"Tidak, aku tidak mengambil fotomu," jawab Eva dengan tenang, "Tapi Jennifer Newman menuduhku mengambil fotomu secara diam-diam, jadi bukankah sudah seharusnya dia meminta maaf kepadaku?"Jennifer terkejut dan ngeri.Apa? Tidak ada foto? Itu tidak mungkin, pikirnya, Jika Eva tidak mengambil foto, mengapa dia mengakui itu sebelumnya?"Kau bohong, Eva. Kau sudah mengakuinya dan kau memberitahuku bahwa Tuan Aiden memintamu untuk melakukan hal itu," kata Jennifer lantang."Aku memang mengatakan itu, tapi kau tidak percaya."Angin bertiup, membuat beberapa helai rambut Eva rontok dari kuncir kudanya. Aiden memperhatikan rambut itu dengan bingung lalu mulai memainkan rambut Eva sembari melilitkannya di jari-jarinya."Apa kau tidak suka Jennifer?" Aiden bertanya pada Eva.Eva mengabaikan pertanyaan Aiden, "Cincin itu sepertinya sangat sulit ditemukan ya." Eva menarik kepalanya menjauh dari Aiden membuat salah satu helai rambut yang kusut di sekitar jarinya tertarik keluar dari kulit kepalanya
Teriakan tiba-tiba memecah kesunyian."Oh, jadi begitu. Kau ingin istriku yang merupakan seorang Nyonya Malik merangkak di bawah kakimu?" tanya Aiden.Jennifer sangat kesakitan, dia mencoba mengangkat wajahnya, tetapi salah satu pengawal Aiden menginjak tangannya."Tidak," isak Jennifer, "Saya tidak bermaksud begitu."Wajahnya terdistorsi dengan rasa sakit. Dia ingat apa yang Eva katakan padanya. Meskipun semua orang tahu kalau Aiden tidak mencintainya namun Eva tetaplah istrinya. Aiden tidak akan membiarkan sembarangan orang menyakiti istrinya."Saya salah, Tuan Aiden, saya minta maaf," katanya, "Saya seharusnya tidak memintanya melakukan hal yang memalukan seperti itu. Tolong ampuni saya."Aiden Malik melihat ke arah pengawal yang segera melepaskan senjatanya dari sarung di pinggangnya. Pengawal itu lantas mengokang pistol lalu mengarahkan laras perak ke kepala Jennifer."Maafkan saya, Tuan Aiden, tolong maafkan saya. Saya bisa melakukan apapun, tapi tolong maafkan saya," Jennifer m
Jennifer terus tersedak dan menangis. Dia menatap Aiden dengan ketakutan, menunggu izinnya. Meskipun Eva telah membantunya, dia tidak berani pergi tanpa persetujuan Aiden.Alfred Bailey berkeringat dingin. Alfred telah melayani Aiden Malik selama bertahun-tahun, dan dia sangat mengenal bosnya itu. Ketika Aiden marah, dia akan menghancurkan semua orang dan semua yang menghalangi jalannya.Aku tidak percaya Nyonya Eva memblokir pistol dengan tangannya. Apakah dia tidak takut ditembak?"Pergilah," kata Aiden dengan marah. Dia memasang pengaman di pistol lalu melemparkannya ke Alfred. Alfred segera menangkap pistol itu lalu mengurus rekaman kamera cctv.Jennifer terhuyung-huyung lalu buru-buru lari ke hotel, saking terburu-burunya ia bahkan sampai kehilangan salah satu sepatunya. Para pelayan yang ketakutan mengikuti langkah Jennifer. Suara tangisan dan teriakan berangsur-angsur menghilang.Lebih dari selusin orang mencari cincin itu dengan hati-hati, tetapi tidak dapat ditemukan. Aiden m
Aiden membuka telapak tangan, Alfred meletakkan tablet di tangan Aiden."Beli saham pengendali Hotel Empire," Aiden mengetuk layar dan memeriksa harga saham Hotel Empire sambil berbicara, "lalu transfer semua sahamnya ke istriku."Alfred mengangguk secara naluriah. Lalu tiba-tiba, dia mengangkat kepalanya dan berkata dengan suara patah, "Tuan Aiden, tapi Hotel Empire ini milik ...""Apa masalahnya?" Aiden bertanya dengan tidak sabar."Hotel Empire ini milik keluarga Jonas.""Terus?" tanya Aiden.Alfred sangat cemas hingga dia berkeringat lagi. Keluarga Jonas memiliki dua anak perempuan, dan semua orang tahu bahwa Hotel Empire dikhususkan untuk Rachel. Rachel saat ini sedang berada di luar negeri untuk mempelajari manajemen hotel."Tuan Aiden ..." Tom yang merupakan Direktur Hotel Empire merasa ngeri.Tom ingin meminta maaf atas nama hotel, tapi entah bagaimana dia ceroboh meminta maaf dan menemukan bahwa Aiden jadi berniat untuk membeli hotel Empire. Dia takut membuat lebih banyak kes
Eva mengerutkan dahi, dia berbalik untuk menunjukkan ketidakpuasannya, tetapi menemukan kalau ada seorang pelayan berdiri menunduk di belakang mereka. Sosok yang familiar itu adalah Jennifer Newman. Wanita itu telah berganti pakaian kerja dan menyeka riasan yang tercoreng dari wajahnya. Dia memegang nampan dengan wadah kaca.Butuh waktu tiga tahun bagi Jennifer untuk bekerja dari pelayan menjadi manajer klien, tetapi sekarang dia terpaksa menjadi pelayan lagi. Tiga tahun lalu, dia menandatangani kontrak sepuluh tahun dengan hotel. Ketika dia mencoba untuk pergi beberapa menit yang lalu, dia diberitahu bahwa pihak hotel akan menuntutnya karena melanggar kontrak. Dia tahu dia bisa dipecat, tetapi dia tidak ingin merusak reputasinya dengan cara itu."Apakah kau yang melakukan ini?" Eva menatap Jennifer tetapi mengarahkan pertanyaannya ke Aiden."Dia tidak memenuhi syarat untuk menjadi manajer klien atau bahkan karyawan Hotel Empire," kata Aiden, tersenyum sedikit, "Mengapa kau tidak bert
"Nyonya Eva, Tuan Aiden melihat dari rekaman keamanan kalau jari Nyonya tertusuk duri," Alfred menjelaskan, "Begitu melihat Nyonya terluka beliau segera meminta persediaan P3K.""Aku tidak memintamu untuk menjelaskan apapun padanya, Alfred," tukas Aiden.Aiden dengan lembut mengambil punggung tangan Eva lalu menurunkannya ke dalam wadah kaca untuk direndam dalam air hangat. Setelah merendamnya sebentar, Aiden mengambil handuk mewah lalu mengeringkan jari Eva yang terluka dengan hati-hati. Aiden mengambil plester pembalut luka lalu bersiap untuk menempelkannya di jari Eva.Alfred menggeleng tak percaya, dia bertanya-tanya apakah yang dia lihat dan dia dengar ini nyata adanya.Mengapa Tuan Aiden tiba-tiba begitu lembut pada Nyonya Eva? Pikirnya."Aku bisa melakukannya sendiri, Aiden," kata Eva, berusaha menarik tangannya."Kupikir kau ingin pamer dengan melakukan PDA," ucap Aiden."Kapan aku mengatakan itu?" Eva membeku, tiba-tiba dia teringat komentar sarkastiknya tadi pagi. Eva mengata
Alfred menarik napas dalam-dalam. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Jennifer melebarkan mata karena terkejut. Semua orang selalu mengatakan bahwa Aiden Malik telah menghabiskan dua tahun terakhir menghindari Eva seolah-olah istrinya adalah wabah penyakit. Orang-orang terus mengatakan kalau mereka akan bercerai, tapi sekarang lihat apa yang pria itu lakukan.Ini tidak mungkin! Bagaimana bisa? Jennifer dan Alfred bingung sedangkan Eva membeku, pikirannya seolah mengembara. Seluruh tubuhnya terasa kaku seperti batu. Aiden memberi Eva tatapan menggoda lalu menghisap jari Eva lebih keras. Aiden seharusnya hanya membantu mendisinfeksi luka saja, tapi tubuh Eva tiba-tiba terasa panas. Wajahnya terasa seperti terbakar. Eva lantas menarik jarinya."Apa kau gugup?" Aiden bertanya sambil tertawa."Tidak," Eva menyahut cepat. "Kenapa juga aku harus gugup?"Eva mengeluarkan suara kecil dan tidak jelas di belakang tenggorokannya."Kalau begitu kau mau aku menghisap jarimu lagi, sayang?"
Eva terlalu sibuk dengan pemeriksaan fisik untuk peduli dengan apa yang dipikirkan orang. Dia sangat gugup, hingga kehilangan nafsu makan. Setelah beberapa gigitan, dia merasa kenyang.Alfred mendekati Aiden, "Tuan Aiden, Steven Lewis telah menunggu Tuan di Rumah Sakit St. Lewis."Eva berhenti menyeka mulutnya dengan serbet. Dia menyadari kalau dia akhirnya kehabisan waktu, tidak ada jalan menghindar dari pemeriksaan fisik.Perjalanan ke rumah sakit sangat indah. Saat mobil menuruni gunung, melewati pohon cinar tua yang tumbuh di kedua sisi jalan. Daunnya berdesir dan bergetar saat angin bertiup, tetapi Eva terlalu sedih untuk menghargai keindahannya.Rumah sakit ini terletak di kaki gunung. Mobil Aiden menuruni jalur gunung zig-zag diikuti puluhan mobil yang dipenuhi pengawal. Perawat dan pasien berhenti sejenak untuk menyaksikan kedatangan yang mencolok itu. Tidak mungkin menghindari menarik perhatian ketika Aiden bersikeras melakukan perjalanan seperti ini, pikir Eva sedih.Mobil A