Madiya berpikir antara membuka pintu tersebut atas jangan, ini sedikit membahayakan untuk dirinya juga. Bagaimana kalau Ibunya Richard semakin curiga. Tidak ada pilihan lain sekarang, Madiya memejamkan matanya dan akhirnya dia memutuskan untuk membuka pintu tersebut. Setelah dia membuka pintu. Madiya tersenyum dengan ramah dan dia menyambut Ana. "Selamat datang Tante Ana." Madiya dengan ramah menyambut wanita yang akan menjadi mertuanya itu. Tapi, Ana mengabaikan ucapan dari Madiya dan wanita itu langsung masuk dengan begitu saja. "Kenapa kamu yang muncul? Di mana Richard?" tanya Ana sambil melihat kesekeliling ruangan ini mencari keberadaan anaknya. Madiya jadi kebingungan untuk menjawab semuanya, dia menggigit bibir bawahnya ketika Ana kembali menatap kearah Madiya dengan tajam. "JAWAB!""Richard saat ini sedang ada di kantor.""Kamu pasti berbohong, bahkan ini masih pagi, tidak mungkin kalau dia sudah pergi ke kantor pada saat pagi seperti ini," maki Ana yang memang sangat t
Richard menoleh kearah Madiya ketika wanita itu mengatakan untuk mengajak dirinya bekerjasama. Bukannya memang mereka sudah bekerja saja dari awal. "Kerjasama apa? Aku sudah menyewa dirimu Madiya. Jadi kamu hanya menuruti keinginanku saja. Aku tidak berkewajiban untuk menuruti keinginan kamu. Kecuali kalau kamu membayar ku." Madiya mencebikan bibirnya karena dia kesal dengan ucapan Richard barusan. Padahal dia hanya ingin Richard membantunya untuk balas dendam pada saudara tirinya yang sudah membuat dia diusir dari rumah. "Kamu terlalu perhitungan Richard, apa salahnya juga membantuku. Lagian kita akan saling menguntungkan satu sama lain. Walaupun aku hanya wanita yang kamu sewa saja," dengus Madiya. Richard tersenyum dengan seringai nakalnya. Apalagi melihat ekspresi wajah Madiya yang menurutnya sangat menggemaskan ketika sedang merajuk seperti ini. "Tentu saja kamu bisa membayar ku dengan tubuh itu. Dengan begitu aku bisa membantumu," ujar Richard dengan santai. Madiya membula
Richard langsung mematikan sambungan teleponnya. Apa semalam wanita itu tidak makan? Tiba-tiba Richard sadar kalau dia memang tidak menyiapkan bahan makanan. Dia selalu makan diluar jarang makan di rumah dan pasti Madiya kelaparan tidak ada makanan. Mengingat wanita itu juga tidak punya uang sama sekali. Tapi kenapa wanita itu tidak meminta saja padanya untuk dibelikan makan. "Sial! Aku lupa dia marah hanya karena aku menyingungnya tentang harga diri. Pasti dia juga tidak minta dibelikan makanan padaku hanya karena ini."Richard terlihat frustasi sendiri sampai akhirnya dia memutuskan untuk bekerja menuju ke arah pintu depan. Dia membukakan pintu dengan penuh semangat sampai pada akhirnya ada Haris. "Di mana dia bro?" tanya Haris karena dia penasaran juga dengan wanita yang dikatakan sebagai calon istri dari temannya itu. Apa Richard sudah bisa move on sekarang? Haris berharap juga seperti itu agar nanti kelak istrinya Richard tidak merasa terbebani. "Dia ada di dalam, Ayo ikut," j
Ricard masih berada di dalam kamar milik Madiya. Tentu saja dia tidak akan membiarkan wanita itu sendiri untuk saat ini. Dia juga menyuruh anak buahnya yaitu Robi untuk membelikan obat yang sudah diresepkan oleh Haris kepada dirinya. "Kamu tetap bertahan yah," bisik Richard. Hingga tak lama kemudian, Madiya mulai membuka matanya, dia sedikit terkejut ketika melihat Richard ada di dalam kamarnya. Mengingat percakapan waktu itu bersama dengan Richard yang malah mengatakan menginginkan tubuhnya, membuat Madiya panik."Kenapa kamu ada di sini?" tanya Madiya yang terkejut ketika melihat sosok Richard yang ada disampingnya sambil menggenggam tangannya. Richard tersenyum tipis sebelum dia menjawab pertanyaan dari istrinya barusan. memang semuanya sudah dia rencanakan. "Kamu tidak ingat?" tanya Richard.Madiya menoleh kearah bawah dan bajunya masih utuh, dia langsung mengambil selimut karena merasa takut dengan Richard yang masuk ke dalam kamarnya. Ada perasaan lega dalam dirinya, artiny
Mengingat Robi yang mengurus semuanya dengan baik sebagai asisten dari bosnya yang selalu siap siaga atas apa yang terjadi saat ini. "Tidak, aku tidak ingin membuat dia mengetahui semuanya dulu." Richard akan memberikan sebuah kejutan nanti. Dia tidak akan memberitahu ayahnya Madiya. Tentu saja dia tidak peduli dengan semuanya. "Baiklah. Kalau begitu aku permisi dulu."Robi akhirnya memutuskan untuk pergi dari tempat ini. Richard kembali bekerja ke dalam kamar Madiya sambil mengambil air minum terlebih dahulu. Diam-diam Richard memperhatikan wajah Madiya yang terlihat pucat, rasanya dia tidak tega melihat Madiya sakit seperti ini. Apalagi wanita itu yang biasanya suka bercanda dan terlihat ceria. Akhirnya Richard membuka obat dan memberikan minum untuk Madiya. "Biar kamu cepat sembuh, sekarang minum obat yah," suruh Richard. "Kamu tahu, aku paling benci ketika suruh minum obat," tolak Madiya karena dia tidak mau jika harus dipaksa minum obat. Richard berpikir untuk melakukan ca
Hari pernikahan yang memang sudah dinantikan oleh Richard dan semua orang yang ada di sini telah tiba. Para tamu undangan mulai penasaran dengan seorang yang menjadi istri dari Richard Gare Malvino"Apa itu istrinya?" bisik istri seorang pengusaha rental. "Sepertinya begitu, dia lumayan cantik.""Iya sih lumayan cantik, tetapi identitasnya tidak jelas," bisik yang lainnya.Ana yang mendengar itu pun sedikit merasa tersinggung. Kenapa juga Richard mau menikah dengan seseorang yang tidak tahu jelas identitasnya seperti itu. Membuat keluarganya merasa malu saja. Bahkan kolega bisnisnya sekarang membicarakan tentang pernikahan tersebut. Madiya berdiri dengan gaun yang mewah dan sekarang dia berjalan menuju altar sambil memegangi bunga ditangannya. Madiya juga mendengar bisik-bisik dari orang-orang yang ada disekitar dirinya. Sepertinya mereka tidak menyukai dirinya. "Sudah siap?" bisik Richard. "Iya aku sudah siap." Richard melihat kearah orang yang ada di hadapannya. Lalu dia menguc
Richard merasa lega karena acara pernikahan dirinya dengan Madiya sudah selesai. Dia lega karena ibunya tidak membuat keributan di acara pernikahan dirinya. "Madiya," panggil Richard kepada sang istri. "Iya." Madiya merasa gugup sambil melihat kearah Richard dengan sekilas. Madiya merasa lega karena kehidupan dirinya sudah jadi lebih baik. "Terimakasih karena kamu sudah mau jadi istri sewaanku. Ini uang bulanan yang aku janjikan," ujar Richard. Madiya menaikan sebelah alisnya ketika Richard yang memberikan kartu ATM padanya. "Ini untukku?" tanya Madiya merasa kebingungan. "Bayarmu, sesuai dengan keinginan kamu waktu itu. Kamu bisa membelanjakan apa saja yang kamu suka, termasuk membeli bahan makanan agar kamu bisa masak di sini.Madiya yang senang tiba-tiba memeluk Richard tanpa sadar. Dia bahagia bukan karena uang yang diberikan oleh Richard. Tapi dia senang karena akan membeli bahkan makanan, Madiya senang sekali masak.Richard terkejut ketika Madiya yang memeluknya dengan er
Keesokan paginya, Richard memutuskan untuk tidak mengambil cuti setelah menikah, dia kembali bekerja di kantor miliknya. Berbeda dengan Madiya yang sekarang memutuskan untuk pergi ke sebuah mall. Wanita itu ingin berbelanja kebutuhan yang di apartemen mereka. Madiya melihat kearah mall yang sudah dia lihat. Banyak sekali belanjaan yang membuat matanya senang. "Astaga, banyak sekali barang-barangnya." Madiya akhirnya memutuskan untu membeli bahan-bahan yang dia mau. Dia hanya menikmati uang yang diberikan oleh Richard kepada dirinya. Ketika sedang asik berbelanja tiba-tiba Madiya tidak sengaja menabrak seseorang, hingga membuat dia hampir saja jatuh. Madiya akan meminta maaf pada orang tersebut tapi, niatnya itu dia urungkan ketika melihat siapa orang yang sudah menabrak dirinya. Sudah sekian lama dia tidak bertemu dengan orang itu dan sekarang dia melihatnya lagi. "Masih hidup ternyata kamu."Madiya membereskan barang-barang yang dia beli tadi hampir saja berantakan. Lalu matan
Sebuah pemakaman, Madiya hanya menabur bunga ditemani oleh Richard yang kini ada dihadapannya. Dia menangis karena merasa kasian di sana. "Semoga setelah ini, kamu akan tenang.""Bagaimana pun dia adalah adikmu," ujar Richard merangkul Madiya sambil ikut menaburkan bunga. Haris terdiam kaku sambil melirik kearah makam tersebut. Dia terus saja bungkam dan tidak mau mengatakan apapun juga. Sampai Robi tiba-tiba datang menghampiri Haris. "Ini ikut menaburkan bunga juga.""Aku tidak menyangka kalau dia sudah tidak ada. Semuanya terasa masih mimpi," ujar Haris. Shela ikut melayat di sini, dia langsung memeluk Ratih dengan erat. "Tante yang sabar yah."Ratih hanya bisa mengangguk sambil tersenyum tipis. Dia menghapus kembali air matanya dengan cepat. Bisa tidak enak kalau terjadi sesuatu di sini. "Iya gak papa.""Ayo kita pulang."Ratih mengatakan itu kepada semua orang yang ada di sini setelah prosesi pemakaman sudah selesai. Dia hanya melihat dengan sekilas saja. Richard merangkul
Madiya datang ke rumah sakit bersama dengan ibunya setelah mendengar kamar kalau Sabira kena tusuk Nita. Dia tidak menyangka kalau Sabira akan nekat seperti ini. Ketika mereka berdua sudah sampai di rumah sakit, Madiya langsung menghampiri Haris yang sudah berlumuran darah. "Haris, bagaimana keadaan Sabira?" tanya Ratih. Begitu pun dengan Madiya sekarang, dia sangat khawatir dengan keadaan adiknya sekarang. Dia tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi dengan adiknya. "Dia telah ditangani oleh dokter," jawab Haris. Sampai dan lama kemudian, Richard dagang juga ke rumah sakit setelah dia menyelesaikan misi tentang Roy. Haris menatap kearah Richard dengan sekilas. "Bagaimana dengan Roy, dia sudah ditangkap?""Iya, dia sudah ditangkap oleh pihak kepolisian. Dia akan dikenai pasal pembunuhan karena sudah membunuh Nita."Madiya yang mendengar itu pun menutup mulutnya dengan tidak percaya. "Madiya mati?""Iya," jawab Richard. "Innalilahi," ucap Ratih yang sama terkejutnya dengan hal
Pagi hari yang begitu cerah, Richard masuk ke kantor setelah dia berpamitan dengan istrinya. Dia masih memikirkan tentang orang tersebut. "Aku pamit ke kantor dulu.""Kamu semalam tidur hanya sebentar, udah mau masuk kantor?" tanya Madiya. "Iya, kebetulan ada urusan yang harus aku selesaikan. Kamu tahu kalau orang yang sudah membantu Nita kabur itu juga rekan bisnisku," terang Richard memberitahu istrinya. Madiya yang mendengar itu pun sedikit terkejut dan tidak menyangka sama sekali. "Kok bisa?" tanya Madiya. "Aku baru melacak nomor plat mobilnya, semuanya sudah diatur dengan baik.""Syukurlah kalau begitu. Aku akan mengatur semuanya.""Kalau begitu aku berangkat yah," kata Richard sambil memberikan kecupan di kening istrinya dan mengelus perut anaknya. Sebelum akhirnya dia kembali naik ke dalam mobil. "Iya hati-hati di jalan."Madiya mengatakan itu sambil melambaikan tanganmya, dia melihat suaminya yang kini sudah pergi mengendarai mobilnya. Sampai akhirnya Madiya memutuskan un
Haris menatap kearah Sabira yang tadi memberikan nomor ponselnya dengan mudah begitu saja. Dia harus menanyakan langsung. "Kenapa tadi kamu memberikan nomor ponsel kepada istrinya Pak Roy?" tanya Haris dengan nada yang sedikit penasaran. Apalagi dia yakin kalau istrinya pasti menyembunyikan sesuatu tanpa dia ketahui kebenarannya. Sabira yang memang tengah ada di mobil dan hendak pulang setelah acara pernikahan antara Robi dan Shela selesai. Sebenernya tadi Sabira merasa curiga. "Kenapa diam?" tanya Haris. Sabira langsung mengatakan yang sebenarnya. "Kamu merasa gak sih tadi, istrinya Roy itu sedikit agak aneh.""Maksud kamu, bagaimana?" tanya Haris yang merasa heran. "Gelagat itu loh, mengingatkan aku akan sesuatu, dia terlihat sedikit gugup ketika berjabat tangan denganku dan raut mukanya juga terlihat seperti ketakutan begitu," ujar Sabira. "Iya itu wajar Sabira. Kan kalian baru saja bertemu." Haris mengatakan itu dengan santai. Tetapi Sabira punya pikiran lain karena tadi d
Nita sudah siap dengan yang akan dia lakukan selanjutnya. Dia berjalan bersama dengan Roy sambil menyalami tangan Shela dan Robi. "Selamat yah atas pernikahan kalian berdua."Shela menjawab dengan ramah karena dia tidak tahu sosok Roy yang sebenernya. Shela mengira kalau memang itu teman dekat suaminya.Roy menatap kearah Robi yang sedari tadi diam saja, dia langsung menepuk pundak pria itu dengan pelan. "Selamat yah bro.""Iya," jawab Robi dengan singkat. Lalu mata Robi melihat kearah wanita yang dibawa oleh Roy barusan. Dia merasa heran sendiri karena melihat wanita yang dibawa oleh Roy sangat sederhana dengan pakaikan yang tidak mencolok sama sekali. Sedangkan Robi tahu kalau selera Roy adalah wanita yang sedikit modis. "Kamu bawa sekertarismu buat datang ke sini?" tebak Robi karena mungkin saja Roy tidak mempunyai pasangan makanya dia membawa wanita itu. Roy menggelengkan kepalanya, lalu dia mendekap wanita yang ada disampingnya itu dengan mesra. Dia hanya ingin memperlakukan
Acara pernikahan antara Robi dan Shela. Madiya sudah siap dengan baju yang memang dia gunakan dengan baik. Kebetulan ini adalah pemberian dari mertuanya. "Mana suamimu, kok belum muncul?" tanya Ratih ketika melihat anaknya hanya datang sendiri. "Richard tadi sedang menerima telepon dari seseorang bun. Dia masih mencari kebenaran Nita yang kabur dari lapas," jawab Madiya. Ratih yang mendengar itu pun sedikit terkejut. "Jadi sampai sekarang Nita belum ditemukan juga?" "Iya bunda, sampai sekarang Nita belum ditemukan sama sekali."Ratih yang mendengar itu pun jadi ikut khawatir. Apalagi dia tahu kalau Nita orang yang nekat, dia bahkan tidak yakin kalau semuanya akan jadi seperti ini. "Apa Richard sudah berusaha untuk mencarinya?""Iya tentu saja. Dia sudah berusaha untuk mencarinya.""Sampai sekarang belum ditemukan?" tanya Ratih. "Iya Bunda." Madiya hanya menjawab dengan jujur saja. Sampai tak lama kemudian, muncul Richard yang menghampiri dirinya. Dia sudah memikirkan semuanya
Richard benar-benar tidak tahu harus melakukan apalagi. Terlebih setelah dia mendapatkan informasi dari bawahannya kalau mereka semuanya tidak menemukan kebenaran Nita. "Sialan, kalian sangat bodoh sekali. Masa mencari satu orang saja tidak ketemu."Richard mengumpat dengan kesal ketika anak buahnya tidak menemukan kebenaran Nita. Padahal wanita itu sangat berbahaya. Haris datang menemui Richard karena ada informasi yang ingin dia beritahu dengan Richard. "Haris," panggil Richard setelah menyadari keberadaan Haris. "Aku datang ke sini karena ingin memberikan informasi," kata Haris. "Informasi tentang apa?" tanya Richard sambil menatap kearah Haris dengan pandangan serius. Dia penasaran dengan yang dikatakan oleh Richard barusan. Dia yakin kalau laki-laki itu tengah merencanakan sesuatu sekarang. "Kamu harus tahu sesuatu Richard, Nita memang benar menyamar sebagai suster.""Aku sudah tahu tentang itu Haris. Tidak usah menjelaskan semuanya. Anak buahku sudah mengincar Nita, tetap
Madiya melihat baju yang diberikan oleh ibu mertuanya, dia memperhatikan dengan seksama. Baju ini akan dia gunakan ketika acara pernikahan antara Robi dengan Shela. "Sepertinya sangat bagus, aku akan memadukan baju ini dengan dasi yang akan dipakai oleh Richard nanti. Agar kami berdua terlihat sebagai pasangan," kata Madiya sambil tersenyum manis. Dia sudah tidak sabar dengan yang akan terjadi nantinya.Beruntung ibunya dan mertuanya sudah pulang. Kini dirinya hanya tinggal sendiri di dalam kamar. Madiya memperhatikan baju tersebut dengan seksama. Ketika dia hendak akan memakainya, tiba-tiba Richard masuk ke dalam kamar. Madiya sedikit terkejut karena Richard datang secara tiba-tiba begitu saja. "Loh Richard, sejak kapan kamu berdiri di sana?" tanya Madiya ketika melihat suaminya. "Baru saja, kenapa kamu akan lepas baju?" tanya Richard heran. Madiya akhirnya memberitahu Richard tentang apa yang tengah terjadi sekarang. Dia memang sengaja melakukan itu karena akan mengganti kostum
Madiya sudah memberikan hasil USG calon bayinya kepada ibu dan mertuanya. Mereka berdua terlihat senang setelah melihat hasil USG tersebut. "Ini anak kamu Madiya," kata Ratih. "Tentu saja Ratih, ini adalah cucu kita."Ana mengatakan itu sambil tersenyum dengan manis. Dia terharu melihat calon cucunya yang memang terlihat sangat manis. "Tentu saja. Aku sudah memikirkan semuanya.""Terimakasih banyak.""Richard sudah kembali ke kantor setelah mengantar kamu pulang?" tanya Ana yang tidak melihat anaknya. Madiya hanya mengangguk saja, tadi memang Richard sempat berpamitan kepada dirinya untuk balik ke kantor. Sedangkan Madiya malah dilarang untuk kembali ke kantor oleh Richard. "Iya mah, dia pergi lagi ke kantor nanti," terang Madiya. "Pasti dia sangat sibuk sekali, terlebih Robi sudah akan mengambil cuti menikah," ujar Ana. "Iya mah gak papa. Nanti Richard akan menyuruh orang untuk menjadi asistennya mengentikan Robi untuk sementara," jawab Madiya. Ana hanya mengangguk saja, kemu