Share

60.Pilihan Syamil

Author: Diganti Mawaddah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tiga hari berlalu, setiap malam, di waktu sepertiga malam, pemuda itu meminta petunjuk pada Sang Maha Pencipta, Sang Maha Pembolak-balik Hati untuk memberikan sebuah nama yang akan menjadi tulang rusuknya. Syamil sengaja berpuasa untuk membulatka tekadnya berumah tangga.

Kekhawatiran perihal satu nama yang sampai saat ini membuatnya penasaran, terpaksa ia tepis. Pemuda itu meminta, jika memang bukan jodohnya, maka jauhkan dan jangan biarkan mereka bertemu. Satu nama itu adalah Hani.

Ia tidak boleh mencondongkan nafsu dalam memilih jodoh, apalagi wanita itu tidak ada di depannya. Bismillah, satu nama itu sudah ia tentukan.

Selesai salat dhuha, Syamil keluar dari kamarnya. Suara tawa dan canda terdengar dari halaman belakang. Siapa lagi kalau bukan tetehnya dan juga Mbak Nela yang sangat besti. Sungguh aneh, anak istri pertama, begitu akur dengan istri kedua ayahnya. Sampai saat ini, otak cerdas Syamil tidak dapat memikirkan bagaimana bisa seorang lelaki melakukan poligami?

"Kenapa,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Endah Setyawati
jadi syamil bakal poligami???.........
goodnovel comment avatar
Dyah Wulandari
Thor ada yg salah tulis, penghapal Al Qur 'an ditulis penghapus ...
goodnovel comment avatar
karla
apa masih di tunda kah pertemuaan syamil dan hani? sampe syamil pulang S2 gt?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   61. Persiapan Menjemput Syam

    "Loh, kenapa udah pulang? Belanjaannya mana?" tanya Mbak Nunuk saat melihat Hani baru saja masuk ke dalam rumah dengan ekspresi letih. Wanita berusia tiga puluh dua tahun itu memperhatikan Hani dari atas sampai bawah. Hani memilih langsung duduk di kursi ruang tamu sambil mengatur napas yang masih sedikit sesak. "Mbak, saya gak jadi belanja. S-saya bertemu Grace," jawab Hani dengan suara putus-putus. Nunuk bergegas ke dapur, lalu kembali lagi ke ruang tamu sambil membawa segelas air putih. "Tenang, ini minum dulu!" Hani menerima gelas itu dan langsung meneguk airnya hingga tandas. "Grace istri pertama dosen kamu?" tanya Nunuk meyakinkan. Hani mengangguk. "Kenapa kabur? Harusnya kamu cuek saja dan kalau bisa, kamu tantang. Kamu yang dulu polos, sudah tidak ada lagi. Sekarang kamu wanita kuat yang bisa mengeluarkan pendapat kamu. Kalau kamu lari, maka Grace akan semakin curiga ada sesuatu yang kamu sembunyikan." Hani menatap kakak kos yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri. Hany

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   62. Melamar

    "Masih kecil udah mau poligami, gak akan mungkin. Abang lihat sendirikan, betapa Syamil awalnya sangat menolak abah yang mau poligami sama Nela. Kalau menurut saya, sudah jalannya memang Syamil tidak berjodoh dengan Hani. Terlalu banyak PR. Abang sendiri bilang begitu kan?" Didin tidak menyahuti ucapan istrinya. Pria dewasa itu hanya mengangguk membenarkan ucapan Laila. Temboknya sangat tinggi, terutama Hani yang janda. Meskipun gadis itu masih muda, beda dua tahun saja dari Syamil. Hari ini, hari sabtu, Syamil beserta keluarga inti, dan juga pejabat lingkungan setempat, berangkat dengan mobil, menuju kediaman calon istri Syamil. Ada banyak barang yang dibawa oleh Bu Umi sebagai oleh-oleh untuk calon mantu. Profil di kertas biodata itu sudah dibaca oleh Bu Umi dan beliau sangat senang, karena cocok dengan kriteria beliau. Syamil harus mendapatkan istri yang bisa diajak berjuang bersama, bukan yang sudah mapan dengan harta melimpah. Putranya sendiri nanti yang kesusahan. "Jadi, kalau

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   63. Berkunjung Lagi ke Rumah Hadi

    Merasa hatinya terus tidak tenang, maka Hani memutuskan untuk berkunjung ke rumah Hadi. Ia khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada kakak, ponakan, ataupun kakak iparnya. Ia baru saja mendapatkan sebuah keluarga utuh seperti kebanyakan orang di luar sana, sehingga ia tidak mau sampai ada hal buruk terjadi pada keluarganya. Ratih tengah memasak kolak pisang, saat ia mendengar suara pagar dibuka. Lekas wanita itu mematikan kompor, lalu berjalan ke depan untuk melihat siapa tamunya. "Assalamu'alaikum, Teh. ""Wa'alaykumussalam, Hani. Ya Allah, Teteh kirain siapa. Ayo, sini masuk! Teteh baru aja bikin kolak pisang, sebentar lagi matang. Ayo, duduk dulu!" Ratih begitu senang dengan kedatangan iparnya. Hani tidak langsung duduk, melainkan berjalan ke dapur menghampiri Ratih. "Teteh sehat kan?" tanya Hani tiba-tiba. Ratih yang tengah mengaduk kembali pancinya, nenoleh ke belakang sebentar, sambil mengangguk. "Teteh sehat, Hani. Pokoknya kalau masih tanggal satu sampai tanggal lima belas

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   64. Hani Pergi ke Pesantren

    Hani pulang ke kontrakan dengan hati senang dan juga tenang. Apalagi di tangannya membawa rantang berisi kue dan juga kolak pisang. Ratih juga membawakan beras dua kilo setengah untuk adik iparnya itu. Hani sampai meneteskan air mata karena terharu memiliki kakak ipar yang sangat baik, peduli, dan juga tidak pelit padanya. Padahal, ia sendiri belum pernah membawakan makanan mewah, hanya buah dan kue yang pernah ia bawakan untuk ipar dan keponakannya. Semua makanan ia salin ke dalam wadah. Hani bahkan menikmati sekali lagi kolak pisang buatan kakak iparnya karena rasanya memang sangatlah enak. Kontrakan sepi, ia pun libur berjualan hari ini. Tenaganya masih ingin ia salurkan. Maka, ia memutuskan untuk pergi mengunjungi pesantren tempat ia menitipkan Syam. Ia mandi dan berganti pakaian. Gamis hitam, dengan niqob dengan warna yang sama, sengaja ia pakai agar tidak ada yang mengenalinya. Gamis hitam, lengkap dengan cadar itu adalah pemberian Zahra, sebelum ia pindah kembali ke rumah ora

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   65. Suami Orang

    Hani berjalan lebih cepat sambil menundukkan pandangan. Ia tidak cukup berani mengangkat wajahnya, meskipun saat ini ia memakai niqob-nya. Ia tidak mau sosoknya dikenali oleh penghuni pesantren yang lain karena tujuan utamanya adalah untuk melihat keadaan putranya. Namun, ia sama sekali tidak dapat menemui Syam. Entah di mana putranya itu berada. Hani berjanji di dalam hatinya akan kembali lagi untuk mencari Syam. Pemuda bernama Syamil yang masih berada di dalam mobil, terus memperhatikan wanita bercadar tengah berjalan menuju gerbang keluar pesantren. Posisi mereka jauh, sehingga Syamil tidak dapat melihat dengan jelas, wanita itu. Hani sudah terlanjur naik ke atas motor ojek online, saat Syamil turun dari mobil. Pemuda itu masih memperhatikan tamu wanita bercadar tersebut. "Lihat apa, Sya?" tanya Laila pada adiknya. "Itu, Teh, cewek bercadar yang baru keluar dari pesantren. Kayak kenal, tapi lupa." "Kamu mah, gak bisa lihat cewek pakai gamis hitam, langsung saja bawaannya kena

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   66. Siapa Raka?

    "Zahra, temen kampus kamu kan banyak, masa gak ada yang bisa kamu kenalin ke Mas Raka?" tanya seorang lelaki muda tampan yang baru saja ikut duduk di sofa ruang TV. Ia adalah Raka, kakak dari Zahra yang bekerja di salah satu TV swasta nasional."Udah pada nikah juga, Mas, he he he ... lagian kerjanya pada mencar. Ada yang pulang kampung. Lost contact gitu deh. Emangnya artis TV gak ada yang mau sama Mas Raka?" Zahra menertawakan kakaknya. Begitu banyak kru TV, tetapi sampai saat ini kakaknya betah menjomlo."Yah, payah kamu. Masa kamu mau nikah, Mas belom juga punya pacar." Raka cemberut. Zahra diam sejenak sambil memikirkan sesuatu."Ada teman baik Zahra saat di kosan, Mas, tapi ... ""Tapi apa?" Raka tak sabar menunggu lanjutan perkataan Zahra."Terlalu cantik? Terlalu kaya?" Zahra memutar bola mata malasnya."Bukan, Mas. Kalau cantik, bisa Zahra pastikan memang cantik, tetapi teman Zahra itu janda, Mas. Mas emangnya mau sama janda?""Jangan-jangan teman dekat kamu yang namanya Hani

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   67. Raka PDKT

    "Oh, jadi sekarang sibuk jualan saja ya?" tanya Raka pada Hani. Gadis itu mengangguk dengan canggung. Pengalamannya bertemu dan berkenalan dengan pria, tidaklah banyak, sehingga Hani merasa rendah diri dan juga amat sangat canggung. Padahal jika sudah kenal baik, maka ia bisa begitu manis, mengesalkan, sekaligus mengesalkan. "Ada toko offline atau hanya toko online saja?" tanya Raka lagi. "Dih, Mas Raka gimana sih? Masa jadi wawancara tukang jualan, ha ha ha..." Zahra menertawakan kakaknya. Raka pun ikut menyeringai sambil menggaruk rambutnya. "Hani, kamu kan masih jomlo. Nah Mas Raka ini pengen punya temen cewek karena sebentar lagi aku mau jadi istri orang. Dia khawatir gak ada yang bisa digangguin lagi kalau dia gak cari cewek pengganti adiknya ini dari sekarang.""Memangnya bisa proses adik angkat udah setia aku?" tanya Hani dengan polosnya. Raka dan Zahra malah tertawa kencang. "Aduh, Hani, kamu lucu banget sih. Kamu bukan mau diangkat jadi adik angkat Mas Raka. Ketuaan atuh

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   68. Mengintai Keberadaan Syam Part2

    "Kamu yakin ini pesantrennya?" tanya Raka saat lelaki itu mengendarai mobilnya perlahan, begitu memasuki jalan besar menuju pesantren. "Iya, Mas, InsyaAllah saya masih ingat sekali nama pesantrennya. Plang depan jalan masuk tadi juga masih sama. Saya yakin gak akan salah, tapi kalau saya masuk lagi dan berpura-pura mengantar adik saya yang mau mendaftar pesantren, pasti tidak masuk akal, karena yang saya bawa bukan remaja, tetapi om-om." Raka tertawa. Tawa lebar yang memperlihatkan betapa rapi susunan gigi pria itu yang berwarna putih bersih. Bibirnya juga merah merekah, tanda Raka tidak pernah bersentuhan dengan rokok. "Kita tidak perlu mampir, kita bisa memantau dari luar pesantren saja. Memangnya putra kamu mau dijemput sekarang? Bukannya mau memastikan dulu apakah putra kamu masih diasuh oleh pemilik pesantren?" tanya Raka lagi sambil memperhatikan wajah Hani yang nampak bingung. "Belum sekarang, Mas, kasurnya saya belum beli." Hani menyeringai. "Kamu punya uang berapa? Nanti

Latest chapter

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   133. Asoy

    Keduanya sudah mandi dan juga solat magrib berjamaah. Syamil memimpin dengan membaca surah Ar Rahman yang isi surah tersebut adalah tentang cinta kasih. Bahkan Syamil menangis saat membacakan surah tersebut. Hani pun ikut menangis, sehingga Syamil begitu terharu melihat sang Istri. "Sudah, kan sudah selesai solat, air matanya masih turun aja! Neng terharu dengan surah itu ya?" Syamil mengusap kepala Hani dengan lembut. "Saya nangis bukan karena terharu, tapi karena kecapean berdiri. Surahnya kepanjangan. Rokaat pertama surah Ar-Rahman, rokaat kedua Surah Yasin, hiks.... " Syamil tertawa terpingkal-pingkal. Ia benar-benar keterlaluan pada istrinya. Bisa-bisa nanti Isya, Hani gak mau jama'ah lagi gara-gara kepanjangan ayat. Hu hu hu... "Neng, maaf ya. Sini, biar saya pijitin!" Syamil tidak tega dan tentu saja langsung meminta maaf. Kedua kaki istrinya ia pegang dan ia pijat dengan lembut. Hani pun membiarkan Syamil memijat kakinya karena memang rasanya sakit dan pegal. "Maaf ya, sa

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   132. Pengantin Baru

    "Apa ini, Mi?" tanya Syamil saat ummi-nya menyodorkan sebuah kartu mirip kartu ATM. "Buat kamu bulan madu. Biar gak digangguin pembaca, he he he.... ""Ya Allah, Ummi, makasih ya, Mi." Syamil memeluk ummi-nya dengan penuh rasa haru. "Ummi ini kapok, mungkin karena waktu pernikahan kamu yang pertama Ummi gak kasih hadiah nginep di hotel, makanya jadi gitu. Sekarang Ummi mau memperbaiki kesalahan Ummi. Kamu dan Hani selamat menikmati menginap di hotel selama empat hari. " Kalian bisa jalan-jalan naik speedboat, bisa ke Dufan sekalian, bisa main ke sea world. Menikmati makan malam romantis di depan pantai Ancol." Bu Umi menjelaskan dengan penuh antusias. Ia memang sudah menyiapkan semua untuk Syamil dan juga Hani. "Mi, terima kasih ya," ujar Hani akhirnya, setelah sejak tadi hanya memperhatikan Syamil dan ummi-nya berbincang. "Sama-sama Hani. Ummi lega ternyata kamu ibu kandung Syam, sehingga Ummi dan Syam tidak akan dipisahkan." Bu Umi sudah berkaca-kaca. Hani memeluk mertuanya. "

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   131. Alhamdulillah

    Salah satu orang yang paling tersedu-sedan di ruangan itu adalah Bu Restu. Dengan baju kebaya sederhana yang dipinjamkan Bu Umi, serta selendang panjang yang ia pakai di kepala, Bu Restu terus terisak. Ia begitu terharu bisa menyaksikan momen anak bungsunya menikah dengan sebenar-benarnya menikah."Mama, maafkan Hani. Mohon ... d-doa restu Mama." Kalimat itu ia ucapkan terbata-bata diantara linangan air matanya. "Pasti Mama doakan, Sayang. Semoga bahagia selalu ya, Nak. Maafkan Mama." Keduanya saling berpelukan erat. Dilanjut dengan sungkem pada Hadi."Akhirnya adik Abang menikah juga. Selamat yq, Hani. Semoga sakinah, mawaddah, wa rohmah." "Makasih, Bang. Hani minta doa dan restunya." Adik dan kakak itu pun saling berpelukan sambil menangis Syamil yang ikut sungkem pada Bu Restu."Mohon doa restunya, Ma," bisik Syamil dengan suara bergetar menahan tangis."Titip Hani ya. Mama pesan, tolong jaga Hani. Jika kamu sedang marah, tolong jangan berkata kasar pada Hani. Mama percayakan an

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   130. Akad Nikah

    "Beneran kamu gak mau ikut melamar wanita yang akan menjadi kakak ipar kamu?" tanya Pak Rahmat pada Zahra. Dirinya dan Raka sudah bersiap berangkat karena taksi online sudah menunggu di depan pagar rumah. "Nggak, Pa, semoga acaranya lancar." Zahra tidak berani menoleh pada Raka. Ia hanya menatap papanya saja sambil tersenyum tipis. "Ya sudah kalau begitu, Papa dan Raka berangkat dulu. Besok pagi Papa InsyaAllah sudah ada di rumah." Zahra mengangguk paham. Wanita itu masih berdiri di depan pintu sampai taksi yang ditumpangi papa dan Raka meluncur pergi. Kemarahan Raka kemarin, sangat membuatnya syok dan sadar, bahwa selama bertahun-tahun hanya dirinya yang memendam perasaan itu, sedangkan Raka tetap menganggapnya sebagai adik. Zahra merapikan semua baju untuk ia masukkan ke dalam tas. Tekadnya sudah bulat untuk kembali bekerja dan tinggal di kosan saja. Jika ia tetap di rumah, maka kenangan almarhumah mamanya dan Raka pasti mengusiknya dan membuatnya susah sadar diri. "Mbak Zahra

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   129.Pengakuan

    Kehadiran Raka di rumah tentu saja membuat Pak Rahmat sedikit lega. Meskipun hanya satu malam saja putranya menginap, paling tidak, pria itu merasa ada teman bicara. Masalah yang menumpuk membuatnya stres memikirkan masalah anak-anaknya.Jika Pak Rahmat senang dengan kehadiran Raka, menemani Raka makan di ruang makan, tetapi tidak dengan Zahra yang masih belum keluar kamar sejak mulai Raka tiba di rumah. "Ck, ya ampun Zahra belom sembuh juga ngambeknya," gumam Raka saat nasi dalam piring hampir habis. "Ya, nanti kamu bicara saja dengan Zahra. Ada hal yang harus kamu ketahui, tetapi lebih baik Zahra sendiri yang memberitahu." "Maksud Papa? Hal penting apa, Pa? Berkaitan dengan Syamil?" Pak Rahmat mengangkat bahunya. "Bisa jadi." Jawaban ambigu Pak Rahmat membuat Raka menghela napas. Pasti ada ha besar yang ditutupi papa dan adiknya. Pak Rahmat memang sudah menimbang untuk tidak membicarakan masalah perasaan putrinya pada Raka. Ia tidak mau ikut campur terlalu dalam, apalagi soal

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   128. Penjelasan Raka

    "Wah, calon pengantin jangan suudzon dulu!" Raka mengulurkan tangan ingin berjabat dengan Syamil. Pemuda itu pun membalas jabat tangan Raka tanpa senyuman. Wajahnya masih masam karena merasa cemburu dengan Raka. "Mas Raka udah tahu status kita, Sya. Mas Raka ke sini hanya mau anter oleh-oleh dan meluruskan masalah dengan saya. Semua udah selesai kok." Hani menambahkan dengan bijak. Syamil tidak menyahut. Ia duduk memutuskan duduk di samping Raka dengan muka yang masih ditekuk. "Ya sudah, menurut saya masalah diantara kita sudah selesai. Doakan masalah saya juga selesai ya, Hani." Raka berdiri dari duduknya. "Mas, habiskan dulu tehnya!" Hani mengangkat cangkir teh yang masih ada setengah cangkir lagi. Raka pun duduk untuk menghabiskan tehnya. Hani dan Syamil saling pandang. Hani mendelik karena wajah Syamil masih saja masam, padahal Raka sudah menjelaskan. "Saya pamit deh, naik taksi online-nya dari depan saja. Oh, iya, Sya, jangan lupa undang saya saat kalian menikah ya. Selagi se

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   127. Raka Pulang

    "Zahra, kamu dari mana saja? Ini sudah malam," tanya Pak Rahmat saat membukakan pintu untuk Zahra. Putrinya dengan tampilan amat berantakan pergi sejak siang dan baru kembali pukul sebelas malam. Zahra tidak menjawab pertanyaan papanya. Ia berjalan lunglai menuju kamar. Pak Rahmat hanya bisa menggelengkan kepala. Ia mengunci kembali pintu rumah, lalu mematikan lampu. Tidak mungkin mengajak putrinya bicara dalam keadaan kacau seperti ini. Pak Rahmat memutuskan masuk ke kamar juga. Pagi harinya, tepat pukul lima pagi. Siti sudah sampai di rumah Zahra dan tengah bersih-bersih saat Pak Rahmat baru pulang dari solat subuh di masjid. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaykumussalam." Siti tersenyum sambil mengangguk. "Zahra belom bangun, Ti?" tanya Pak Rahmat, sambil melirik kamar putrinya yang masih tertutup rapat. "Belum, Pak, mungkin sebentar lagi atau bisa juga lagi datang bulan, makanya bangunnya santai," jawab Siti. "Benar juga sih. Oh iya, mulai hari ini saya sudah kerja kembali. Jadi

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   126. Air Mata Zahra

    "Kenapa kamu tega sama aku Hani?" Zahra terisak di depan Hani yang menatapnya dengan wajah bingung."Tega apa, Ra? Coba kamu tenang dulu. Cerita sambil sesegukan gitu, mana aku bisa paham," ujar Hani sembari menyentuh pundak sahabatnya. Zahra menepis tangan Hani dengan cepat. "Kamu kenapa gak bisa menahan diri? Paling tidak sampai aku benar-benar bercerai dari Syamil. Kamu gak mau dibilang pelakor'kan, Hani?" sindiran Zahra tentu saja sama sekali tidak membuat Hani tersinggung. Ujian lebih berat dari ini pernah ia lewati dan ia tidak mau tersulut emosi untuk hal yang tidak jelas."Poligami itu bolehkan? Bukan suatu hal yang dosa. Apalagi setahu saya, istri Syamil yang meninggalkannya. Saya gak masalah jadi istri kedua." Jawaban Hani membuat Zahra semakin menangis. "Kalau bukan karena aku, kamu pasti udah jadi pelacur di luar sana, Hani! Kamu aku berikan tempat tinggal layak. Aku bantu mencarikan pekerjaan. Aku pinjamkan HP untuk kamu jualan. Lalu setelah kamu mandiri, kamu lupa." H

  • Istri Seksi Tetangga Sebelah   125. Abah yang Betah

    Acara lamaran berlangsung lancar dan juga penuh canda tawa. Pukul dua siang, keluarga Syamil masih betah berbincang dengan keluarga Hani. Bu Umi sudah ingin pulang, tetapi suaminya masih betah di rumah Hani. Entah apa yang mendasari itu, tetapi firasatnya sebagai istri mengatakan, bahwa ada hal lain yang membuat suaminya betah. Begitu juga dengan Nela. Ia tahu, sejak tadi, Hadi selalu mencuri pandang padanya yang sengaja duduk di pojokan. Bahkan saat menikmati makan prasmanan yang disiapkan keluarga Hadi pun, ia memilih mengambil asal saja lauk yang ada di deretan panci prasmanan. Hadi juga tidak menghampirinya, maka ia pun merasa tidak perlu juga berbincang dengan pria itu. Kisahnya dan Hadi adalah kisah masa lalu yang amat buruk, tetapi membuatnya mempunyai tabungan di akhirat. Nela pun tersenyum bila mengingat bagaimana Allah memuliakannya. Mengangkat derajatnya dari wanita malam, menjadi istri sah dari seorang ustadz. "Nela, bilangin abah tuh, ajak pulang! Kaki saya mulai saki

DMCA.com Protection Status