Suara benda pecah dan ribut-ribut yang samar terdengar di balik pintu ruangannya membuat pandangan Calia dari layar monitor segera teralih ke arah pintu. Menyusul suara langkah kaki yang tergesa dan bayang-bayang tubuh yang melewati pintu kaca ruangannya menciptakan kerutan di antara kedua alis wanita itu.Calia beranjak dari kursinya menuju pintu. Melihat orang-orang yang berkumpul beberapa meter dari pintu ruangannya. Pekikan wanita dan suara hantaman yang saling menyahut, Calia mencoba mendekat dan menyelinap di antara kerumunan. Melihat dua orang pria yang bergumul berguling dilantai di antara pecahan kaca. Saling melemparkan dan membalas tinju, hingga wajah keduanya berlumur darah. Beberapa pria berusaha melerai hanya untuk mendapatkan tinju entah dari siapa. Membuat yang lainnya pun tak berani mendekati kedua pria tersebut.Mata Calia membelalak lebar begitu menyadari kedua pria itu adalah Caleb dan Lucius melihat dari pakaian yang keduanya kenakan. Telapak tangannya terangkat,
Dalam waktu sepuluh menit, Lucius berhasil memarkirkan mobilnya sembarangan di halaman depan rumah sakit. Keduanya melompat turun dan gegas memasuki rumah sakit dengan langkah tergesa. Langsung ke ruang NICU.Begitu keduanya sampai di depan pintu NICU, Vania yang tengah menunggu di depan pintu sedang berhadapan dengan dokter yang baru saja keluar.“Apa yang terjadi, Dok?”“Saya baru saja mengirim sampel darahnya ke laboratorium. Sepertinya sel darah putihnya kembali mengalami peningkatan sehingga mengalami penurunan daya tahan tubuh.”Kedua kaki Calia melemah, tubuhnya jatuh ke samping dan bersandar pada lengan Lucius yang langsung menangkapnya. Tak benar-benar mendengarkan penjelasan dokter karena kepalanya yang mendadak pusing dengan napasnya yang masih naik turun. Hingga pandangannya mengabur dan sepenuhnya menggelap ketika Lucius memanggil-manggil namanya dengan panik.*** Calia tak tahu berapa lama ia pingsan, satu-satunya hal yang ia ingat sebelum kesadaran dari tubuhnya lenyap
Part 63 Tak Akan Menyerah Calia menguasai ekspresi wajahnya. Kali ini berusaha lebih kuat dan berhasil. “Anda terlalu awal untuk berbahagia, Mama. Bahkan hasil tesnya masih belum keluar.”Sekilas senyum dalam tatapan Vania membeku.“Meskipun saya harus mati untuk menyelamatkan Zayn. Saya akan memastikan apa yang Anda inginkan dari ketiga anak saya tak akan terkabul, Mama. Saya bersumpah dengan nyawa saya sendiri.”Kebekuan di mata Vania kini menyebar ke seluruh permukaan wajah. “Lucius tak akan membiarkan hal itu terjadi. Ada alasan dia kali ini menerima penawaranku.”Senyum Calia semakin melebar. “Bukankah itu artinya Anda mengakui dan memahami arti diriku baginya?”Kembali wajah Vania dibekukan kepucatan. “Dia hanya tak tahu …”“Delapan tahun dan perasaannya pada saya tak pernah memudar. Dia sangat memahami perasaannya terhadap saya. Sangat setia dan jika saja Anda tahu bagaimana dia begitu memuja saya. Delapan tahun, tak ada satu wanita pun yang berhasil dibiarkan menyentuh hatiny
Calia menyelesaikan makannya lebih dulu karena nafsu makannya yang mendadak raib dengan dandanan Divya yang mencolok. Mengenakan mini dress biru muda dan stiletto berwarna senada. Rambut dikuncir kuda, sengaja memamerkan leher waniata itu yang jenjang. Arom parfum memenuhi seluruh ruangan begitu wanita itu memasuki ruang makan. Dan tak ada seorang pun yang terganggu dengan pemandangan penampilan wanita itu yang lebih cocok dijadikan kostum ke klub malam ketimbang kantor, kecuali Calia.Bukankah perubahan penampilan wanita itu berada di saat yang tepat? Di tengah hubungannya dan Lucius yang tengah merenggang. Ujung mata Calia melirik pada Lucius, yang masih sibuk melahap sarapan. Ada kecemasan dengan niat yang terlalu jelas dalam gerak-gerik dan tatapan Divya untuk Lucius. Mungkin juga kecemburuan yang muncul di dadanya, ada ketidak nyamanan dengan posisinya di hati Lucius meski kesetiaan pria itu seharusnya tak perlu ia ragukan lagi.Zaiden dan Zsazsa berpamit lebih dulu pada semua ya
Part 65 Keputusan Yang Sudah Bulat“Satu-satunya cara agar kau bisa membunuhnya adalah dengan membunuhku, Caleb.” Calia segera menguasai kepucatan di wajahnya, memasang keseriusan yang tegas. Caleb mendengus mengejek. “Kau mengatakan hal yang sama. Delapan tahun yang lalu. Pada akhirnya kau nyaris tak terselamatkan.”“Kali ini berbeda.”“Tak ada yang berbeda. Kau masih ingat dengan jelas apa yang dikatakan dokter dan kau malah sengaja menyembunyikan fakta itu dari dokter yang menanganimu saat ini untuk melakukan program sialan itu.”“Itu sudah delapan tahun yang …”“Omong kosong, Calia,” sergah Caleb penuh kegeraman. “Jika tahu seperti ini, saat itu aku akan menuruti dokter untuk mensterilkan rahimmu.”Mata Calia terpejam, mengembuskan napas dengan keras dan kasar akan kekeraskepalaan Caleb yang tak lebih kecil darinya. “Hanya ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan Zayn.”“Tidak dengan mengorbankan nyawamu.” Caleb memungkasi perdebatan mereka dan menyalakan mesin mobil. Hanya dala
Part 66 Antara Dua Pilihan“Aku akan membuat surat yang baru.” Hanya itu kata-kata yang Calia ucapkan. Lalu mengangguk sekali dan berjalan keluar pintu.Begitu mendengar suara pintu yang tertutup, Alex mengerjap dengan cepat. Seolah tersadar dengan emosi yang seharusnya tak ditampakkannya di hadapan Calia. Yang meruntuhkan semua reputasi yang sudah ia bangun susah payah di hadapan wanita itu selama bertahun-tahun ini.Alex gegas melompat berdiri daru kursinya, menyeberangi ruangannya yang luas dan menyusul Calia yang sudah setengah menyusuri lorong. “Calia?” panggil Alex. Menangkap pergelangan tangan Calia.Calia tersentak kaget, memutar kepala dan beringsut menjauh melihat wajah Alex yang sebelumnya tampak garang, kini terlihat penuh penyesalan. Tak menyisakan sedikit pun ekspresi yang mengejutkannya di ruangan pria itu. “Maafkan aku. A-aku …” ucap Alex terbata. Mendesah perlahan sebelum melanjutkan. “Aku begitu terkejut dengan hal ini.”Calia tak menjawab, menarik tangannya dari ge
“Bagaimana mungkin kau mengatakan hal semacam itu, Lucius? Mereka anakmu.”“Kau yang memaksaku, Calia. Seharusnya kau mengatakan padaku sejak awal semua kondisimu. Kau pikir kebohongan ini untuk kebaikan kami semua? Tidak. Kebohongan itu tak lebih dari keegoisanmu,” sergah Lucius. Menyentakkan tangan Calia hingga wanita itu terhuyung satu langkah ke belakang. Membuang muka dengan kasar karena tak ingin melihat wajah basah wanita itu yang pasti akan membuatnya luluh. Tangannya mengusap rambut di kepalanya dengan penuh kegusaran. Sebanyak ia mencintai Calia, sebanyak itu pula kemarahan dan kebenciannya akan wanita itu. Ketidak siapannya akan kehilangan wanita yang bahkan baru saja melengkapi hidupnya. Sudah cukup kekosongan dan kehampaan yang sudah wanita itu berikan selama delapan tahun ini. Sekarang, ia tak akan kehilangan apa pun lagi.“Kau ayah mereka. Tidak bisakah kau menyelamatkan mereka.”“Kau tahu aku akan melakukannya, Calia. Hanya dengan nyawaku. Bukan denganmu.”“Dan seperti
“Apa kau sudah tahu hasil tes mama dan aku sudah keluar?” Leana duduk di samping Rhea yang mengamati putri dan kedua keponakannya tengah bermain kejar-kejaran di halaman berumput. Senyum Rhea seketika membeku. Tentu saja ia tahu kalau Lucius berniat menggugurkan kandungan Calia dan menerima tawaran sang mertua untuk mendonorkan sumsum tulang belakang untuk Zayn. Ada kecemasan yang sempat hinggap di hatinya dengan keputusan tersebut. Akan hubungan Calia dan Lucius yang akan kembali merenggang. Yang memungkinkan harapan di hati Lukas akan kembali tumbuh untuk Calia. Sementara dirinya masih tak berhasil menyentuh hati sang suami.“Hasil tes kami tidak bisa menjadi pendonor untuk Zayn.” Leana mendesah lega sembari mengelus dadanya. “Aku sudah merasa ngeri jika hasilku akan cocok dan harus menjalani operasi itu. Dokter sudah memperingatkan dampak-dampaknya, tapi mama tetap memaksaku melakukannya. Ya, meski … aku juga tak tega melihat Zayn yang kurus dan pucat di rumah sakit. Bagaimana pun