"Singkirkan tanganmu atau aku akan menciummu sekarang juga"Mendengar ucapan Calvin, refleks Rachel langsung menutup mulutnya. Calvin yang sudah menduga hal tersebut langsung memanfaatkan situasi dan meletakan kompresan di dalan baju Rachel.Gadis itu mendelik kaget saat merasakan sentuhan tangan Calvin di kulit perutnya. Tiba-tiba saja ia merasa suhu kamar menjadi sangat panas."Tidak perlu gugup, aku suamimu sekarang" ujar Calvin saat merasa tubuh Rachel menegang."Kita suami istri kontrak" ujar Rachel sambil memalingkan wajahnya. Ia enggan melihat adegan Calvin mengompres perutnya."Tapi kita sah di mata hukum dan agama" Rachel mendengus kesal saat Calvin mengucapkan hal tersebut. Pria itu memang tidak salah hanya saja Rachel masih belum bisa menerima bahwa sekarang dirinya berstatus istri orang."Tidur saja, panggil aku jika ada yang kau butuhkan. Besok kau tidak perlu masuk kerja aku akan mengajukan cutimu ke tim pemasaran." Calvin berdiri lalu meninggalkan Rachel sendirian di kam
"Siapa Mr. Joe?" Rachel menjerit kaget saat tiba-tiba Calvin muncul di belakangnya. Gadis itu melirik jam dinding dan sedikit heran pria itu sudah pulang sebelum tengah malam."Bukan siapa-siapa dia hanya mantan atasanku waktu magang" jawab Rachel. Calvin hanya mengangguk-anggukan kepala dan lalu membuka jasnya."Kau sudah makan malam?" pertanyaan basa basi dilontarkan Rachel agar suasana tidak terlalu canggung. Ia mencoba untuk bersikap lebih baik pada Calvin karena pria itu kemarin sempat merawatnya."Belum, kau sendiri bagaimana?" Rachel menjawabnya dengan gelengan kepala. "Aku akan minta chef untuk masak kalau begitu" Rachel menahan lengan Calvin. Gadis itu menggelengkan kepalanya lalu tersenyum."Sebagai ucapan terima kasih kemarin kau sudah merawatku, bagaimana kalau aku traktir makan malam di luar?" Calvin mengerutkan dahinya bingung."Boleh saja, kebetulan ini belum terlalu malam." segera saja Rachel berdiri lalu pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap."Tunggu 5 menit ya!" s
Mobil sedan mewah Calvin terparkir di pinggir jalan. Pria itu masih kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Ia masih menyangkal bahwa dirinya muntah dan Rachel sedang membersihkan apa yang baru saja ia muntahkan.Rachel mencoba membersihkan sebisanya, setidaknya sampai kursi pengemudi cukup bersih untuk digunakan kembali sementara waktu. Alat yang tersedia hanya sebotol air mineral dan sekotak tisu."Masih sedikit bau tapi sudah bisa kau gunakan kembali" Rachel memanggil Calvin yang hanya menatap jalan raya tanla melakukan apapun."Sudahlah ini juga salahku, aku yang membawamu ke tempat makan tadi. Maaf ya, aku benar-benar tidak tahu kalau perutmu lemah dengan makanan yang kurang higenis." Rachel mencoba membujuk Calvin. Ia sudah seperti itu sejak tadi turun dari mobil."Pulang naik taksi saja" ketus Calvin membuat Rachel kebingungan. "Sudah terlalu larut untuk cari taksi, di sini juga cukup sepi. Ayo masuk ke mobil jangan malu soal ini aku tidak akan membocorkannya ke siapapun." C
Rachel meregangkan tubuhnya saat sudah selesai mengerjakan seluruh pekerjaan yang ada. Ia menatikan laptopnya lalu membereskan semua barangnya setelah itu ia segera meninggalkan kantor.Sambil berjalan, ia melihat ke layar ponselnya. Dahinya mengerut saat melihat status pesanan gaunnya sudah sampai sejak kemarin tapi ia tidak melihat gaun tersebut. Ia mulai panik pasalnya acara akan diadakan dua hari lagi.Beberapa hari lalu ia menghubungi Mr. Joe untuk meminjam salah satu gaun koleksi milik pria blasteran itu, tapi sayang sekali Mr. Joe sedang berada di luar negeri dan butiknya tutup sementara. Hal itu berhasil membuat Rachel panik dan akhirnya ia memutuskan untuk membeli gaun melalui aplikasi online. Ia tidak punya banyak uang dan ia sudah memilih sebaik mungkin. Rachel memasuki kamarnya terburu-buru. Gadis itu mencoba menemukan paketnya namun nihil. "Kau cari apa?" Calvin memasuki kamar dan menatap Rachel heran. Rachel tidak menjawab. Gadis itu masih sibuk mencari ke segala penju
"Rach, aku minta maaf karena sudah membuang gaunmu sekarang ayo cepat siap-siap" ujar Calvin. Pria itu menatap Rachel penuh harap namun gadis itu masih sibuk dengan laptopnya tanpa sedikitpun menatap apalagi merespon ucapan Calvin.Sudah hampir dua hari Rachel tidak mau bicara dengan Calvin. Tidak. Sebenarnya Rachel tetap berbicara jika memang itu adalah sesuatu yang penting.Calvin menghela nafas."Jangan salahkan aku kalau aku memaksa." ujar Calvin kesal. Melihat Rachel yang masih belum melakukan apapun padahal hanya tersisa 3 jam lagi sampai acara dimulai sukses membuat kesabaran Calvin habis.Rachel harus datang kalau tidak acara itu akan kacau. Calvin benar-benar pening menghadapi Rachel kali ini. Ia sudah mengaku salah tapi entah mengapa gadis itu masih terus memusuhinya."Nyonya Miguel, kami akan membantu anda bersiap" Rachel mendelik kaget saat sekitar 6 orang wanita memasuki kamarnya. Para wanita yang terlihat sangat berpengalaman itu berhasil memaksa ia untuk bersiap. Rachel
"Aku minta maaf." ujar Rachel pelan bahkan suaranya hanpir tidak terdengar. Ia memutuskan untuk meminta maaf pada Calvin karena terlalu emosional perihal pria itu membuang gaunnya. Setelah ia renungkan, ia yakin Calvin melakukan itu demi kebaikan dirinya. Calvin tidak ingin ia dipermalukan dan ingin memberikan yang terbaik. Apalagi ini sekaligus menjadi acara pengumuman pernikahan mereka."Tidak masalah" jawaban datar Calvin membuat Rachel sedikit cemberut. Ia terlalu berharap rekasi Calvin akan berbeda.Perjalanan ditempuh hampir setengah jam dengan kondisi hening. Bahkan Nicky juga tidak berbicara apapun. Rachel hanya menatap ke luar jendela mobil.Pikirannya sedikit terganggu. Hampir semua karyawan membicarakan acara ini. Ia hanya takut dengan perlakuan yang akan ia dapatkan nanti di kantor jika semua orang tahu dirinya adalah Nyonya Miguel.Mobil berhenti dan pintu mobil dibuka. Calvin turun terlebih dahulu dan mengulurkan tanga
"Panggilkan petugas keamanan!" Mata Rachel membelalak. Diana tidak main-main sekarang. Tak bisa dipungkiri Rachel menjadi panik. Aura sudah menghilang mencari petugas keamanan.Benar saja, tidak butuh waktu lama untuk petugas keamanan berdiri di hadapannya."Maaf nona, kami mendapatkan laporan bahwa ada pengunjung yang menghadiri acara tanpa undangan. Bisakah anda memperlihatkan undangan acara ini?" Rachel terdiam mendengar pertanyaan dari petugas keamanan tersebut."Maaf pak, undangan saya ada di pasangan saya" ujar Rachel. Aura dan Diana langsung tertawa meremehkan."Baiklah, mungkin nona bisa menghubungi pasangannya terlebih dahulu." ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Menelpon Calvin juga sepertinya bukan ide yang bagus. Jika Calvin sampai saat ini belum kembali berarti ada sesuatu yang penting yang perlu diurus pria itu."Bagaimana nona?"pertanyaan petugas keamanan itu kembali menyadarkan Rachel. Sepertinya memang tidak ada pilihan lain lagi selain sekarang juga menghub
"Putuskan hubunganmu dengan keluarga Zimmer terutama Xander atau aku akan membatalkan kontrak dan menuntut ganti rugi padamu!"Hati Rachel mencelos saat mendengar perkataan Calvin. Pria itu bahkan tidak repot-repot bertanya pada dirinya mengenai hubungan ia dengan Xander.Rachel memilih untuk diam. Ia tidak mau membalas sepatah katapun. Mobil mereka berhenti di kediaman Miguel dan Calvin langsung pergi begitu saja. Pria itu bahkan tidak menoleh ke arah Rachel sedikitpun.Rachel tidak peduli. Ia keluar dari mobil dan duduk di anak tangga menuju pintu masuk rumah. Dilepaskannya sepatu hak tinggi yang ia kenakan. Rachel meringis kesakitan saat melihat darah mengalir dari kedua kakinya yang tergores oleh sepatu tersebut.Ini semua karena Calvin terus menyeretnya.Seolah belum cukup sampai disana, ia mendapati juga pergelangan tangannya yang membengkak. Rachel menghela nafas pasrah. Ia mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah tanpa peduli kakinya akan kotor
"Bagaimana kondisi kakimu hari ini?" Rachel tersentak saat mendengar suara Calvin."Baik, seperti yang kau lihat aku sudah bisa berjalan sendiri." Rachel menunjukkan kakinya pada Calvin. Ia memang sudah bisa beraktivitas dengan normal lagi setelah 2 minggu istirahat dan pemulihan."Bekas lukanya masih ada." Ujar Calvin saat melihat bekas luka jahitan di kaki Rachel yang masih terlihat cukup jelas."Tidak masalah, nanti juga dia akan memudar." Rachel menjawab sekenanya. Sejak membaca pesan singkat dari Rose malam itu, Rachel sudah membuat keputusan. Ia tidak boleh lagi terbuai oleh perhatian dan semua hal romantis yang dilakukan Calvin.Bahkan ia juga sudah mulai menyiapkan diri jika Calvin mulai mengungkit perceraian dengannya."Kau mau kemana?" Calvin mengerutkan dahinya bingung saat menyadari Rachel sudah rapi dengan pakaian semi formal."Kerja, kau pikir apalagi?" Rachel menjawabnya dengan bingung. Ia sudah lama tidak ke kantor apakah pria itu lupa ka
"Apa aku salah kalau perhatian dengan istriku sendiri?""AARRGGHHHHH!!!" Rachel berteriak heboh sambil menjambak rambutnya saat perkataan Calvin kembali terngiang-ngiang di kepalanya.Rachel tidak bisa tidur semalaman memikirkan perkataan Calvin yang berhasil membuat perasaannya kembali goyah. Sampai detik ini juga Rachel masih belum memantapkan hatinya tentang perasaannya pada Calvin.Di satu sisi Rachel merasa dirinya memiliki perasaan untuk pria itu karena perhatian yang selama ini Calvin berikan namun di satu sisi lainnya Rachel merasa semua itu hanyalah sandiwara belaka. Statusnya hanya sebagai istri pura-pura dari seorang Calvin Miguel."Rambutmu kenapa?" Rachel tersnetak kaget saat Calvin tiba-tiba masuk dna memergokinya yang sedang berantakan. Dengan cepat Rachel merapikan rambut menggunakan tangan sebisanya."Ada apa?" Tanya Calvin lagi. Pria itu membuka laci di sebelah ranjang rawat Rachel dan mengambil sebuah sisir.
Calvin menghela napas saat keluar dari kamar rawat Rachel. Pria itu benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan kali ini.Ia memutuskan untuk menghindar sejenak sambil mencari secangkir kopi untuk menyegarkan dirinya."Calvin" Seorang gadis berambut sebahu menghampirinya. Calvin terdiam.Ia tahu gadis yang kini berdiri di hadapannya adalah Rose. Cinta pertamanya."Sedang apa kau disini?" Tanya Calvin dingin. Gadis itu tampak tidak peduli dan memamerkan senyuman manis."Bukankah seharusnya kau senang melihatku disini?" Rose balik bertanya."Aku tidak ingin melihatmua disini." Calvin berniat untuk berjalan mendahului Rose namun gadis itu menghadangnya."Jangan begitu, aku disini untuk menjenguk istrimu." ujar Rose sabtai sambil melambaikan sebuket bunga yang ua bawa sejak tadi."Rachel tidak butuh dijenguk olehmu. Sebaiknya kau oergi dan jangan buat masalah." Rose tertawa sinis."Kau masih sakit hati dengan penolakkanku? Kalau begitu apaka
"Kau sudah bangun?" Rachel mengerjapkan matanya kaget saat mendengar suara Calvin begitu ia membuka matanya.Pria itu sedang duduk di kursi kecil tepat di sebelah ranjang rawatnya sambil memangku laptop. Calvin bertanya tanpa mengalihkan perhatian dari layar laptopnya."Kau tidak ke kantor?" Rachel bertanya dengan kebingungan. Gadis itu berusaha untuk bangun dan duduk bersandar.Melihat Rachel yang kesulitan, Calvin dengan sigap membantu gadis itu. "Aku sudah bilang aku akan terus bersamamu sampai kau benar-benar pulih." Calvin menjawab seraya membantu Rachel mengatur posisi.Selesai membantu Rachel, Calvin kembali mengambil laptopnya namun kali ini pria itu meletakkan laptopnya di atas meja.Calvin mulai menata laptopnya bersamaan dengan banyak berkas-berkas yang menumpuk di sekitarnya. Rachel menatap pria itu kebingungan. Calvin tampak sibuk."Kau sepertinya cukup sibuk, apa tidak sebaiknya kau kembali ke kantor?" Tanya Rachel hati-hati takut menyinggung pria itu lagi."Aku tidak s
"Ceraikan Calvin, aku yang seharusnya ada di posisi ini.""Maksudmu? Siapa kau berani bicara seperti itu?" Rachel bertanya dengan sedikit amarah. Gadis di deoannya begitu santai dan lancar mengatakan hal tersebut seolah itu bukanlah hal yang serius."Posisi Nyonya Miguel milikku. Andai saja waktu itu aku tidak memilih untuk melanjutkan pendidikan ke Canada pasti sekarang aku yang menikah dengan Calvin.""Calvin sudah menikah denganku nona." Rachel tersneyum sinis menbuat gadis di hadapannya menatap tidak suka."Calvin hanya mencintaiku seumur hidupnya, bahkan Diana tidak bisa mendapatkan Calvin setelah semua yang ia lakukan. Sekarang aku sudah kembali, kita lihat saja siapa yang akan Calvin pilih." Gadis itu mengucapkan kata demi kata dengan penuh penekanan. Rachel sedikit terkejut saat gadis itu melemparkan sebuah kertas kecil ke pangkuannya sebelum berbalik pergi."Apa itu?" Tanya Tiara penasaran.Rachel mengambil kertas tersbeut dan membaca isiny
"Kau gila? Kenapa kau melakukan itu?" Tiara meneriaki Rachel setelah Rachel selesai menceritakan kronologi kejadian yang menyebabkan dirinya sekarang terbaring di ranjang rumah sakit.Hari ini Calvin sudah kembali bekerja setelah Rachel membujuknya dengan berbagai macam cara. Tidak mudah untuk membujuk pria itu namun akhirnya Calvin setuju dengan segudang syarat yang harus Rachel penuhi. Salah satunya adalah harus ada orang yang menjaga Rachel disaat Calvin tidak ada.Kali ini Rachel benar-benar bingung dengan sikap Calvin.Ia sadar dan sangat sadar akan posisinya yang hanya sebagai istri pura-pura dari pria itu lalu apa yang menyebabkan pria itu memperlakukannya dengan penuh perhatian seakan ia benar-benar menjadi istrinya?"Tapi pria itu tau cara berterima kasih juga ya, kudengar ini kamar private untuk keluarga Miguel di rumah sakit ini." "Cara berterima kasih?" Rachel tercengang mendengar perkataan Tiara."Lalu kalau bukan cara pria itu untuk berter
"RACHEL!!" Seru Calvin saat melihat lampu itu terjatuh tepat di atas kaki istrinya. Calvin tidak mempedulikan sakit di tubuhnya saat terjatuh akibat dorongan Rachel tadi dan segera menghampiri istrinya yang sudah tidak berdaya."Rachel kau bisa mendengarku?" Calvin menepuk-nepuk wajah Rachel. Celana yang ia kenakan basah. Calvin menoleh melihat ke arah kakinya dan mendapati darah dari kaki Rachel sudah mengalir deras.Calvin semakin panik saat Rachel tidak kunjung menjawab."CEPAT TELPON AMBULANCE ISTRIKU TERLUKA PARAH!!" Seru Calvin keras. Beberapa orang yang sudah mengerumuni tubuh Rachel menganga kaget mendengar itu tapi tidak seorangpun berani mengomentari. Situasi sudah terlalu kacau sekarang.Calvin meletakkan kepala Rachel di pangkuannya dan terus menepuk-nepuk pipi gadis itu. Tanpa pria itu sadari air mata mulai menetes. "Ambulance masih membutuhkan waktu 10 menit lagi untuk tiba, jalan di depan macet sekali." Laporan Nicky membuat Calvin mengu
"Kau diam di situ!"Rachel terkejut mendengar suara yang sanagt dikenalnya. Juan masuk dengan tatapan membunuh."Aku hanya ingin kembali ke acara.""Tidak! Kakak ipar sudah berpesan agar aku memastikan kau tetap disini." Tolak Juan. Rachel hanya bisa menghela napas pasrah. Adiknya keras kepala dan ia sangat tahu hal itu."Kau sudah lebih baik? Mau makan sesuatu?" Juan bertanya seraya mengeluarkan beberapa jenis buah kesukaan Rachel dan meletakkannya di meja makan.Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di kepala Rachel. Ia menemukan cara agar bisa kembali ke gedung acara. "Kau bawa semua buah itu untukku?" Rachel bertanya sambil tersenyum kecil."Tentu saja. Semua ini kesukaan kakak. Aku tidak tahu kakak akan memilih yang mana jadi aku beli saja semua.""Wah uangmu banyak ya." ujar Rachel sedikit mencibir saat memperhatikan jumlah barang bawaan Juan yang cukup banyak."Aku baru saja gajian dan aku hampir
"Bagaimana keadaannya?" Calvin bertanya pada Nicky dengan wajah marah. Ia baru saja mendengar berita istrinya tidak sadarkan diri dan sedang dilarikan ke ruamh sakit.Dalam hati, Calvin merutuki sikapnya tadi saat bertemu dengan Rachel. Seandainya ia lebih memperhatikan gadis itu dan lebih bersikeras menyuruhnya untuk istirahat pasti tidak akan ada kejadian seperti ini."Tenangkan dirimu."Nicky mencoba memperingati Calvin dimana mereka berada sekarang.Calvin tidak peduli. Pria itu terus melangkah dengan cepat bahkan hampir berlari. "Aku akan menggantikanmu melihat kondisi Rachel, kau tunggu saja disini, tidak akan baik saat dilihat oleh para petinggi lain." Nicky lagi-lagi berusaha mencegah Calvin untuk pergi.Bukan karena tidak mengerti situasinya, tapi acara ulang tahun ke 100 Miguel Group merupakan acara penting yang sudah disiapkan sejak tahun lalu dan ia hanya tidak mau Calvin dalam posisi sulit karena dituduh telah lalai dalam menjalankan acara.