“Dasar wanita memang tidak pernah salah. Kenapa sangat susah sekali mengerti mereka,” gerutu Alex, yang pergi meninggalkan Aurora di dalam kamar tersebut.“Sekarag sudah siang, kenapa hanya mengganti pakaiannya saja sampai harus berjam-jam seperti ini,” omel Alex yang berjalan menuju kamar utama Villa tersebut.Prang!“Aw, apalagi ini! Kenapa foto ini bisa terjatuh seperti ini, apa para pelayan tidak menempel dengan benar!” membalik foto tersebut, yang ketika terjatuh ia keebalik sehingga tidak terlihat foto siapa itu.Alex dengan hati-hati membalik foto tersebut agar ia tidak terkena pecahan kaca tersebut, ketika ia membalik foto tersebut betapa kagetnya ia ternyata foto itu adalah foto keluarga Romano.Di dalam foto tersebut seluruh Anggota keluarga Romano sangat lengkap, kakek, nenek, dan juga kedua orangtuanya yang terlihat sangat bahagia. Ia meneteskan air matanya ketika melihat Foto tersebut, karena Alex sangat merindukan mereka semuanya,“Kenapa foto ini ada disini? Bukankah se
“Iya! Ehh maksudku tidak! Dresnya cocok tidak perlu ganti lagi,” ujar Alex, yang terpesona dengan kecantikan istrinya sendiri.“Kau yakin Kura-kura, bahwa aku cocok memakai ini.”“Kenapa kau memanggilku seperti itu! Apa kau ingin menjadi istri yang durhaka!?”Aurora tidak peduli dengan ucapan Alex, akhirnya masuk kedalam ruang ganti. Lalu ia membereskan pakaian miliknya dan memakai dress tersebut. Setelah selesai mereka berdua pergi mencari beberapa pakaian untuk digunakan nanti, Aurora sangat bahagia karena sudah lama ia tidak belanja kebutuhan pribadinya.Alex hanya mengikuti istrinya tersebut dari belakang, dengan di iringi dua pelayan. Aurora membeli perhiasan, minyak wangi, tas, sepatu, dan beberapa Arloji. Semua pelayan kewalahan dengan barang-barang yang di beli Aurora.Setelah selesai dengan pakaian miliknya ia berjalan ke bagian pria, ia mengambil jas dan mengukurkannya dengan Alex, “Sepertinya Jas ini cocok untukmu? Apa kau menyukainya?” tanya Aurora yang masih memegang paka
“Benar! Aku yang melakukannya! Aku Aurora! Kenapa?”“Karena aku sangat membenci Gabriel! Dia sudah menggambil semuanya dariku! Aku sangat membencinya! Sangat membecinya!” ungkap Aurora, dengan menangis.“Puas Pa! Puas! Puas!”Setelah selesai berbicara Aurora pergi meninggalkan mereka semua, Alex yang melihat istrinya pergi dengan menangis mengikutinya dari belakang.Aurora pergi ke taman rumah sakit, ia duduk di kursi tersebut, ia menangis sejadi-jadinya di sana. Alex melihat hal tersebut, ia duduk di samping Aurora.“Kenapa kau melakukannya?” ucap Alex tiba-tiba.“Apa alasanya, aku tidak menyangka kau melakukan hal itu Aurora. Kenapa kau menjadi wanita yang jahat seperti ini?” tanya Alex.Aurora menghapus air matanya, ia menegakkan kepalanya, lalu menatap tajam Alex yang duduk di sampingnya itu.Mereka berdua saling menatap, ada rasa kecewa di dalam hati Aurora. Karena Alex begitu muda percaya dengan apa yang sudah ia katakan, padahal beberapa hari ini mereka berdua selalu bersama.“
"Jika masih ada dari kalian yang melakukan hal itu, kalian akan tau apa akibatnya, aku tidak peduli siapa kalian!” ucap Alex, lalu pergi masuk kedalam ruangannya.“Gila, direktur sepertinya lagi kesal dan juga emosi! Tapi dia tetap tampan dan juga cool!”“Husstt! Diamlah jangan berisik!”Alex masuk kedalam ruangan dengan sedikit kesal, sekretarisnya yang menggantikan Aurora terlihat sangat gugup ketika dekat dengan Alex. Ia takut jika bosnya itu akan memarahinya.Ia berjalan dengan pelan-pelan untuk meminta tanda tangan Alex, dengan sedikit gemetaran ia memberanikan diri.“Direktur ini beberapa dokumen yang belum di tanda tangani oleh anda,” memberikan dokumen tersebut.Alex mengambil dokumen tersebut lalu menandatangani semuanya, “Terima kasih direktur,” ucap Sekretaris tersebut, lalu pergi dari ruangan Alex.Sekretaris itu sangat gugup, ia berkeringat dingin. Padahal menjadi seorang sekretaris di perusahaan Zucca sudah menjadi cita-citanya, tetapi ketika ia menjadi bawahan Alex ia m
“Apa lagi yang kau rahasiakan dari Mama? Apa ada sesuatu?” tanya Victoria kepada putrinya itu.“Nanti saja Ma, aku lapar. Ayo kita makan, setelah itu nanti Gabriel akan cerita semuanya kepada Mama!” “Baiklah, jangan sampai kamu bohong?”Mereka berdua akhirnya, pergi menuju meja makan. Di sana sudah ada Alano dan juga Alex yang menunggu putri kedua dan istrinya itu.Melihat pandangan Alano mengarahkan ke mereka berdua, Victoria sedikit lebih cepat mendorong kursi roda itu. Sehingga mereka dengan cepat sampai ke meja makan.Semua orang hanya diam, ketika lauk pauk dan beberapa cemilan di hidangkan. Makanan kesukaan Gabriel juga di hidangkan, ketika ingin makan Alex tiba-tiba teringat dengan Istrinya Aurora.‘Apa dia sudah makan sekarang? Dimana sebenarnya dia pergi?’ batin Alex, lalu melanjutkan makan.“Terima kasih Ma, makanannya enak banget.”“Iya sayang, sekarang kamu makan yang banyak. Biar sehat, dan tidak menyusahkan Mama dan Papa!” ucap Victoria, menekankan ucapannya.Alano pura
“Kenapa?!”“Aurora! Kenapa harus kau yang melakukannya!” ucap Alex, dengan menangis ia tidak bisa berkata-kata lagi.“Kenapa harus dia yang menyetir pada saat kecelakaan itu!”Alex tidka tau harus berbuat apa lagi, ia juga tidka menyangka kecelakaan yang terjadi kepada kedua orang tuanya pada saat itu penyebabnya istrinya sendiri, Aurora.Ia di dalam ruang kemarnya sendirian, ia melihat ada wine yang masih tersisa di atas meja. Ia mengambil wine tersebut lalu meminumnya. Keadaan Alex sudah kacau, ia tidak sadar dengan dirinya pada saat ini.“Sepertinya Mama berhasil membuat Alex sadar, jika Aurora itu wanita yang jahat!” ucap Gabriel, yang melihat Alex sudah mabuk di kamar tersebut.Ia membuka sedikit lebih lebar pintu kamar tersebut, “Kak Alex, apa kau butuh bantuan?” tanya Gabriel, yang mendorong sendiri kursi roda.‘Aku harus mencari kesempatan, untuk mendapatkan hatinya Kak Alex,’ batin Gabriel, yang sudah berada di samping Alex.Alex yang maish mabuk sedikt sadar jika ada wanita
“Iya sayang, Mama punya rencana bagaimana untuk mengusir wanita itu dari keluarga Zucca!” ucap Victoria.“Bagaimana caranya Ma? Kita jangan gegabah lagi Ma?” ucap Gabriel mengingatkan Victoria, sang Mama.“Tenang saja semua itu tidak akan terjadi,” ungkap Victoria.Sementara di sisi lain, Genaro dan juga Florenza baru saja bertengkar hebat. Mereka berdua salah paham dengan apa yang sudah terjadi.Genaro yang cemburu melihat kekasihnya bersama pria lain, dan Flo menganggap laki-laki itu hanya teman. Perbedaan pendapat itulah yang membuat mereka berselisih paham.“Apa kau cemburu dengan dia? Hah!” tanya Flo, kepada kekasinya itu, Genaro.“Apa kau tidak merasa bersalah! Kau bersama dengan laki-laki bajingan itu Flo! Dan aku tidak suka!” teriak Genaro kepada Florenza, kekasihnya.Prang! Prang!Mereka masih terus berdebat, suara beda jatuh akibat lemparan dari Genaro yang hampir mengenai wajah Flo. Ia hanya bisa menghindar agar tidak mengenai tubuhnya.Flo masih terus berusaha untuk membua
“Jika bukan kau siapa lagi? Di sini hanya ada kalian berdua!” “Tapi, aku benar-benar tidak melakukannya! Tanyakan saja padanya apa yang sudah terjadi?” ucap Aurora, dengan menunjuk kearah Gabriel yang masih berakting.Alex menatap Gabriel yang terlihat kesakitan, ia tidak tega dengan kondisi Gabriel sekarang. Aurora yang merasa di sudutkan oleh Gabriel sangat marah, tidak terima akan hal tersebut.Dassar tidak tau malu!Aurora tau jika Gabriel hanya pura-pura kesakitan, dengan begitu ia mendapatkan simpati dari Alex suaminya itu. Setelah beberapa detik, Gabriel memberitahu Alex jika Aurora yang sudah mendorongnya sehingga terjatuh dari kursi rodanya.Sungguh wanita yang munafik!“Fitnah! Gabriel apa yang sudah kau katakan! Aku sama sekali tidak melakukannya!” ucap Aurora, yang mulai semakin emosi, dengan sikap Gabriel seperti itu..“Kak Aurora! Maafkan aku, aku tau salah dan akan memperbaiki semuanya, hiks … hiks … tapi tolong jangan memfitnahku seperti
"Dasar anak tidak tau diri! Beraninya kau membentak ku, setelah apa yang sudah kau lakukan kepada kita semua?” ucap Allano dengan lantang dan keras.“Maksud Papa?” tanya Aurora yang masih tidak mengerti.Terlihat wajah kesal Allano kepada putrinya itu, ia sungguh sudah muak melihat wanita tersebut. Aurora pura-pura atau hanya memang tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Allano.Tanpa basa basi lagi, Allano menarik tangan wanita tersebut. Ia membawa wanita itu kelantai atas, lalu ia melempar wanita itu masuk kedalam ruangan yang rahasia. Dimana ruangan itu tidak pernah dibuka selama sepuluh tahun.“Papa… ruangan apa ini? Kenapa Papa membawa Aurora kedalam ini?” Aurora terus bertanya-tanya sang Papa, tetapi laki-laki itu menjawab apapun.“Kau akan menerima hukuman sesuai dengan peraturan keluarga Zucca!” ucapnya dengan tegas, tanpa melihat kearah wanita itu.“Papa….!”“Diam!”Allano melepar sebuah buku kearah putrinya tersebut, disana banyak aturan-aturan yang tertulis untuk keluarg
"Kenapa... k-kau peduli padaku!" tanya Aurora, ketika Genaro memeluk tubuhnya itu.“Kau… mengingatkan aku kepada seseorang di masa lalu! Sudahlah, tidak perlu bertanya lagi. Sekarang aku tidak akan mendengarkanmu!” ungkapnya.Setelah mendengar ucapan dari laki-laki tersebut, Aurora menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan hangat itu. Ia merasa lebih baik, karena ada orang lain yang peduli padanya.Di sisi lain, Gabriel mengambil beberapa foto pelukan dan bersamaan yang terlihat romantis itu. Ia akan menggunakan itu sebagai alat untuk membuat Aurora dan juga Alex berpisah, dan tidak akan bersama untuk selamanya.“Foto ini akan berguna untukku, sebentar lagi kau akan benar-benar sendirian Aurora! Tunggu saja!” ungkapnya, penuh dengan senyuman licik.“Apa kau sudah selesai melakukannya, jika ia ayo kita pulang sekarang?” ucap Victoria kepada putrinya itu.Mereka berdua pergi dari makam tersebut, sehingga hanya tersisa mereka berdua. Aurora sungguh sangat sedih, ia tidak tau apa yang akan
“Kehilangan seseorang yang sangat disayangi, sungguh sangat sakit Dok! Hiks… hiks…!” ucap Aurora kepada Dokter tersebut, dengan menangis sesegukan.“Nona… jangan bersedih, setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepada Tuhan-Nya!” mencoba untuk menenagkan Aurora.Dalam runagan tersebut sungguh sepi. Sehingga suara tangisan Aurora terdengar dengan jelas. Ia mencoba untuk menenangkan dirinya. Tetapi, tetap saja tidak berhasil.Dokter tersebut masih menemani wanita malang itu, ia menghapus air mata wanita itu yang terus mengalir. Ia sungguh prihatin melihat Aurora. “Nona, apakah saya perlu memanggil keluarga anda?” tanya dokter tersebut. “Mungkin mereka bisa menjaga dan menghibur anda,” ucapnya.“Tidak perlu dok, saya tidak apa-apa. terima kasih Dok, sudah menenangkan hati saya,” ucap Aurora berterima kasih.Dokter tersebut pergi meninggalkan Aurora yang masih berdiam di dalam ruangan tersebut. Aurora menatap dirinya sendiri, yang seperti orang gila.Begitu banyak hal sudah terjadi, har
“Cukup Gabriel! Jaga ucapan mu itu, jangan sampai tangan ku ini menampar mu lagi,” teriak Aurora, ia sangat marah dengan perkataan Gabriell.“Apa! kau mau mengancamku! Aku tidak pernah takut padamu Aurora! Bagiku kau hanyalah seekor semut yang tidak berguna!” jawab Gabriell.“Sudah cukup!”Allano benar-benar sakit kepala melihat kedua putrinya itu terus bertengkar, tidak ada satupun dari mereka yang ingin mengalah. Bahkan pada situasi seperti sekarang juga mereka maasih terus berdebat.Alex hanya diam saja, ia tidak ingin ikut campur urusan keduanya. Meskipun ia masih suaminya Aurora, tetapi setiap orang memiliki privasi dan juga kehidupan yang tidak semua orang tau.“Apa kalian berdua tidak malu hah! Lihatlah siapa wanita yang terbaring itu… dia ibuku… dan juga nenek kalian…,” ucap Allano.“Sekarang terserah kalian berdua saja! Aku akan kerumah sakit,” pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana.Alex mengikutii sang Papa mertua untuk pergi kerumah s
"Nenek… apa yang harus Aurora lakukan? Bagaimana… Aurora menjelaskan semuanya! Hiks!""Aurora akan membawa nenek pulang! Kita pulang ya Nek!" Ucap Aurora, berusaha menggendong wanita yang sudah tidak bernyawa itu.Wanita muda itu frustasi, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia sudah kehilamgan orang yang sangat ia sayang. Begitu cepat waktu berlalu.Aurora mengambil telponya lalu menelpon nomor seseorang. Ia, orang itu adalah suaminya sendiri, Alex."Pa… Aurora memberitahu ku… k-kalau nenek meninggal!" Ucap Alex dengan hati-hati, ia takut Allano kaget."Apa yang kau katakan Alex, becanda mu tidak lucu, menantu!" Jawab Allano, dengan raut wajah tersenyum tidak mempercayai perkataan sang menantu.Alex terdiam tidak bicara apa-apa lagi. Ia masih membeku di samping Allano yang sibuk dengan pekerjaannya. Sesaat kemudian, Alano sadar mungkin apa yang di katakan menantunya itu bener. Ia berdiri sejajar dengan Alex, lalu menatap laki-laki itu."Apa yang kau katakan itu bener Alex? Kau tidak.
"Kita tidak bisa melawan mereka semua? Wanita itu meminta bantuan dari luar! Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanua salah satu pelayan tersebut, mereka sangat panik dan juga gelisah."Tidak ada pilihan lagi! Ayo kita lawan mereka semuanya!""Iya... kita hanya bisa melawan sekarang! Jika kita gugur itu lebih baik... daripada kita pergi!" Ucap sang nenek, kepada para pelayan-nya tersebut.Mereka pergi keluar dari kamar itu, Nenek mengambil pistol yang selalu tersedia di setiap kamar. Ia mengisi peluruh, lalu menembakan kearah musuh-musuhnya itu.Dor! Dor! Dor!Suara genjatan tersebut mengelilingi Villa itu, seoalah-olah sebuah pertunjukan. Semua para bodyguard di rumah hanya tersisa sedikit begitu juga para pelayan."Hallo... wanita tua bangka!" Sapa Flo, ketika mereka slaing berhadapan dengan menodongkan senjata."Dasar wanita Iblis... kau akan di hukum dengan apa yang sudah kau perbuat!" Ucap sang nenek.Dor! Dor!Mendengar ucapan hukum, Flo sangat marah. Ia melayangkan 2 tembak
"Maafkan kami Nona... setelah bangun tidur Nenek sudah seperti ini! Dia banyak diam dan juga meminta ada orang yang selalu berada di sampingnya," ungkap pelayan tersebut kepada Aurora."Pasti ada yang salah! Nenek kamu kenapa? Apa ada yang salah atau nenek sakit? Apa Sekarang nenek dalam situasi bahaya," Aurora bertanya, berharap ada jawaban dari sang Nenek.Aurora binggung dan tidak tau apa yang akan di lakukan, namun, dia tidak ingin meninggalkan nenek sendirian.Flo sangat senang melihat Nenek tua bangka itu menderita, padahal ia belum memulai rencannanya. Tetepi, sang nenek sudah mulai tidak sehat.'Kalau sudah tua bangka, aku tidak perlu menyakitinya lagi. Tapi... kenapa dia tidak langsung mati saja!' Batin Flo, ketika memandang Aurora yang bersama dengan sang Nenek."Nenek ayo istirahat di kamar! Aurora akan menemani nenek."Aurora memapah sang nenek menuju kekamarnya, nenek terlihat seperti orang yang kebinggungan dan tidak tau arah. Namun, terkadang dia terlihat normal-normal
“Bagaimana dengan wanita sialan itu, aku sungguh muak melihat mukanya Ma!” ucap Gabriel, kepada sang Mama.“Kau tidak perlu khawatir sayang! dia pasti akan mama singkirkan! Sekarang pikirkan dulu kebahagian mu!” ucap Victoria, kepada putri kesayangannya tersebut.Mereka berdua sunguh tidak tahu malu, Victoria melakukan berbagai cara untuk menyingkirkan Aurora.Sementara, Aurora akan terus berusaha tetap bertahan. Ia tidak ingin semua hak miliknya di ambil ahli oleh wanita ular tersebut."Firasatku tidak enak! Apa akan terjadi sesuatu kepada Nenek. Jika aku menghubunginya, pasti dia tidak akan menerima telponku!" "Besok aku akan bertemu Nenek, harus di pastikan dia baik-baik saja."Matahari mulai bersinar, dari jendela yang tirainya tidak tertutup. Wajah tampan Alex begitu bersinar ketika sinar matahari pagi berhasil menembus kaca jendela tersebut. Sudah saatnya ia bangun, karena hari sudah pagi.Ketika melihat jam di handphone-nya, Alex segera bergegas menuju kamar mandi. Hari ini,
“Bunuh dia! Apapun itu, ambil nyawanya!” “Ma. Apa Mama yakin dengan ucapan, Mama?” tanya Genaro, untuk memastikan ucapan sang Mama-nya tersebut.“Iya. Tidak ada kata-kata yang lain, yang ingin Mama dengar, Genaro!” ucap Lettizia, menekankan suaranya. Sehingga terdengar sedikit bernada marah, dan menyeramkan.Genaro tidak habis pikir dengan rencana Mama-nya untuk membunuh wanita tua itu. Sepertinya sang Mama benar-benar ingin menghabisi wanita itu.Flo juga kaget dengan apa yang di ucapkan oleh Lettizia. Meskipun dia suka membunuh orang, tetapi tidak untuk seorang Nenek tua bangka yang tidak bisa melawan itu. Bukankah itu di namakan pecundang, ketika hanya bisa melawan orang-orang lemah tidak berdaya.“Tante! Apakah tante yakin dengan keputusan ini?” tanya Flo dengan sedikit ketakutan, menyinggung perasaan Lettizia.“Iya saya yakin! Aku hanya ingin wanita tua bangka itu mati! Meskipun dia mati, rasa sakit hatiku tetap saja tidak akan bisa hilang!” ungkap Lettizia.Mendengar ucapan it