Home / Romansa / Istri Simpanan Sang CEO / 40. Ishita Menghilang

Share

40. Ishita Menghilang

Author: Roesaline
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

     Segala siasat dan tipu daya Intan selalu kandas. Keinginan mempermalukan Ishita justru berbalik tepuk tangan penuh kagum dan mendapat penghargaan. Ahem dan Affan semakin mengaguminya, bakat terpendam Ishita bisa menjadi viral  karena banyak tamu yang merekamnya saat itu.

    Tampak di luar ruangan Hendra kusuma sedang bicara di telepon. Dia sedang merencanakan sesuatu.

    Affan dan Ishita sedang menikmati kudapan dan minuman. Ada seorang pelayan dengan tidak sengaja tersandung dan menumpahkan minuman sirup di baju Ishita.

    "Maafkan aku Mbak, aku tidak sengaja!" katanya dengan gugup.

    "Tidak apa-apa Mas, jangan khawatir!" ujar Ishita.

    "Lain kali hati-hati Mas!" hardik Affan kesal.

    "Kamu yakin tidak apa-apa, Ishi?" tanya Affan penasaran.

    "Tidak apa-apa Mas, biar aku bersihkan ke toilet sebentar ya!

  &nbs

Roesaline

Terima kasih pembaca yang setia telah mampir ke novel saya, semoga puas dan jangan lupa vote, rate dan review...terima kasih!

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Simpanan Sang CEO   41. Ishita Kecelakaan Mobil

    Ahem memandu Affan harus kearah mana mereka pergi. Dengan menahan sakit hati karena papanya yang begitu arogan di usianya sekarang, masih juga berpikir berbuat jahat. Apa yang sedang dilakukan Hendrakusuma hari ini, dilakukan juga oleh Ahem beberapa bulan yang lalu. Yang akhirnya mengakibatkan Ishita masuk rumah sakit. Dan bagaimana kalau hari ini kembali terjadi lagi, betapa traumanya Ishita? "Cepat Affan!" desak Ahem. "Aku tidak habis pikir, malam-malam begini kenapa Ishita dibawa kesini?" pekik Affan kesal. "Aku yang salah, Affan. Harusnya aku sejak awal berterus terang tentang Ishita. Tapi aku masih belum berani mengatakannya, bukan saja di depan umum, bahkan didepan orangtuaku sendiri saja aku tidak berani." Ahem berkata penuh penyesalan. "Apa yang membuatmu tidak berani, Ahem? Ishita berhak mendapatkan perlakuan yang sama seperti kamu me

  • Istri Simpanan Sang CEO   42. Luka Ishita adalah Luka Ahem

    Ahem dan Affan mondar mandir di depan ruang tindakan. Telepon kembali berdering untuk ke dua puluh kalinya dari Wina, mamanya. Akhirnya Ahem mengangkatnya dengan tangis yang meronta-ronta. "Ada apa sayang?" tanya Wina saat telepon diangkatnya. "Mama, Ishita kecelakaan mobil...Ishita dan bayiku Ma...!" Ahem menangis meronta semakin menjadi saat mendengar suara mamanya. Seolah ingin menumpahkan seluruh beban ke pangkuan mamanya. Rumah sakit mana, Ahem? Mama dan papa segera meluncur ke sana!" tanya Wina panik. "Tidak Ma, jangan biarkan papa datang ke rumah sakit. Aku melarang keras, dia yang menyebabkan semua ini terjadi. Kalau terjadi apa-apa dengan istriku juga anakku, aku tidak akan memaafkannya. Aku akan seret papa ke kantor polisi." ancamnya dengan keras. "Sayang, sabar ya Ahem! Kamu jangan bertidak seperti itu kepada p

  • Istri Simpanan Sang CEO   43. Keputusan Ahem

    Dengan berat hati, Ahem memutuskan Ishita agar tinggal bersama Affan. Saat Wina menyetujui, Ahem justru curiga karena dia tahu betul mamanya orang sangat bijaksana. Kenapa dengan keputusannya itu dia tidak protes? 'Ma, apakah mama setuju dengan keputusanku?" tanya Ahem heran. "Setuju sayang, aku tahu kamu sedang memikirkan keamanan dan kenyamanan Ishita. Tapi apakah ini tidak membebani Nak Affan?" tanya Wina ragu. "Saya tidak apa-apa Tante, tapi saat saya di kantor siapa yang akan menemani dia di rumah?" keluh Affan. "Ma, Kak Ahem, Mas Affan ... kenapa kalian semua setakut itu? Ada apa?" tanya Ishita heran. "Ishita, ada orang yang tidak ingin aku dekat denganmu. Kamu akan selalu bahaya bila masih dekat denganku." Ahem memekik lirih. "Siapa dia Kak Ahem, pasti Mbak Intan atau papanya? Aku tahu dia ingin merebut semua anak-anak ku. Aku

  • Istri Simpanan Sang CEO   44. Ahem Mulai Gelisah

    Ahem dan Intan duduk di ruang tengah sambil nonton tv. Tapi pandangan mereka pada ponselnya masing-masing. Ahem sedang chattingan sama Wina menanyakan mengenai keadaan Ishita. Sementara malam itu Wina menemani Ishita tidur di rumah Affan. Kamar yang sangat luas dan nyaman, ada dua ranjang yang salah satunya ukuran super size. Ruangan yang sangat bersih dan rapi. Affan tinggal sendiri bersama dua orang pembantu suami istri. "Mas Affan, makan malam sudah siap. Apakah buat Mbak Ishita perlu dibawa ke kamar, Mas?" tanya Murtini pembantunya. "Nggak usah Bik, kamu siapkan saja nanti tak bawa ke atas!" titah Affan. Affan masih asik dengan ponselnya, dia sedang chattingan juga dengan Ahem. Dia mengabarkan kalau sebentar lagi Wahyu akan membawa lima orang bodygardnya ke rumah. "Lima orang? Banyak sekali, seposesif itukah Ahe

  • Istri Simpanan Sang CEO   45. Intan Meradang

    Setelah Intan tidak bisa menemukan Ishita di tempat kos nya membuat Intan makin meradang. Dia seratus persen yakin bahwa ini Ahem yang melakukannya. "Kamu mulai bermain di belakang aku, Ahem. Apa kamu sudah tergila-gila padanya? Kalian diam-diam mengkhianatiku. Sikap kamu sudah berubah padaku, aku yakin itu karena dia. Kemana kamu sembunyikan dia, Ahem? Kenapa?" Intan mengumpat sambil menyetir mobil ke kantor Ahem setelah tidak bisa menemukan Ishita. Dengan emosi yang meluap-luap dia turun dari mobil menuju ruang kerja Ahem. Tapi dia berpapasan dengan Affan di depan lift. "Mbak Intan?" sapa Affan terkejut. "Kenapa terkejut begitu?" sahut Intan. "Nggak siapa terkejut, kok tumben?" tanya Affan basa-basi. "Dimana Ishita?" Intan mulai tidak bisa menyembunyikan emosinya. "Kok tanya aku?" bantah Affan.

  • Istri Simpanan Sang CEO   46. Ishita Semakin Diburu

    Dengan emosi yang meluap-luap Intan memakirkan mobilnya di halaman Hendrakusuma. Dia bergegas turun dengan tergesa-gesa menghampiri Hendrakusuma yang lagi ngopi di teras depan rumah. "Selamat sore Pa," sapa Intan. "Selamat sore Intan. Kamu? Ahem mana?" tanya Hendrakusuma terkejut melihat Intan datang sendirian. "Justru saya kesini mau cari Ahem, Pa. Saya dari rumah sakit ternyata Ishita sudah dibawa pulang. Saya tidak bisa menemukan mereka berdua Pa. Saya pikir Ahem membawa pulang kesini?" "Tidak ada sayang, Ahem tidak kesini sama sekali. Jadi wanita itu sudah sehat? Panjang umur juga dia," ujar Hendrakusuma. Mendengar di luar ada suara percakapan, Wina mengintainya dari jendela. Dia semakin mendekat ingin menguping apa yang sedang mereka bicarakan. Pa, kemana dia pergi? Kenapa dia mengkhianati saya seperti ini, Pa? Hatik

  • Istri Simpanan Sang CEO   47. Cinta Sejati Ahem dan Ishita

    Ahem tidak kuat lagi membendung cinta dan rindunya. Dia ingin mengulangi kenikmatan bercinta yang baru saja dia reguk. Dibawah guyuran air shower bak di bawah air hujan turun mereka mereguk kembali nikmatnya bercinta. Ishita yang sedang terbakar adrenalinnya kini merasa sehat kembali. Dia terbang ke angkasa bersama orang yang sangat dia cintai. Bibir mereka terpagut kuat bak ada magnetnya. Ciuman yang makin hot itu turun lagi dan makin turun dan terus turun. Hingga menemukan gundukan mungil yang dikelilingi bulu-bulu halus yang cantik. Kembali dengan lidahnya dia memainkan klitoris diantara alang-ilalang yang lembut. Ishita kembali menggelinjang terbakar birahinya. "Kak Ahem!" desahnya. Ahem pun beranjak bangun dan membalikkan tubuh Ishita. Dengan menungging kembali pedang kesayangannya menembus tepat sasarannya. "Auh!" keduanya b

  • Istri Simpanan Sang CEO   48. Ahem Tercekam Ketakutan

    Ahem dan Ishita serta Wina telah sampai di rumah Affan kembali. Kelima bodyguard selalu menyertainya. Semenjak Wina menceritakan rencana jahat papa dan keluarga Intan kepada Ahem, membuat Ahem semakin tercekam ketakutan. Dia mulai berpikiran menambah lagi bodyguard demi keamanan Ishita. Ahem dan Affan bercengkerama di teras belakang membicarakan video yang di rekam Wina. Ini sebuah rencana yang tidak bisa dianggap remeh. Indrayana orang penting di bidang kedokteran dan pemilik rumah sakit. Dia bisa saja mempermainkan hidup mati Ishita dengan mudah. "Ishi keras kepala, dia selalu menanyakan kapan bisa masuk kerja? Sudah kubilang berkali-kali kalau dia harus badrest, masih juga ngotot mau kerja." Ujar Ahem kepada Affan putus asa. "Mungkin dia kesepian dan jenuh di rumah sendirian. Kalau menurut aku lebih baik dia ke kantor. Selama kita tidak memberinya tugas yang berat, semua

Latest chapter

  • Istri Simpanan Sang CEO   87. Akhir Cinta Sejati

    Indrayana dengan menahan geram dan benci menatap Ahem dan Ishita bergantian. "Jangan sakiti dirimu sendiri, Sayang! Hanya demi lelaki tak punya hati dan pelakor murahan seperti dia! Biarkan papa yang melakukannya, anakku!" Indrayana menenangkan Intan. "Tidak Pa, biarkan aku mati bersama anak kesayangannya ini!" ujar Intan masih mencengkeram Saga dan perlahan melangkah mundur. "Berhenti, Mbak! Hati-hati jangan lakukan itu! Bicaralah apa yang harus aku lakukan, katakan!" teriak Ishita tercekam panik. "Apa kamu saja yang melompat dari sini, menggantikan anak kamu?" tawar Intan. "Kamu gila ya! Kenapa tidak kamu saja yang melompat sendiri?" sahut Affan berteriak. "Oh ya kamu masih hidup, Affan? Lantang sekali suara kamu, udah sehat?" tanya Indrayana mengejek. "Malang sekali Intan punya orang tua sebengis kamu, tidak salah kalau Intan menjadi seperti itu, ternyata karena mencontoh orang tuanya," olok Affan. "Biarkan aku

  • Istri Simpanan Sang CEO   86. Yang Mana Cinta Sejati

    Ahem menatap Affan dengan kebencian yang ditahan. Dia tidak bisa melihat orang yang paling dicintai ada di dekatnya. Tapi Ahem melihat semua mata tertuju padanya, dia merasa harus bisa mengendalikan perasaannya. "Kabarku, baik," jawab Ahem sambil menyambut tangan Affan. "Kamu sendiri kelihatannya sehat-sehat saja," lanjutnya. "Iya beginilah," jawab Affan asal. "Bagaimana keadaanmu, Kak Nazim? Maaf kamu jadi menderita gara-gara keluargaku," kata Ishita lembut. "Jangan begitu, Ishi! Selamat ya, semoga kamu bahagia," ucap Nazim. "Terima kasih, Kak Nazim." Ishita kikuk akan menyapa Ahem, tapi karena dia adalah tamu yang datang belakangan, harusnya dia menyapa semuanya tanpa terkecuali. "Kak Ahem, kok sendirian? Dimana Bella dan Arjun?" tanya Ishita basa-basi tanpa berani menatap wajah Ahem. "Ada di rumah," jawab Ahem datar, juga tanpa melihat wajah Ishita. Kini hubungan mereka tiba-tiba terasa dingin dan asing seper

  • Istri Simpanan Sang CEO   85. Akad Nikah

    Affan masih tertegun menatap Ishita yang kelelahan mengangkat baju pengantin yang panjang. Wajah cantik dan bersinar cerah bagai mutiara, membuat Affan tertegun penuh kekaguman. "Baik, kalau memang kamu menginginkan pernikahan ini dibatalkan. Aku akan menghubungi Wahyu dan kawan-kawannya agar mengatakan ini kepada tamu dan penghulu. Aku tidak mau mereka menunggu lama," hardik Ishita emosi. "Biar Pak Wahyu segera mengabarkan kepada Kak Ahem tentang batalnya pernikahan ini, biar puas dia," ujar Ishita sambil mencet telepon kepada Wahyu. "Iya Nyonya?" jawab Wahyu setelah telepon Ishita diangkat. "Pak Wahyu, tolong ...," "Hentikan Ishi!" sahut Affan berteriak. "Kita menikah, sekarang!" lanjutnya pelan sambil menatap Ishita penuh penyesalan. "Kamu yakin?" tanya Ishita ragu, kemudian menutup telepon dengan Wahyu. Perlahan Affan menghampiri Ishita kemudian mbopongnya menuju mobil. Ishita membiarkan Affan membuktikan kesungguhannya. Dia

  • Istri Simpanan Sang CEO   84. Pernikahan Yang Tertunda

    Asisten pribadi Affan membantu mengurus acara pernikahan Affan dan Ishita. Affan sudah bisa berjalan layaknya orang sehat. Apalagi di balik tubuhnya yang kuat dan kekar siapa menyangka dia punya penyakit yang mengintai nyawanya. "Tuan Affan, semua persiapan pernikahan sudah selesai. "Baiklah, terima kasih, Ali," jawab Affan. "Duduklah, Mas Affan! Kamu jangan sampai capek!" pinta Ishita. "Kamu jangan memperlakukan aku seolah aku sedang sakit, Ishi! keluh Affan. "Iya udah, yang penting kamu harus bahagia, Mas Affan. Kita sebentar lagi menikah?" ujar Ishita. "Tapi kamu sendiri bahagia juga kan?" tanya Affan penasaran. "Ya iyalah, sangat bahagia," sahut Ishita. "Menurut kamu perlukah anak-anak tahu tentang pernikahan kita ini?" tanya Affan. "Kayaknya tidak perlu deh, Mas, kan mereka tahunya papa dan mamanya suami istri. Tahu-tahu baru menikah kan menjadi tanda tanya mereka?" jawab Ishita. "Benar juga s

  • Istri Simpanan Sang CEO   83. Pertemuan Affan dan Ishita di Singapura

    Satpol PP mengirim Nazim ke rumah sakit, Kini dia terbaring tak berdaya dengan luka bakar di tubuhnya. Ishita mengetahui dari berita media sosial maupun berita di televisi. Ditemani Wahyu dan anak buahnya, Ishita menuju rumah sakit. Dia melihat Nazim tergolek tak berdaya. Dari jendela kaca Ishita hanya bisa memandangnya. "Kak Nazim, bagaimana keadaan anak-anakku?" gumam Ishita lirih. "Dimanakah mereka, Kak Nazim?" lanjutnya. Ishita masih terpaku, dia tidak menyangka kepulangannya ke Indonesia akan menemui masalah seberat ini. Ishita juga sedang memikirkan Affan yang harus menyembunyikan sakitnya karena tidak mau membuatnya bersedih. "Bagaimana keadaanmu, Ishi?" tanya Ahem yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Ishita. Ishita terdiam bergeming, dia tidak mau menatap mata Ahem. Dia tidak mau hatinya akan luluh dan melupakan Affan yang sudah banyak mempertaruhkan hidupnya. "Aku baik. Kapan semua ini berakhir, Kak Ahem? Semua ini bermula

  • Istri Simpanan Sang CEO   82. Keluarga Baru

    Tifa berdiri di dekat orang-orang yang nongkrong di pagar lokasi pemakaman Cina. Langkahnya terhenti, dia tidak jadi masuk ke lokasi dimana Nazim berbaring sakit. "Kak mau tanya, apa yang kakak ceritakan itu orang yang sedang sakit di bangunan putih dan hijau itu?" tanya Tifa sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan yang lumayan bagus. "Iya betul seorang lelaki yang sakit di bangunan itu tadi diciduk Satpol PP,' ujar salah seorang diantaranya. Tifa sambil mengedarkan pandangannya, takut kalau ada poster yang menempel yang mengumumkan sayembara untuk menemukan dirinya. Dengan penasaran Tifa tetap menempuh jalan setapak menghampiri gubug itu. Betapa terkejutnya Tifa, dia mendapati tempat itu sudah kosong. "Om Nazim ...!" tangisnya memanggil. "Dimanakah kamu? Harusnya aku tidak meninggalkan kamu sendirian," lanjutnya. "Kamu mencari siapa, Nak?" tanya seseorang yang sedang membersihkan makam itu. "Saya mencari Om Nazim, dia om saya se

  • Istri Simpanan Sang CEO   81. Sayembara Dari Ahem

    Ahem sudah tidak mau lagi bertemu dengan Intan semenjak Bella mengirimkan rekaman video itu. Ahem bersama Bella tinggal di rumah yang dibeli Ahem untuk Ishita. Beberapa bodyguard mengamankan rumahnya. Hendrakusuma dan Wina ikut tinggal bersama karena mengawasi Bella dan merawat Ahem. Karena kecelakaan itu Ahem terkena gegar otak ringan. Tapi kini sudah berangsur membaik. Kabar mengenai Nazim dan Saga serta Tifa belum juga ada titik terang. Tapi Ahem sedikit lega karena mereka selamat dari rencana pembunuhan Intan dan Indrayana. "Kumpulkan semua bukti kejahatannya untuk menjerat mereka ke jalur hukum, Ahem," usul Hendrakusuma. "Iya Pa, kita bisa mencari celah agar saat dia melakukan kejahatan kita menangkap basah, sehingga dia tidak bisa berkelit dan hukuman yang berat menanti," ujar Ahem bersiasat "Pa, kenapa mama Ishi belum kembali bersama Saga dan Tifa?" tanya Bella sedih. "Sabar ya sayang, mama sama Om Wahyu masih mencari Om Naz

  • Istri Simpanan Sang CEO   80. Lolos Dari Rencana Pembunuhan.

    Ahem membuka video yang dikirim Bella ke ponselnya. Ternyata pembicaraan antara Intan dan Indrayana. "Pa, hidupku dalam bahaya kalau Ishita dan anaknya kembali. Singkirkan mereka secepatnya, Pa! Semua Pa, tanpa ampun, meskipun si bocah cacat yang merepotkan itu juga," pinta Intan dengan geram. "Mereka sudah menemukan persembunyiannya, kamu jangan khawatir, serahkan semuanya kepada papa!" ujar Indrayana. "Apa yang papa rencanakan?" tanya Intan. "Anak buahku membakar rumah yang ditempati mereka. Aku yakin sebentar lagi mereka terpanggang di dalamnya." jawab Indrayana. "Kalau di depan mamamu kamu jangan kelihatan membenci Affan, bagaimanapun dia adalah keponakannya," pesan Indrayana. "Iya Pa, saya mengerti," jawab Intan dengan lirih penuh siasat. "Biarkan Affan mati dengan sendirinya, kanker darah itu dengan sendirinya akan membunuhnya," ujar Indrayana. Sambil tersenyum puas. "Apa? Jadi Affan terkena kanker darah?" Ahem te

  • Istri Simpanan Sang CEO   79. Memory Yang Telah Kembali

    Akhirnya rasa kemanusiaan bisa mengalahkan kekhawatiran akan keselamatan anak-anaknya. Ahem yang terkapar tak berdaya membuat Ishita luluh. "Bagaimanapun dia adalah mantan suamiku, pasti dulu aku pun mencintaimu, kamu ganteng dan kaya,' batin Ishita. "Pak, bantu aku bawa ke rumah sakit ya? Nanti aku bayar tiga kali lipat," pinta Ishita kepada sopir taksi. "Tapi kepalanya banyak darahnya, Mbak, takutnya nanti kena jok mobil susah dibersihkan," kata sopir taksi ragu. "Jangan khawatir kepalanya aku pangku, lagian ada kain untuk bantalan kok," ujar Ishita meyakinkan. "Tapi tolong hati-hati ya, Mbak," pesan sopir taksi. "Jangan khawatir, Pak, aku janji!" jawab Ishita. "Pak, jangan berlebihan deh, bayangkan dia adalah keluargamu!" teriak salah seorang diantara mereka. "Iya Mas, baik aku tolong! Jangan nyumpahi gitu dong! Ayo bantu masukin ke mobil!" pinta sopir taksi kemudian. Begitu Ahem dibawa masuk ke taksi kepalan

DMCA.com Protection Status