Share

36. Ahem Cemburu

Penulis: Roesaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

     Ahem geram dengan kelakuan Afan dan Intan. Dia yakin bahwa Intan yang paling pandai bersiasat. Ahem bisa menduga apa yang sedang dipikirkan Intan. Dengan cara ini dia menjauhkan dari Ishita. Karena dengan pengumuman di kalangan kantor, berarti membatasi Ahem mendekati Ishita. Karena orang-orang kantor tahunya bahwa Ishita istri Afan.

      Perjalanan sangat jauh dan melelahkan, tapi tidak membuat Ahem kesal justru ini saat-saat kebersamaan yang langka terjadi. Dia memandang istrinya yang lagi pulas tertidur. Dengan tangan kirinya dia membelai pipi yang halus dan membelai rambut Ishita. Kemudian tangannya meraba perut Ishita dan mengelus-elus nya.

    "Sayang, kalian lagi pada ngapain? Temeni papa ngobrol dong, biar papa tidak ngantuk?" ujar Ahem masih terus mengelus-elus perut Ishita dan hatinya begitu terharu. "Mama pasti capek gendong kalian bertiga...tuh tidurnya   pules banget." Bisiknya kemudian mengelus pip

Roesaline

Terima kasih telah mampir ke novel kami, jangan lupa vote dan review untuk penyemangat kami, terma kasih

| 2
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Simpanan Sang CEO   37. Ulang Tahun Ahem

    Bersama Wahyu akhirnya mereka survei melihat rumah itu. Salah satu rumah yang ditunjukkan Wahyu masuk kriteria Ahem. Dan akhirnya Ahem membelinya untuk Ishita. Tipe minimalis tapi dengan fasitas yang lengkap serta halaman yang sangat luas. Kebun belakang rumah juga sangat luas. Rencananya Ahem akan menanam aneka buah-buahan di kebun belakang, agar nyaman dan asri serta bermanfaat di rumah. Pasti menyenangkan apalagi kesukaan Ishita makan buah-buahan. Hari itu juga orang kantor datang untuk menyelesaikan pembayaran dan administrasinya dibantu Wahyu. Kemudian setelah semua selesai, mereka berdua langsung menuju bandara. Kebetulan bersamaan itu kedua orang tuanya juga baru saja muncul dari pintu keluar. "Mama?" sapa Ahem sambil memeluk mamanya penuh kerinduan dua tahun sudah mereka tidak bertemu. Menyusul kemudian papanya, dia memeluk erat anak lelakinya. Wahyu membawa dua

  • Istri Simpanan Sang CEO   38. Malam Pesta Ulang Tahun

    Intan datang ke hotel untuk memeriksa persiapan untuk nanti malam. Dirasa semua sudah siap dan hampir tercapai 90 persen. Kini dia ingin menemui Ahem di ruangannya, membicarakannya kepada Ahem. Ahem duduk melamun, dia tidak menyadari kehadiran Intan yang sudah berdiri di depannya. Intan juga melihat kado yang sudah dibuka berserakan di atas meja kerjanya. "Ih melamun, lagi melamun apa sih?" tanya Intan. Dan Ahem terbelalak kaget, dia menjadi salah tingkah. "Bagaimana persiapan acaranya?" tanya Ahem asal karena gugup. "Baik. Semua sudah siap hampir fix." jawab Intan. "Wuih kado dari mana nih?" tanya Intan sambil membuka kado itu karena kepo. Tanpa sepatah katapun Ahem membiarkan Intan melihat isi kado dari Ishita. Dia tidak mau lagi menyembunyikan apapun yang berkaitan dengan Ishita. Dalam hatinya berpikir bahwa Intan harus terbiasa dengan ke

  • Istri Simpanan Sang CEO   39. Kenangan Terindah Di Party

    Tamu undangan sudah berdatangan. Tak menyangka kalau Intan membuatkan pesta semeriah ini untuk Ahem. Bukan saja Ahem yang terkejut, tapi kedua orang tua Ahem pun sangat terharu. Acarapun segara di mulai karena hari sudah menjelang malam. Seorang MC memulai memandu acaranya. Setelah berdoa acara berikutnya adalah memotong kuenya. MC mempersilahkan Ahem dan orang yang dicintainya mendekat untuk mengucapkan selamat dan menyuapi kue kepadanya. "Tiup lilinnya...tiup lilinnya...tiup lilinnya sekarang juga...sekarang juga... "Selamat ulang tahun sayang, semoga panjang umur dan kita berbahagia selamanya," ucap Intan sambil memeluk Ahem dengan penuh cinta. "Terima kasih sayang, kamu sudah membuat acara sebesar ini buatku. Dan terima kasih juga kamu sudah menjadi istri terbaikku." Ahem dengan berkaca-kaca membalas ucapan Intan. &

  • Istri Simpanan Sang CEO   40. Ishita Menghilang

    Segala siasat dan tipu daya Intan selalu kandas. Keinginan mempermalukan Ishita justru berbalik tepuk tangan penuh kagum dan mendapat penghargaan. Ahem dan Affan semakin mengaguminya, bakat terpendam Ishita bisa menjadi viral karena banyak tamu yang merekamnya saat itu. Tampak di luar ruangan Hendra kusuma sedang bicara di telepon. Dia sedang merencanakan sesuatu. Affan dan Ishita sedang menikmati kudapan dan minuman. Ada seorang pelayan dengan tidak sengaja tersandung dan menumpahkan minuman sirup di baju Ishita. "Maafkan aku Mbak, aku tidak sengaja!" katanya dengan gugup. "Tidak apa-apa Mas, jangan khawatir!" ujar Ishita. "Lain kali hati-hati Mas!" hardik Affan kesal. "Kamu yakin tidak apa-apa, Ishi?" tanya Affan penasaran. "Tidak apa-apa Mas, biar aku bersihkan ke toilet sebentar ya! &nbs

  • Istri Simpanan Sang CEO   41. Ishita Kecelakaan Mobil

    Ahem memandu Affan harus kearah mana mereka pergi. Dengan menahan sakit hati karena papanya yang begitu arogan di usianya sekarang, masih juga berpikir berbuat jahat. Apa yang sedang dilakukan Hendrakusuma hari ini, dilakukan juga oleh Ahem beberapa bulan yang lalu. Yang akhirnya mengakibatkan Ishita masuk rumah sakit. Dan bagaimana kalau hari ini kembali terjadi lagi, betapa traumanya Ishita? "Cepat Affan!" desak Ahem. "Aku tidak habis pikir, malam-malam begini kenapa Ishita dibawa kesini?" pekik Affan kesal. "Aku yang salah, Affan. Harusnya aku sejak awal berterus terang tentang Ishita. Tapi aku masih belum berani mengatakannya, bukan saja di depan umum, bahkan didepan orangtuaku sendiri saja aku tidak berani." Ahem berkata penuh penyesalan. "Apa yang membuatmu tidak berani, Ahem? Ishita berhak mendapatkan perlakuan yang sama seperti kamu me

  • Istri Simpanan Sang CEO   42. Luka Ishita adalah Luka Ahem

    Ahem dan Affan mondar mandir di depan ruang tindakan. Telepon kembali berdering untuk ke dua puluh kalinya dari Wina, mamanya. Akhirnya Ahem mengangkatnya dengan tangis yang meronta-ronta. "Ada apa sayang?" tanya Wina saat telepon diangkatnya. "Mama, Ishita kecelakaan mobil...Ishita dan bayiku Ma...!" Ahem menangis meronta semakin menjadi saat mendengar suara mamanya. Seolah ingin menumpahkan seluruh beban ke pangkuan mamanya. Rumah sakit mana, Ahem? Mama dan papa segera meluncur ke sana!" tanya Wina panik. "Tidak Ma, jangan biarkan papa datang ke rumah sakit. Aku melarang keras, dia yang menyebabkan semua ini terjadi. Kalau terjadi apa-apa dengan istriku juga anakku, aku tidak akan memaafkannya. Aku akan seret papa ke kantor polisi." ancamnya dengan keras. "Sayang, sabar ya Ahem! Kamu jangan bertidak seperti itu kepada p

  • Istri Simpanan Sang CEO   43. Keputusan Ahem

    Dengan berat hati, Ahem memutuskan Ishita agar tinggal bersama Affan. Saat Wina menyetujui, Ahem justru curiga karena dia tahu betul mamanya orang sangat bijaksana. Kenapa dengan keputusannya itu dia tidak protes? 'Ma, apakah mama setuju dengan keputusanku?" tanya Ahem heran. "Setuju sayang, aku tahu kamu sedang memikirkan keamanan dan kenyamanan Ishita. Tapi apakah ini tidak membebani Nak Affan?" tanya Wina ragu. "Saya tidak apa-apa Tante, tapi saat saya di kantor siapa yang akan menemani dia di rumah?" keluh Affan. "Ma, Kak Ahem, Mas Affan ... kenapa kalian semua setakut itu? Ada apa?" tanya Ishita heran. "Ishita, ada orang yang tidak ingin aku dekat denganmu. Kamu akan selalu bahaya bila masih dekat denganku." Ahem memekik lirih. "Siapa dia Kak Ahem, pasti Mbak Intan atau papanya? Aku tahu dia ingin merebut semua anak-anak ku. Aku

  • Istri Simpanan Sang CEO   44. Ahem Mulai Gelisah

    Ahem dan Intan duduk di ruang tengah sambil nonton tv. Tapi pandangan mereka pada ponselnya masing-masing. Ahem sedang chattingan sama Wina menanyakan mengenai keadaan Ishita. Sementara malam itu Wina menemani Ishita tidur di rumah Affan. Kamar yang sangat luas dan nyaman, ada dua ranjang yang salah satunya ukuran super size. Ruangan yang sangat bersih dan rapi. Affan tinggal sendiri bersama dua orang pembantu suami istri. "Mas Affan, makan malam sudah siap. Apakah buat Mbak Ishita perlu dibawa ke kamar, Mas?" tanya Murtini pembantunya. "Nggak usah Bik, kamu siapkan saja nanti tak bawa ke atas!" titah Affan. Affan masih asik dengan ponselnya, dia sedang chattingan juga dengan Ahem. Dia mengabarkan kalau sebentar lagi Wahyu akan membawa lima orang bodygardnya ke rumah. "Lima orang? Banyak sekali, seposesif itukah Ahe

Bab terbaru

  • Istri Simpanan Sang CEO   87. Akhir Cinta Sejati

    Indrayana dengan menahan geram dan benci menatap Ahem dan Ishita bergantian. "Jangan sakiti dirimu sendiri, Sayang! Hanya demi lelaki tak punya hati dan pelakor murahan seperti dia! Biarkan papa yang melakukannya, anakku!" Indrayana menenangkan Intan. "Tidak Pa, biarkan aku mati bersama anak kesayangannya ini!" ujar Intan masih mencengkeram Saga dan perlahan melangkah mundur. "Berhenti, Mbak! Hati-hati jangan lakukan itu! Bicaralah apa yang harus aku lakukan, katakan!" teriak Ishita tercekam panik. "Apa kamu saja yang melompat dari sini, menggantikan anak kamu?" tawar Intan. "Kamu gila ya! Kenapa tidak kamu saja yang melompat sendiri?" sahut Affan berteriak. "Oh ya kamu masih hidup, Affan? Lantang sekali suara kamu, udah sehat?" tanya Indrayana mengejek. "Malang sekali Intan punya orang tua sebengis kamu, tidak salah kalau Intan menjadi seperti itu, ternyata karena mencontoh orang tuanya," olok Affan. "Biarkan aku

  • Istri Simpanan Sang CEO   86. Yang Mana Cinta Sejati

    Ahem menatap Affan dengan kebencian yang ditahan. Dia tidak bisa melihat orang yang paling dicintai ada di dekatnya. Tapi Ahem melihat semua mata tertuju padanya, dia merasa harus bisa mengendalikan perasaannya. "Kabarku, baik," jawab Ahem sambil menyambut tangan Affan. "Kamu sendiri kelihatannya sehat-sehat saja," lanjutnya. "Iya beginilah," jawab Affan asal. "Bagaimana keadaanmu, Kak Nazim? Maaf kamu jadi menderita gara-gara keluargaku," kata Ishita lembut. "Jangan begitu, Ishi! Selamat ya, semoga kamu bahagia," ucap Nazim. "Terima kasih, Kak Nazim." Ishita kikuk akan menyapa Ahem, tapi karena dia adalah tamu yang datang belakangan, harusnya dia menyapa semuanya tanpa terkecuali. "Kak Ahem, kok sendirian? Dimana Bella dan Arjun?" tanya Ishita basa-basi tanpa berani menatap wajah Ahem. "Ada di rumah," jawab Ahem datar, juga tanpa melihat wajah Ishita. Kini hubungan mereka tiba-tiba terasa dingin dan asing seper

  • Istri Simpanan Sang CEO   85. Akad Nikah

    Affan masih tertegun menatap Ishita yang kelelahan mengangkat baju pengantin yang panjang. Wajah cantik dan bersinar cerah bagai mutiara, membuat Affan tertegun penuh kekaguman. "Baik, kalau memang kamu menginginkan pernikahan ini dibatalkan. Aku akan menghubungi Wahyu dan kawan-kawannya agar mengatakan ini kepada tamu dan penghulu. Aku tidak mau mereka menunggu lama," hardik Ishita emosi. "Biar Pak Wahyu segera mengabarkan kepada Kak Ahem tentang batalnya pernikahan ini, biar puas dia," ujar Ishita sambil mencet telepon kepada Wahyu. "Iya Nyonya?" jawab Wahyu setelah telepon Ishita diangkat. "Pak Wahyu, tolong ...," "Hentikan Ishi!" sahut Affan berteriak. "Kita menikah, sekarang!" lanjutnya pelan sambil menatap Ishita penuh penyesalan. "Kamu yakin?" tanya Ishita ragu, kemudian menutup telepon dengan Wahyu. Perlahan Affan menghampiri Ishita kemudian mbopongnya menuju mobil. Ishita membiarkan Affan membuktikan kesungguhannya. Dia

  • Istri Simpanan Sang CEO   84. Pernikahan Yang Tertunda

    Asisten pribadi Affan membantu mengurus acara pernikahan Affan dan Ishita. Affan sudah bisa berjalan layaknya orang sehat. Apalagi di balik tubuhnya yang kuat dan kekar siapa menyangka dia punya penyakit yang mengintai nyawanya. "Tuan Affan, semua persiapan pernikahan sudah selesai. "Baiklah, terima kasih, Ali," jawab Affan. "Duduklah, Mas Affan! Kamu jangan sampai capek!" pinta Ishita. "Kamu jangan memperlakukan aku seolah aku sedang sakit, Ishi! keluh Affan. "Iya udah, yang penting kamu harus bahagia, Mas Affan. Kita sebentar lagi menikah?" ujar Ishita. "Tapi kamu sendiri bahagia juga kan?" tanya Affan penasaran. "Ya iyalah, sangat bahagia," sahut Ishita. "Menurut kamu perlukah anak-anak tahu tentang pernikahan kita ini?" tanya Affan. "Kayaknya tidak perlu deh, Mas, kan mereka tahunya papa dan mamanya suami istri. Tahu-tahu baru menikah kan menjadi tanda tanya mereka?" jawab Ishita. "Benar juga s

  • Istri Simpanan Sang CEO   83. Pertemuan Affan dan Ishita di Singapura

    Satpol PP mengirim Nazim ke rumah sakit, Kini dia terbaring tak berdaya dengan luka bakar di tubuhnya. Ishita mengetahui dari berita media sosial maupun berita di televisi. Ditemani Wahyu dan anak buahnya, Ishita menuju rumah sakit. Dia melihat Nazim tergolek tak berdaya. Dari jendela kaca Ishita hanya bisa memandangnya. "Kak Nazim, bagaimana keadaan anak-anakku?" gumam Ishita lirih. "Dimanakah mereka, Kak Nazim?" lanjutnya. Ishita masih terpaku, dia tidak menyangka kepulangannya ke Indonesia akan menemui masalah seberat ini. Ishita juga sedang memikirkan Affan yang harus menyembunyikan sakitnya karena tidak mau membuatnya bersedih. "Bagaimana keadaanmu, Ishi?" tanya Ahem yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Ishita. Ishita terdiam bergeming, dia tidak mau menatap mata Ahem. Dia tidak mau hatinya akan luluh dan melupakan Affan yang sudah banyak mempertaruhkan hidupnya. "Aku baik. Kapan semua ini berakhir, Kak Ahem? Semua ini bermula

  • Istri Simpanan Sang CEO   82. Keluarga Baru

    Tifa berdiri di dekat orang-orang yang nongkrong di pagar lokasi pemakaman Cina. Langkahnya terhenti, dia tidak jadi masuk ke lokasi dimana Nazim berbaring sakit. "Kak mau tanya, apa yang kakak ceritakan itu orang yang sedang sakit di bangunan putih dan hijau itu?" tanya Tifa sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan yang lumayan bagus. "Iya betul seorang lelaki yang sakit di bangunan itu tadi diciduk Satpol PP,' ujar salah seorang diantaranya. Tifa sambil mengedarkan pandangannya, takut kalau ada poster yang menempel yang mengumumkan sayembara untuk menemukan dirinya. Dengan penasaran Tifa tetap menempuh jalan setapak menghampiri gubug itu. Betapa terkejutnya Tifa, dia mendapati tempat itu sudah kosong. "Om Nazim ...!" tangisnya memanggil. "Dimanakah kamu? Harusnya aku tidak meninggalkan kamu sendirian," lanjutnya. "Kamu mencari siapa, Nak?" tanya seseorang yang sedang membersihkan makam itu. "Saya mencari Om Nazim, dia om saya se

  • Istri Simpanan Sang CEO   81. Sayembara Dari Ahem

    Ahem sudah tidak mau lagi bertemu dengan Intan semenjak Bella mengirimkan rekaman video itu. Ahem bersama Bella tinggal di rumah yang dibeli Ahem untuk Ishita. Beberapa bodyguard mengamankan rumahnya. Hendrakusuma dan Wina ikut tinggal bersama karena mengawasi Bella dan merawat Ahem. Karena kecelakaan itu Ahem terkena gegar otak ringan. Tapi kini sudah berangsur membaik. Kabar mengenai Nazim dan Saga serta Tifa belum juga ada titik terang. Tapi Ahem sedikit lega karena mereka selamat dari rencana pembunuhan Intan dan Indrayana. "Kumpulkan semua bukti kejahatannya untuk menjerat mereka ke jalur hukum, Ahem," usul Hendrakusuma. "Iya Pa, kita bisa mencari celah agar saat dia melakukan kejahatan kita menangkap basah, sehingga dia tidak bisa berkelit dan hukuman yang berat menanti," ujar Ahem bersiasat "Pa, kenapa mama Ishi belum kembali bersama Saga dan Tifa?" tanya Bella sedih. "Sabar ya sayang, mama sama Om Wahyu masih mencari Om Naz

  • Istri Simpanan Sang CEO   80. Lolos Dari Rencana Pembunuhan.

    Ahem membuka video yang dikirim Bella ke ponselnya. Ternyata pembicaraan antara Intan dan Indrayana. "Pa, hidupku dalam bahaya kalau Ishita dan anaknya kembali. Singkirkan mereka secepatnya, Pa! Semua Pa, tanpa ampun, meskipun si bocah cacat yang merepotkan itu juga," pinta Intan dengan geram. "Mereka sudah menemukan persembunyiannya, kamu jangan khawatir, serahkan semuanya kepada papa!" ujar Indrayana. "Apa yang papa rencanakan?" tanya Intan. "Anak buahku membakar rumah yang ditempati mereka. Aku yakin sebentar lagi mereka terpanggang di dalamnya." jawab Indrayana. "Kalau di depan mamamu kamu jangan kelihatan membenci Affan, bagaimanapun dia adalah keponakannya," pesan Indrayana. "Iya Pa, saya mengerti," jawab Intan dengan lirih penuh siasat. "Biarkan Affan mati dengan sendirinya, kanker darah itu dengan sendirinya akan membunuhnya," ujar Indrayana. Sambil tersenyum puas. "Apa? Jadi Affan terkena kanker darah?" Ahem te

  • Istri Simpanan Sang CEO   79. Memory Yang Telah Kembali

    Akhirnya rasa kemanusiaan bisa mengalahkan kekhawatiran akan keselamatan anak-anaknya. Ahem yang terkapar tak berdaya membuat Ishita luluh. "Bagaimanapun dia adalah mantan suamiku, pasti dulu aku pun mencintaimu, kamu ganteng dan kaya,' batin Ishita. "Pak, bantu aku bawa ke rumah sakit ya? Nanti aku bayar tiga kali lipat," pinta Ishita kepada sopir taksi. "Tapi kepalanya banyak darahnya, Mbak, takutnya nanti kena jok mobil susah dibersihkan," kata sopir taksi ragu. "Jangan khawatir kepalanya aku pangku, lagian ada kain untuk bantalan kok," ujar Ishita meyakinkan. "Tapi tolong hati-hati ya, Mbak," pesan sopir taksi. "Jangan khawatir, Pak, aku janji!" jawab Ishita. "Pak, jangan berlebihan deh, bayangkan dia adalah keluargamu!" teriak salah seorang diantara mereka. "Iya Mas, baik aku tolong! Jangan nyumpahi gitu dong! Ayo bantu masukin ke mobil!" pinta sopir taksi kemudian. Begitu Ahem dibawa masuk ke taksi kepalan

DMCA.com Protection Status