Eva memperkencang larinya, dia merasa yakin kalau dia berhasil lolos karena pengejarnya tertinggal jauh di belakang. Tapi, nyatanya seseorang muncul di depannya dari arah samping membuat Eva kehilangan keseimbangan. Ternyata mereka dua orang, habislah dia.Eva sedikit oleng namun, berhasil bertahan tanpa terjatuh. Tapi, sayangnya pria yang baru muncul itu bergerak cepat meninju ulu hati Eva, membuat Eva jatuh tersungkur."Menangkap wanita seperti ini saja kau tidak becus," ujar pria yang meninju Eva."Jalang ini sangat liar, kau tahu. Mataku saja masih perih karena dilempar pasir olehnya," keluh pria yang satunya yang baru tiba. Tak lama setelah itu Eva merasakan tendangan pada pinggangnya. Pria itu menendangnya berkali-kali, membuat Eva mengerang kesakitan. Dia merasa mau muntah."Sudah hentikan. Dia tidak boleh mati di sini." Samar-samar Eva merasakan tubuhnya diangkat dari tanah."Terus jangan lupa ambil sandal yang ia tinggalkan di jalan itu. Kita tidak boleh meninggalkan jejak."
Pria itu menjatuhkannya ke lantai lalu memeriksa cincin itu dengan mata serakah. Eva terengah-engah saat tubuhnya menyentuh lantai. Terlepas dari rasa sakit dia derita, Eva berterima kasih kepada pria itu karena telah menjatuhkannya. Eva jadi bisa merasakan kain wol yang lembut di bawah pipinya.Hanya orang yang sangat kaya saja yang mampu membeli karpet wol berkualitas tinggi seperti ini, pikirnya."Sepertinya kau sangat bodoh. Hanya seorang idiot yang tidak takut dengan suamiku," kata Eva sembari berusaha untuk berdiri, "Begini, aku berjanji, jika kau melepaskanku, aku akan memintanya untuk memaafkanmu.""Jangan bicara, wanita," geram pria itu, dia menyentakkan Eva hingga berdiri lalu mendorongnya ke sofa."Apa perlu aku menyumpal mulutmu dengan 'senjataku' agar kau diam!"Eva mengatupkan mulutnya dan berhenti bicara.Sofa itu terbuat dari kulit domba yang halus.Jika seseorang akan menculik dan mungkin menyiksa dan membunuhku, setidaknya aku tahu kalau aku mati di lingkungan yang me
"Itu aku," kata suara yang dingin dan familier di belakang Sebastian.Sebastian melihat sepatu kulit yang mahal menendang pistolnya ke lorong membuat Sebastian mengutuk dirinya sendiri karena telah meletakkan senjatanya tadi. Lalu dengan perlahan dan juga tenang, Sebastian lantas berdiri dan berbalik menghadap Aiden. Pria itu didorong masuk ke dalam ruangan hotel yang berprivasi.Aiden Malik lantas mengarahkan pistol ke dada Sebastian. Laras perak berkilauan dalam cahaya redup yang ada di aula."Dimana dia?" Aiden bertanya dengan dingin, "Dimana istriku?""Kenapa kau bertanya padaku, Tuan Aiden Malik? Bukankah kau sendiri yang menculiknya?" jawab Sebastian.Sebastian merasakan detak jantungnya meningkat dengan cepat, tapi dia tahu itu bukan karena Aiden menodongkan pistol ke dadanya. Tapi, karena Sebastian takut kalau Eva mungkin saja terluka. Karena jika bukan Aiden Malik orang yang menculik Eva lantas siapa?"Aku akan bertanya sekali lagi padamu, Dokter Sebastian Lewis, di mana dia?
Aiden menyela lamunan Alfred, "Bereskan tempat ini."Alfred merasa darahnya menjadi dingin.Sebelum Alfred menjalankan instruksi dari Aiden, ponselnya berdering. Alfred menjawab panggilan itu, mengangguk singkat, lalu membisikkan sesuatu kepada Aiden.Di tempat yang lain, Eva berbaring di sofa mewah. Dia menajamkan telinga, tapi dia tetap tidak bisa mendengar apa-apa.Eva meregangkan kakinya sebaik mungkin lalu mencoba menendangnya apapun yang ada di depannya. Kakinya mengenai sesuatu, dia mendengar meja kopi meluncur di lantai. Eva menendang lebih keras hingga meja itu terbalik.Penculiknya mendengar suara itu lalu bergegas ke kamar dimana Eva berada."Hei wanita, apa sih yang kau lakukan?" dia berteriak, "Aku bersumpah akan mengikatmu ke kursi itu jika kau masih saja tidak mau diam.""Aku mau ke kamar kecil," kata Eva sambil memutar tubuhnya.Karena tangannya diborgol lalu lengan serta pergelangan kakinya diikat dengan tali, Eva jadi tidak bisa bergerak."Baik," geram pria itu, "Aku
Aiden menatap Eva. Pria itu merasakan semburan emosi yang saling bertentangan muncul di dadanya.Eva wanita yang kejam, pikirnya, Aku mengobrak-abrik kota ini untuk mencarinya, tapi lihat yang dilakukan oleh istriku ini! Eva justru sibuk merayu pria lain.Aiden akhirnya sampai di hadapan Eva. Pria itu meraih Eva lalu mulai menyeretnya ke aula. Meskipun mata Eva ditutup, dia tahu kalau dia sedang dibawa ke tempat lain. Eva mulai panik. Dia ingin mengalihkan perhatian penculiknya dan mencuri kunci borgol, tetapi dia tidak mengantisipasi kalau penculiknya akan mencoba membawanya seperti ini.Napas panas pria itu menyentuh bagian atas kepalanya, Eva tidak bisa tidak berpikir kalau hal itu mengingatkannya pada Aiden. Eva menggeleng dan mencoba untuk fokus. Dia sedang berusaha untuk kabur sekarang, bukan waktunya untuk memikirkan Aiden.Eva tidak yakin ke mana pria yang disangka penculiknya itu membawanya. Eva merasa harus siap untuk melawan jika pria itu bermaksud untuk membunuhnya.Eva tah
"Jangan sentuh aku, brengsek," teriak Eva, "Kau tahu siapa aku, hah? Aku bersumpah aku akan membuatmu menderita jika kau sampai berani menyentuhku lagi."Aiden bingung.Kenapa Eva tiba-tiba menolak? Beberapa menit yang lalu, Eva mencoba untuk merayuku. Apa dia hanya suka merayu saja? Dan tanpa pelepasan sampai ke tempat tidur?Setelah menyadari kalau pria penculik itu ragu-ragu, Eva lantas berkata, "Tolong, bisakah kau melepaskanku saja? Aku akan sangat berterimakasih jika kau mau melakukannya."Aiden mengulurkan tangan lalu menyentuh kain hitam yang menutupi mata Eva. Kesadaran itu menyadarkan Aiden. Kelegaan seketika membanjiri tubuhnya. Aiden akhirnya mengerti kalau teryata Eva tidak sedang mencoba merayu penculiknya, istrinya hanya ingin mencari kunci lalu meyakinkan penculik itu untuk melepaskan borgolnya.Aiden ingin mengambil penutup mata Eva lalu membiarkan Eva tahu kalau yang di hadapannya saat ini adalah dia, tapi kemudian Aiden ingat semua yang Eva lakukan padanya.Hari ini
Eva terengah-engah, tapi dia tidak bisa mendapatkan cukup udara. Semuanya menjadi gelap. Ketika dia sadar, Eva menyadari kalau borgol dan penutup mata telah dilepas. Dia membuka mata dan melihat ke sekeliling ruangan, tetapi dia tidak bisa melihat apa-apa, semuanya gelap. Eva mengulurkan tangan, dia merasakan tubuh yang hangat di sebelahnya.Eva curiga pria di sebelahnya adalah pria yang sama yang menyetubuhinya. Hal itu membuat Eva ingin menangis. Dengan hati-hati Eva meraih meja samping tempat tidur, melingkarkan tangannya di sekitar lampu. Dia memiliki niat untuk memukul pria itu sampai mati.Namun, saat Eva mengangkat lampu di udara, pria yang sedang tertidur itu menoleh. Seberkas cahaya bulan menyinari wajah pria itu. Kepala Eva berputar.Tidak! Ini tidak mungkin, pikirnya, Aku pasti mengalami delusi. Itu tidak mungkin dia. Pria itu tidak mungkin Aiden Malik, suaminya.Eva menjatuhkan lampu. Bunyi gedebuk itu lantas membangunkan Aiden. Pria itu melihat ekspresi kaget Eva dan cembe
Perceraian dengan Aiden adalah hal yang selama ini Eva perjuangkan mati-matian.Selama ini Eva berusaha keras agar Aiden mau menceraikannya, tapi, sekarang ketika Aiden menanyakannya, kenapa tekad yang Eva miliki tak lagi sama?Meski Rebecca mengatakan kalau Eva hanyalah mesin pembuat anak bagi keluarga Malik dan akan segera dibuang ketika tidak berguna lagi. Karena sesungguhnya yang diinginkan Aiden adalah Rachel dan bukan dirinya.Memangnya Eva mau percaya apa dengan perkataan Rebecca? Tapi, tetap saja hal itu sedikit banyak turut mempengaruhi mood dan perasaan Eva. Ditambah Rebecca yang mati-matian berusaha memisahkan Aiden darinya. Sampai di titik ini Eva lelah."Jawab aku, Eva," ucapan Aiden membawa Eva kembali ke alam nyata.Dia menarik napas sebelum kemudian menjawab dengan perkataan, "Ya, Aiden.""Ya apa?""Ya. Aku masih menginginkan perceraian ini," Eva menatap Aiden yang ada di atasnya, "Aku ingin bercerai darimu, Aiden. Ceraikan saja aku."Eva berusaha mengeraskan hatinya. D