih, tapi Intan belum juga memberi peringatan dengan panggilan telepon. Demikian juga dengan Hamid sedang menunggu sidak dari sang nyonya besar. "Sampai pukul 01.30, nyonya belum juga telepon? Haruskah aku biarkan ataukah aku mengingatkan. Aneh sekali tadi siang mereka bertemu tapi malah bermasalah. Bagaimana kalau dia tahu ternyata dia adalah istrinya?" batin Hamid sambil tertawa geli. "Apakah dia hari ini belum juga membuka penutup mata? Seandainya mereka berdua ingin membukanya bukan hal yang sulit sih, tapi kenapa mereka berdua tidak melakukannya? Aduh kisah cinta yang aneh, aku yakin bos Ahem akan jatuh cinta bila melihat kecantikan Mbak Ishi

  • Istri Simpanan Sang CEO   11. Menjelang Malam Terakhir

    Akhirnya Ahem mengangkat telepon dari Intan. Dia bisa menahan perasaannya untuk suatu tujuan yaitu memiliki anak. "Halo sayang?" sapa Intan. 'Kenapa sih ponsel kamu tidak aktif sejak kemarin malam?" hardik Ahem. "Sayang, ponsel aku ketinggalan di butik saat aku membeli baju. Dan aku baru saja mengambilnya pagi ini. Kamu pasti gelisah ya? Aku yakin kamu pasti merindukan aku, meskipun ada wanita lain disishmu, iya kan?" tanya Intan menggoda. "Kamu sudah mengenalku luar dalam, Intan? Sehingga apa yang aku rasakan kamu pun mengetahuinya. Kapan kamu pulang?" tanya Ahem datar. "Besuk Ahem. Bukankah malam ini adalah malam terakhir buat kamu dan Ishita?" tanya Intan seolah mengingatkan. "Iya aku ingat, Intan." Kata Ahem sedih. "Kenapa kamu bersedih? Tidak rela ini menjadi malam terakhir? Udah waktunya ganti aku sayang?

  • Istri Simpanan Sang CEO   12. Malam Kelima Adalah Malam Terakhir

    Ahem mulai ditutup matanya dan duduk di bibir ranjang. Hamid mengetuk pintu dan mengajak Ishita masuk. Dia membawa Ishita duduk disamping Ahem. "Bos, saya pergi dulu!" pamit Hamid, kemudian menutup pintu. "Ishita?" sapa Ahem lirih serupa mendesah. Sambil tanganya maraba mencari tangan Ishita. Dan Ishita pun menyambutnya. Setelah tangan mereka bertemu, Ahem pun menarik tubuh Ishita untuk dipeluknya. Akhirnya mereka saling berpelukan. Malam ini Ahem sudah berencana untuk banyak berbagi hati. "Gimana kalau penutup mata ini kita buka saja, Ishita! Kita akhiri permainan gila ini, Ishita!" usul Ahem. "Tidak Kak! Jangan!" sahut Ishita. "Biarkan permainan ini sampai usai. Bila bulan ini aku belum hamil, kita masih akan bertemu lagi. Baru kita buka penutup matanya." Usul Ishita. "Tapi aku ingin sekali melihat wajahmu, Ishita!" pekik Ahem. "Sa

  • Istri Simpanan Sang CEO   13. Kesan Malam Kelima

    Ahem kembali meraih Ishita dan mendekap erat tubuhnya. "Aku ingin sekali melihat wajahmu, Ishita! Aku takut kita ketemu di jalan aku tidak bisa mengenalimu." Bisik Ahem ditelinga Ishita. "Aku belum siap, Kak!" jawab Ishita lembut. "Sementara ini aku lebih nyaman seperti ini." Lanjutnya. "Baiklah, aku tidak memaksamu. Tapi yang satu ini aku harus memaksamu." Kata Ahem sambil mengangkat dan menggendong tubuh Ishita dan membawanya masuk kamar mandi. Perlahan kaki melangkah karena dia harus hati-hati agar tidak terbentur dinding ataupun pintu. "Apa yang kau lakukan Kak? Kakak ini matanya masih tetap tertutup kan?" tanya Ishita ragu. "Ya iyalah sayang, kau ragu kenapa aku bisa berjalan dengan mata tertutup? Ini rumah aku, tanpa melihat aku hafal." Kata Ahem sambil menurunkan Ishita dibawah shower dan segera membuka krannya. "A

  • Istri Simpanan Sang CEO   14. Intan Pulang Dari Singapura

    Ishita sampai rumah, langsung tidur tanpa mengecek hadiah dari Ahem. Badannya terlalu capek dan mengantuk. Paginya, seperti biasa dia bangun pagi sekali, setelah sholat subuh dia tidak pergi memasak. Melainkan membongkar hadiah dari Ahem. Dia mulai membongkar kotak perhiasan. Ada gelang dan giwang cantik. Sambil tersenyum Ishita memandangi gelang dan giwang cantik itu. Dia sadar bahwa Ahem sedang memanjakan dirinya. Dirabanya kalung yang sudah dikenakan Ahem, juga cincin berlian yang disematkan semalam. Dia merasa bahagia, bukan karena perhiasannya, tapi kehangatan cinta yang dirasakan semalam masih membekas. Satu persatu paperbag dibukanya, dia membuka gaun-gaun indah dan berkelas yang dibelikan Ahem untuknya. "Aku semakin mencintaimu, Kak Ahem. Kamu memperlakukan aku seperti Cinderella, Kak." Batinnya. Pagi ini, dia malas untuk pergi ke dapur. Badannya terlalu capek dan mengantuk, tapi dia

  • Istri Simpanan Sang CEO   15. Menguak Luka Lama

    Dengan bengisnya Ishita marah saat semua kenangan masa lalu itu datang hanya dengan melihat mobil itu. "Kamu memutuskan kontrak dengan tiba-tiba, membuat perusahaan ayahku jatuh bangkrut. Ibuku yang hipertensi, karena terkejut, membuatnya pecah pembuluh darah otak, akhirnya meninggal. Kamu pembunuh ibuku! Sampai sekarang ayahku sakit-sakitan, aku tidak bisa kuliah. Kamu lelaki brengsek itu yang menghancurkan kebahagiaan keluargaku!" tangisnya makin histeris. "Dasar gila, kamu siapa? Aku tidak mengenalmu?" bantah Ahem heran. "Aku anaknya Herlambang, dan perusahaan ayahku Berlian group! Saking banyaknya orang yang kamu sakiti sehingga kamu tidak bisa mengingatnya, iya kan?" Umpatnya semakin berapi-api. "Herlambang? Berlian group?" Ahem masih berusaha mengingat-ingat. "Kembalikan nyawa ibuku! Kembalikan kebahagiaanku! Kamu merenggut semuanya dariku. Harusnya buka

  • Istri Simpanan Sang CEO   16. Ishita Positif Hamil

    Pagi ini Ahem sengaja berangkat awal, dia ingin tahu siapa gadis itu sebenarnya. Ahem marah kenapa dia harus mencemarkan nama baiknya hanya untuk lepas dari tanggungjawab ganti rugi perbaikan mobil. Seperti biasa pada jam yang sama Ishita memang lewat perempatan jalan traffic light, Ahem sedang menunggunya. Kali ini wajah Ishita tidak secerah biasanya. Dia nampak murung dan bersedih. Tanpa di sadarinya, mobil Ahem mengikutinya. Lumayan kesulitan mengikutinya, karena sepeda jelas jalanya lambat, tak sebanding dengan mobil. Seperti biasa, di gang kecil itu Ishita masuk. Dan Ahem tidak bisa lagi mengikutinya karena mobil tidak bisa masuk. "Haruskah aku jalan kaki mengikutinya kemana dia pergi?" kata Ahem dalam hati. Mobil Ahem berhenti tepat di depan gang masuk. Akhirnya dia mencoba berjalan kaki masuk ke gang kecil itu. Ada empat rumah disitu, di sebelah kiri j

  • Istri Simpanan Sang CEO   17. Ahem Semakin Viral

    Intan dan Hamid mengantar pulang ke tempat kost Ishita. Karena Ishita harus banyak istirahat. Dia tidak boleh lagi naik sepeda pergi ke tempat kerja. Ada taksi yang dibayar Intan setiap bulan khusus untuk antar jemput Ishita. Ishita ingat bahwa Ahem akan menunggunya di Lombok Ijo Resto. Tapi dia tidak mau sering ijin keluar kantor. Sehingga dia pilih datang agak terlambat. Dengan naik taksi dia menuju tempat yang di janjikan Ahem. Di halaman parkiran penuh mobil maupun motor. Betapa terkejutnya Ishita kembali mendapati mobil putih itu. Mobil pembawa petaka itu ternyata ada disini juga. Dengan luapan emosinya dia masuk dan mengedarkan pandangannya. Dia melihat lelaki dengan setelan jas biru berkelas, sedang duduk sendiri. Tangannya memainkan gelas yang ada didepannya. Seolah dia menunggu seseorang dengan gelisah. Dengan geram Ishita merebut gelas itu dan menyiramkan

Bab terbaru

  • Istri Simpanan Sang CEO   87. Akhir Cinta Sejati

    Indrayana dengan menahan geram dan benci menatap Ahem dan Ishita bergantian. "Jangan sakiti dirimu sendiri, Sayang! Hanya demi lelaki tak punya hati dan pelakor murahan seperti dia! Biarkan papa yang melakukannya, anakku!" Indrayana menenangkan Intan. "Tidak Pa, biarkan aku mati bersama anak kesayangannya ini!" ujar Intan masih mencengkeram Saga dan perlahan melangkah mundur. "Berhenti, Mbak! Hati-hati jangan lakukan itu! Bicaralah apa yang harus aku lakukan, katakan!" teriak Ishita tercekam panik. "Apa kamu saja yang melompat dari sini, menggantikan anak kamu?" tawar Intan. "Kamu gila ya! Kenapa tidak kamu saja yang melompat sendiri?" sahut Affan berteriak. "Oh ya kamu masih hidup, Affan? Lantang sekali suara kamu, udah sehat?" tanya Indrayana mengejek. "Malang sekali Intan punya orang tua sebengis kamu, tidak salah kalau Intan menjadi seperti itu, ternyata karena mencontoh orang tuanya," olok Affan. "Biarkan aku

  • Istri Simpanan Sang CEO   86. Yang Mana Cinta Sejati

    Ahem menatap Affan dengan kebencian yang ditahan. Dia tidak bisa melihat orang yang paling dicintai ada di dekatnya. Tapi Ahem melihat semua mata tertuju padanya, dia merasa harus bisa mengendalikan perasaannya. "Kabarku, baik," jawab Ahem sambil menyambut tangan Affan. "Kamu sendiri kelihatannya sehat-sehat saja," lanjutnya. "Iya beginilah," jawab Affan asal. "Bagaimana keadaanmu, Kak Nazim? Maaf kamu jadi menderita gara-gara keluargaku," kata Ishita lembut. "Jangan begitu, Ishi! Selamat ya, semoga kamu bahagia," ucap Nazim. "Terima kasih, Kak Nazim." Ishita kikuk akan menyapa Ahem, tapi karena dia adalah tamu yang datang belakangan, harusnya dia menyapa semuanya tanpa terkecuali. "Kak Ahem, kok sendirian? Dimana Bella dan Arjun?" tanya Ishita basa-basi tanpa berani menatap wajah Ahem. "Ada di rumah," jawab Ahem datar, juga tanpa melihat wajah Ishita. Kini hubungan mereka tiba-tiba terasa dingin dan asing seper

  • Istri Simpanan Sang CEO   85. Akad Nikah

    Affan masih tertegun menatap Ishita yang kelelahan mengangkat baju pengantin yang panjang. Wajah cantik dan bersinar cerah bagai mutiara, membuat Affan tertegun penuh kekaguman. "Baik, kalau memang kamu menginginkan pernikahan ini dibatalkan. Aku akan menghubungi Wahyu dan kawan-kawannya agar mengatakan ini kepada tamu dan penghulu. Aku tidak mau mereka menunggu lama," hardik Ishita emosi. "Biar Pak Wahyu segera mengabarkan kepada Kak Ahem tentang batalnya pernikahan ini, biar puas dia," ujar Ishita sambil mencet telepon kepada Wahyu. "Iya Nyonya?" jawab Wahyu setelah telepon Ishita diangkat. "Pak Wahyu, tolong ...," "Hentikan Ishi!" sahut Affan berteriak. "Kita menikah, sekarang!" lanjutnya pelan sambil menatap Ishita penuh penyesalan. "Kamu yakin?" tanya Ishita ragu, kemudian menutup telepon dengan Wahyu. Perlahan Affan menghampiri Ishita kemudian mbopongnya menuju mobil. Ishita membiarkan Affan membuktikan kesungguhannya. Dia

  • Istri Simpanan Sang CEO   84. Pernikahan Yang Tertunda

    Asisten pribadi Affan membantu mengurus acara pernikahan Affan dan Ishita. Affan sudah bisa berjalan layaknya orang sehat. Apalagi di balik tubuhnya yang kuat dan kekar siapa menyangka dia punya penyakit yang mengintai nyawanya. "Tuan Affan, semua persiapan pernikahan sudah selesai. "Baiklah, terima kasih, Ali," jawab Affan. "Duduklah, Mas Affan! Kamu jangan sampai capek!" pinta Ishita. "Kamu jangan memperlakukan aku seolah aku sedang sakit, Ishi! keluh Affan. "Iya udah, yang penting kamu harus bahagia, Mas Affan. Kita sebentar lagi menikah?" ujar Ishita. "Tapi kamu sendiri bahagia juga kan?" tanya Affan penasaran. "Ya iyalah, sangat bahagia," sahut Ishita. "Menurut kamu perlukah anak-anak tahu tentang pernikahan kita ini?" tanya Affan. "Kayaknya tidak perlu deh, Mas, kan mereka tahunya papa dan mamanya suami istri. Tahu-tahu baru menikah kan menjadi tanda tanya mereka?" jawab Ishita. "Benar juga s

  • Istri Simpanan Sang CEO   83. Pertemuan Affan dan Ishita di Singapura

    Satpol PP mengirim Nazim ke rumah sakit, Kini dia terbaring tak berdaya dengan luka bakar di tubuhnya. Ishita mengetahui dari berita media sosial maupun berita di televisi. Ditemani Wahyu dan anak buahnya, Ishita menuju rumah sakit. Dia melihat Nazim tergolek tak berdaya. Dari jendela kaca Ishita hanya bisa memandangnya. "Kak Nazim, bagaimana keadaan anak-anakku?" gumam Ishita lirih. "Dimanakah mereka, Kak Nazim?" lanjutnya. Ishita masih terpaku, dia tidak menyangka kepulangannya ke Indonesia akan menemui masalah seberat ini. Ishita juga sedang memikirkan Affan yang harus menyembunyikan sakitnya karena tidak mau membuatnya bersedih. "Bagaimana keadaanmu, Ishi?" tanya Ahem yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Ishita. Ishita terdiam bergeming, dia tidak mau menatap mata Ahem. Dia tidak mau hatinya akan luluh dan melupakan Affan yang sudah banyak mempertaruhkan hidupnya. "Aku baik. Kapan semua ini berakhir, Kak Ahem? Semua ini bermula

  • Istri Simpanan Sang CEO   82. Keluarga Baru

    Tifa berdiri di dekat orang-orang yang nongkrong di pagar lokasi pemakaman Cina. Langkahnya terhenti, dia tidak jadi masuk ke lokasi dimana Nazim berbaring sakit. "Kak mau tanya, apa yang kakak ceritakan itu orang yang sedang sakit di bangunan putih dan hijau itu?" tanya Tifa sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan yang lumayan bagus. "Iya betul seorang lelaki yang sakit di bangunan itu tadi diciduk Satpol PP,' ujar salah seorang diantaranya. Tifa sambil mengedarkan pandangannya, takut kalau ada poster yang menempel yang mengumumkan sayembara untuk menemukan dirinya. Dengan penasaran Tifa tetap menempuh jalan setapak menghampiri gubug itu. Betapa terkejutnya Tifa, dia mendapati tempat itu sudah kosong. "Om Nazim ...!" tangisnya memanggil. "Dimanakah kamu? Harusnya aku tidak meninggalkan kamu sendirian," lanjutnya. "Kamu mencari siapa, Nak?" tanya seseorang yang sedang membersihkan makam itu. "Saya mencari Om Nazim, dia om saya se

  • Istri Simpanan Sang CEO   81. Sayembara Dari Ahem

    Ahem sudah tidak mau lagi bertemu dengan Intan semenjak Bella mengirimkan rekaman video itu. Ahem bersama Bella tinggal di rumah yang dibeli Ahem untuk Ishita. Beberapa bodyguard mengamankan rumahnya. Hendrakusuma dan Wina ikut tinggal bersama karena mengawasi Bella dan merawat Ahem. Karena kecelakaan itu Ahem terkena gegar otak ringan. Tapi kini sudah berangsur membaik. Kabar mengenai Nazim dan Saga serta Tifa belum juga ada titik terang. Tapi Ahem sedikit lega karena mereka selamat dari rencana pembunuhan Intan dan Indrayana. "Kumpulkan semua bukti kejahatannya untuk menjerat mereka ke jalur hukum, Ahem," usul Hendrakusuma. "Iya Pa, kita bisa mencari celah agar saat dia melakukan kejahatan kita menangkap basah, sehingga dia tidak bisa berkelit dan hukuman yang berat menanti," ujar Ahem bersiasat "Pa, kenapa mama Ishi belum kembali bersama Saga dan Tifa?" tanya Bella sedih. "Sabar ya sayang, mama sama Om Wahyu masih mencari Om Naz

  • Istri Simpanan Sang CEO   80. Lolos Dari Rencana Pembunuhan.

    Ahem membuka video yang dikirim Bella ke ponselnya. Ternyata pembicaraan antara Intan dan Indrayana. "Pa, hidupku dalam bahaya kalau Ishita dan anaknya kembali. Singkirkan mereka secepatnya, Pa! Semua Pa, tanpa ampun, meskipun si bocah cacat yang merepotkan itu juga," pinta Intan dengan geram. "Mereka sudah menemukan persembunyiannya, kamu jangan khawatir, serahkan semuanya kepada papa!" ujar Indrayana. "Apa yang papa rencanakan?" tanya Intan. "Anak buahku membakar rumah yang ditempati mereka. Aku yakin sebentar lagi mereka terpanggang di dalamnya." jawab Indrayana. "Kalau di depan mamamu kamu jangan kelihatan membenci Affan, bagaimanapun dia adalah keponakannya," pesan Indrayana. "Iya Pa, saya mengerti," jawab Intan dengan lirih penuh siasat. "Biarkan Affan mati dengan sendirinya, kanker darah itu dengan sendirinya akan membunuhnya," ujar Indrayana. Sambil tersenyum puas. "Apa? Jadi Affan terkena kanker darah?" Ahem te

  • Istri Simpanan Sang CEO   79. Memory Yang Telah Kembali

    Akhirnya rasa kemanusiaan bisa mengalahkan kekhawatiran akan keselamatan anak-anaknya. Ahem yang terkapar tak berdaya membuat Ishita luluh. "Bagaimanapun dia adalah mantan suamiku, pasti dulu aku pun mencintaimu, kamu ganteng dan kaya,' batin Ishita. "Pak, bantu aku bawa ke rumah sakit ya? Nanti aku bayar tiga kali lipat," pinta Ishita kepada sopir taksi. "Tapi kepalanya banyak darahnya, Mbak, takutnya nanti kena jok mobil susah dibersihkan," kata sopir taksi ragu. "Jangan khawatir kepalanya aku pangku, lagian ada kain untuk bantalan kok," ujar Ishita meyakinkan. "Tapi tolong hati-hati ya, Mbak," pesan sopir taksi. "Jangan khawatir, Pak, aku janji!" jawab Ishita. "Pak, jangan berlebihan deh, bayangkan dia adalah keluargamu!" teriak salah seorang diantara mereka. "Iya Mas, baik aku tolong! Jangan nyumpahi gitu dong! Ayo bantu masukin ke mobil!" pinta sopir taksi kemudian. Begitu Ahem dibawa masuk ke taksi kepalan

DMCA.com Protection Status