Bab 16
ku sengaja menunggu Mas Farel didepan Rumah Sakit tempat Mas Farel akan mengantar orang misterius itu kontrol.
Siapa orang berinisial' A' itu, apakah Mbak Riana atau ada perempuan lain?
Lalu siapa, apa mantan Mas Farel?
Ada siapa wanita yang berhubungan denganmu Mas?Pertanyaan demi pertanyaan itu terus melintas di benakku. Harusnya dulu aku tak menerima Mas Farel begitu saja sebelum aku mengenalinya dan masa lalunya.
Namun,beruntunglah tadi malam aku diam-diam mencatat alamat Rumah Sakit yang dikirim ke kontak Mas Farel oleh wanita misteri itu.
Aku juga sengaja sedikit mengubah penampilan dengan memakai kaca mata hitam dan juga topi yang bisa menutupi wajahku agar tak mudah dikenali oleh orang lain.
"Lama amat sih mereka?"gumamku.Mobil sengaja aku titipkan di tempat penitipan di luar Rumah Sakit dan aku kesini naik motor yang aku sewa disebuah rental agar tak mudah dikenali.
Bab 17Bu Guru, ngapain di sini?"Aku terkejut ketika sebuah suara memanggilku dan saat aku menoleh tampak Tasya dan Mbak Riana.Ya Tuhan, kalau Mbak Riana dan Tasya ada di sini lalu perempuan dan anak kecil yang bersama Mas Farel itu siapa?Setelah melihat Mas Farel dan perempuan itu menjauh, aku yang merasa ribet memakai topi dan kacamata hitam, melepas dua benda itu, sehingga Mbak Riana dan Tasya dengan mudah mengenaliku tadi."Bu Guru ngapain di sini, Bu Guru sakit?""Enggak sayang, tadi Bu Guru cek up saja.""Cek up, cek up apa Bu?" tanya Mbak Riana."Cuma medikal cek aja kok Mbak, sudah lama gak lihat kondisi badan.""Ouh, terus sehat kan?""Alhamdulilah sehat Mbak. Lho Tasya, Papanya mana?""Papa nunggu di dalam Bu Guru.""Wah padahal Bu Guru pingin banget ketemu Papa Tasya lho.""Tadi Papanya ada urusan sebentar Bu Guru, jadi berangkat dulu
Bab 17Bu Guru, ngapain di sini?"Aku terkejut ketika sebuah suara memanggilku dan saat aku menoleh tampak Tasya dan Mbak Riana.Ya Tuhan, kalau Mbak Riana dan Tasya ada di sini lalu perempuan dan anak kecil yang bersama Mas Farel itu siapa?Setelah melihat Mas Farel dan perempuan itu menjauh, aku yang merasa ribet memakai topi dan kacamata hitam, melepas dua benda itu, sehingga Mbak Riana dan Tasya dengan mudah mengenaliku tadi."Bu Guru ngapain di sini, Bu Guru sakit?""Enggak sayang, tadi Bu Guru cek up saja.""Cek up, cek up apa Bu?" tanya Mbak Riana."Cuma medikal cek aja kok Mbak, sudah lama gak lihat kondisi badan.""Ouh, terus sehat kan?""Alhamdulilah sehat Mbak. Lho Tasya, Papanya mana?""Papa nunggu di dalam Bu Guru.""Wah padahal Bu Guru pingin banget ketemu Papa Tasya lho.""Tadi Papanya ada urusan sebentar Bu Guru, jadi berangkat dulu
Pov Riana bab 19Pov Riana[Nanti aku tunggu di dalam Rumah sakit saja, sepertinya Dia mulai curiga] chat dari Mas Farel.[Dia gak marah kan Mas?][Entahlah, pokoknya aku gak mau hubungan kita diketahui Ane. Aku gak mau kehilangan Dia][Iya Mas, kamu tenang saja]Ku tutup ponselku setelah selesai chat dengan Mas Farel. Sebagai istri pertama, jujur aku gak bisa terima diperlakukan seperti ini. Namun, aku tak berdaya.Apalah dayaku yang hanya menikah secara koboy dengan Mas Farel, sebuah pernikahan yang tanpa diketahui orang lain.Sebuah pernikahan rahasia tanpa surat-surat yang syah bahkan tak ada satupun keluarga Mas Farel tahu kalau adalah istri Mas Farel.***Semua ini berawal dari tujuh tahun yang lalu.PrakKubuang benda pipih berwarna perak yang menunjukkan dua garis lurus itu, lututku gemetar, seketika aku terduduk di tepi dinding kamar mandi.
Pov Riana2Bab 20Kamu tahu gak Sayang, wajahmu bulat seperti rembulan, bundar, putih kek kuntilanak," ujar Farel terkekeh.Akibat mabuk Farel meracau tak karuan, kadang menangis, kadang tertawa bahkan kadang juga marah..Sebenarnya Farel tinggal di kontrakan dengan seorang temanya. Namun, yang aku tahu temanya itu sekarang sedang pulang kampung, untunglah Farel masih ingat di mana dia meletakkan kunci rumahnya kalau tak entahlah bagaimana kami masuk rumah, mungkin kami akan tidur diluar.Kupapah tubuh Farel ketempat tidur dan membantunya berbaring."Sayang, kamu mau kemana?"Farel menarik tanganku saat aku akan pergi meninggalkanya."Aku mau pulang Rel, ini sudah malam nanti Ibuku nyariin," ujarku panik. Ada sedikit rasa menyesal di hati ini, kenapa aku mengantarkan Farel sampai disini?Bagaimana kalau dia nanti macam-macam nantinya?
huek, huekAku segera berlari kekamar mandi saat aku merasakan seluruh isi perutku seperti hendak keluar.Sesampainya di kamar mandi aku segera memuntahkan isi perutku, namun yang keluar hanyalah cairan bening bercampur liur."Kamu kenapa Ri?" tanya Ibuku."Entahlah, Bu, sepertinya aku masuk angin.""Sini! ibu kerokin."Akupun segera melepas pakaianku dan memberikan minyak angin dan juga koin karena jika masuk angin aku terbiasa dikerok oleh Ibuku, cara ini terbukti ampuh untuk mengatasi masuk angin.Beberapa hari setelah kejadian itu, selera makanku menurun, bahkan aku sering mual jika mencium bau-bauan yang menyengat. Tubuhku juga lemas dan sering mengantuk dipagi hari."Kamu kok seperti orang hamil muda saja Ri, pagi- pagi makan mangga muda," tegur ayahku saat melihatku makan mangga muda. Entah kenapa air liurku menetes saat melihat mangga muda dihalaman rumahku."Iya, gak sakit nanti perut k
Bab 21Pov Rianaov Riana 2"Apa maksud kamu Rel?""Ya bisa saja kan itu bukan anak aku, memang siapa bisa jamin kalau itu anakku, bisa saja kan setelah berhubungan denganku, kamu melakukannya dengan pria lain. Siapa bisa jamin?"PlakFarel mengusap pipinya yang merah akibat tamparanku bahkan dia sedikit meringis menahan perih, tapi itu tak seberapa dibanding dengan sakit dihatiku ini. Farel telah menggores luka namun tak berdarah tapi sakitnya luar biasa, bagai pisau yang di hujam ke dada, lalu tembus ke jantung dan merembet ke paru hingga nafasku susah untuk bernapas.Kutatap nyalang pada Farel dengan napas yang tersengal dan dada yang bergelombang, "Kamu pikir aku murahan, hah! Sehingga dengan gampangnya menyerahkan harta berhargaku pada lelaki."Kutunjuk wajah Farel dengan emosi yang masih menggebu-gebu, " Ingat, kalau kamu tak mau bertanggung jawab, aku akan laporkan kamu ke polisi!"
Bab 22"Aku hanya akan mengakui Dia anakku setelah ada tes DNA.""Tapi Rel, aku ingin kamu menemaniku. Aku sedang kontraksi sekarang.""Aku bilang gak mau ya gak mau!" kata Farel dengan nada tinggi.Luruh sudah air mataku mendengar ucapan Farel, sakit akibat kontraksi di perutku bahkan tak bisa mengalahkan rasa sakit di hatiku akibat ucapan tajam yang melukai hati dari mulut Farel. Entah dimana hati nuraninya sebagai seorang suami, dimana tanggung jawabnya."Aku ingin tes DNA," ujar Farel begitu anak kami lahir.Ya Allah, bahkan laungan adzan pun belumpun dia lantunkan, sudah membahas DNA.Ku usap lembut kepala anakku yang masih merah itu lalu kucium keningnya."Adzani dulu Rel!" pintaku pada Farel.Dengan ekspresi wajah terpaksa, Farel mengambil bayi kami dari pangkuanku. Sedetik kemudian lantunan indah suara Farel yang mengumandangkan adzan, terdengar merdu.***
ab 13 Penolakan Ane"Ya, tadi Dia kesini, Mas tenang saja semuanya berjalan dengan baik. Dia juga gak curiga lagi kok."Kata-kata Mbak Riana itu masih terngiang di telingaku.Ya Allah, apalagi ini?Apa mungkin memang antara Mbak Riana dan Mas Farel memang ada sesuatu yang di sembunyikan, atau mereka memang besekongkol mempermainkan aku, tapi kenapa tadi ekspresi Mbak Riana biasa saja saat melihatku, tak ada rasa kuatir maupun tegang ketika melihatku.Ku sandarkan kepalalu di mobil, kepalaku sungguh berat seperti sedang memikul ribuan ton beras di atasnya.Ya AllahMasalah satu belum selesai di tambah lagi masalah lain, kenapa suamiku menyimpan begitu banyak teka-teki yang membuat kepalaku pusing begini ya Allah.---"Kamu dari mana saja sayang?"Mas Farel seperti biasa mengembangkan senyuman saat aku datang, Dia menayaiku dengan lembut.Aku hanya melirik sebentar, j
Bab 25 Pulanglah Sayangpov FarelAsalamualaikumSenyap, tak ada jawaban atas salamku. Entah kemana Nara pembantuku, mungkin Dia sedang asyik bekerja di belakang sehingga tak mendengar salamku.Ku rebahkan bobot tubuhku di sofa, menatap sekeliling ruangan.SepiTak ada lagi suara Ane istriku yang menjawab salamku walau kadang kedengaran terpaksa, tak ada lagi Dia yang menyambutku walau tiada lagi senyum untukku.Pulanglah Sayang!Aku merintih di dalam hati, sungguh aku rapuh tanpa istriku. Tak kupedulikan lagi penampilanku walau teman-temanku bilang aku sekarang lebih tua dari umurku dengan rambut yang tak beraturan di wajahku, rambut yang tak lagi klimis dan ku sisir asal tiap pergi kekantor wajah juga kusut tak lagi ceria.
Bab 24 Inalilahiwainalilahirojiun"Terus kamu percaya begitu saja pada Riana?"Aku mengangguk lemah membuat Arin menggeleng beberapa kali."Temui Luciana! Minta penjelasan darinya, jangan hanya menilai masalah dari sebelah pihak saja!"Aku gak tahu rumah Luci Rin.""Nanti kita cari sama-sama," ujar Arin."Tapi kamu jangan tanya Mas Farel!""Kenapa?""Bisa saja kan nanti Mas Farel bersengkongkol dengan Luci untuk membodohiku."Arin menggeleng ," Ane, ane kalau sama Riana, setiap ucapannya kamu telan mentah-mentah, giliran sama Farel yang notabenenya suamimu kamu ragu," ujar Arin.Mendadak kepalaku pusing dan perutku sedikit mual."Ahh..," rintihku sambil me
Bab 23 Awas Kau Luciana!Pov RianaAku tersenyum puas setelah mengirim video mesra Farel dan Luciana mantan tunangnya. Mereka berada di sebuah kafe di samping Rumah Sakit tempat aku terapi.Sengaja aku mengikuti Farel saat akumelihatnya bersama Luci"Sasaran empuk ni," gumamku. Aku lalu diam-diam merekam mereka dari tempat yang mereka tak ketahui.Aku tahu Ane adalah wanita lemah yang dengan mudah aku pengaruhi dengan kata-kata yang aku goreng secara sempurna agar Dia kasihan padaku. Aku yakin setelah ini mereka akan perang.Aku tersenyum miring membayangkanya."Salah kamu Ane, kamu terlalu lugu jadi wanita," gumamku.Beberapa saat setelah video kukirim aku mendapat pesan dari Ane.[Ini ka
Bab 22 Jangan Bodoh Ane!"Ane!"Saat aku sedang asyik mengingat Mas Farel aku dikejutkan oleh sebuah suara. Aku pun menoleh ke arah sumber suara."Mbak Riana.""Kamu ngapain di sini?""Mau makan Mbak, oya kenalkan Mbak ini Arin temanku."Arin mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan Mbak Riana."Bu Guru.""Hai sayang," ujarku pada Tasya. Anak itu berlari kepelukanku saat aku mengembangkan tangan. Ada rasa rindu padanya setelah beberapa hari gak ketemu."Kamu dari mana sayang?""Dari bimba di jemput Papa sama Mama."Hatiku berdesir lirih takut kalau-kalau Mas Farel muncul
Bab 21 Separu jiwaku PergiPov Farel"Aku sudah gak papa, nanti malam giliran Mas pergi ke rumah Mbak Riana, Tasya pasti sudah rindu sama Mas.""Tapi Mas ingin menemanimu," ujarku lembut.Suami mana yang tega meninggalkan istrinya yang sedang mengandung dan dalam keadaan lemah seperti itu. Hatiku bagai teriris tiap melihatnya muntah, lemah dan tak berdaya seperti itu. Sempat terpikir olehku untuk menggugurkan saja kandungan istriku, dari pada melihat istriku menderita seperti itu.Tubuhnya kurus, wajahnya pucat bahkan selalu muntah tiap dia memakan sesuatu. Ingin ini muntah ingin itu muntah, apa memang begini kalau wanita sedang mengandung."Wanita hamil memang seperti itu Le, Ibu juga dulu seperti itu. Itu bawaan bayi, jika sudah tiga atau empat bulan juga akan baik sendiri," ujar Ibuku lembut saat aku mengadu tentang kekawatiranku
Bab 20 Aku Menyerah"Ya Allah," gumamku sambil menutup mulutku begitu video kuputar. Aku lihat Mas Farel sedang berada di mall dengan luciana dan anaknya dan mereka tampak sedang berbahagia seperti sebuah keluarga.Kali ini aku sudah tak tahan lagi, aku harus segera pergi dari sini.[Ini kapan Mbak?] chatku pada Mbak Riana.[Tadi Dik][Ya Alah Mbak, jadi Mas Farel gak antar Mbak terapi?][Tiap terapi juga Mbak sendiri Dik, jujur Mbak sudah gak tahan tapi Mbak bisa apa, dengan kondisi Mbak sekarang ini, Mbak gak mungkin bisa menghidupi Tasya, jangankan menghidupi Tasya Dik, menghidupi diri sendiri pun Mbak tak mampu]Ya Allah luruh air mataku membaca pesan dari Mbak Riana, aku mencoba menempatkan diri ini pada posisi Mbak R
Bab 19"Riana sakit kanker hati akibat komplikasi dari sakit hepatitis. Dan kamu tahu sistem penularanya lewat apa? Lewat sperma, tahu gak kamu!" ujar Mas Farel dengan nada tinggi, matanya tajam menatap kearahku."Maksudnya, Mas?""Coba pikir kalau aku sehat, lalu bagaimana dia bisa tertular?""Maksud Mas, Mbak Riana melakukan hubungan sexsu*l dengan pria lain?""Iya, Dia menjebakku, Dia sudah hamil saat aku melakukannya padanya, Dia juga memberiku obat perangsang di minumanku malam itu. Tujuan Dia adalah agar aku bisa dikambing hitamkan atas perbuatanya.""Kejam!""Iya, sekarang kamu tahu kan, Riana itu cuma manis di mulut, kelihatan baik tapi hatinya busuk, itu kenapa aku melarang kamu memakan makanan dari Dia. Bisa saja Dia memasukkan obat tertentu yang membaha
Bab 34"Ini Rumah Sakit tau gak! Banyak orang sakit ! Kenapa teriak seperti itu," ujar Mas Farel dengan mata yang masih mendelik menatap Tasya, bocah itu sembunyi di balik tubuh Mbak Riana, bibirnya gemetar, sepertinya dia ketakutan dengan ulah Papanya.Keterlaluan!"Mas!" kataku menatap tajam Mas Farel, sungguh aku tak suka caranya menegur Tasya. " Kok kamu kasar begitu sama anak," ujarku kesal."Gak papa dik, memang Tasya yang salah kok. Tasya minta maaf sama Papa!" seru Mbak Riana bernada perintah pada Tasya putrinya.Tasya tampak takut-takut mendekati Mas Farel " Tasya minta maap Pa," ujarnya dengan suara bergetar dan sedikit terbata."Lain kali jangan di ulang lagi!" kata Mas Farel dengan nada dingin. Bahkan dia juga seperti enggan menatap Tasya anknya._____________Beberapa saat kemudian,Mbak Riana akhirnya pamit pulang setelah beberapa lama menemaniku, kami cerita banyak hal, selama itu pula aku lihat sikap Mas Farel
Bab33Gak Mas, kalau Mas gak mau bersikap adil, lebih baik aku mundur. Ceraikan aku!'Ku tatap Mas Farel yang tampak terkejut, pundaknya berjengkit, mulutnya sedikitterbuka. Namun, segera menutup kembali."Baiklah kalau itu maumu, aku akan ceraikan kamu sekarang juga,"Jujur aku terkejut saat Mas Farel dengan entengnya bilang soal perceraian padaku seolah tanpa beban. Seperti benar kata orang, lelaki itu hanya manis di bibir saja."Aku akan ceraikan kamu tapi langkahi dulu mayatku, lebih baik aku mati dari pada aku harus pisah dari kamu!" ujar Mas farel menatap nanar ke arahku.Aku hanya diam dan tak menunjukkan reaksi apapun dengan kata-kata Mas Farel itu, mungkin harusnya aku merasa teruja dengan ungkapannya tapi tidak untuk saat ini, hatiku sudah terlanjur hambar untuk merasakannya.Luka akibat kebohongan Mas Farel sudah menggores hatiku sangat dalam yang bahkan tak kan mungkin bisa hilang bekasnya&nbs